Sanggupkah Kehilangan

12.7K 636 3
                                    

Abim pov

Gerimis yang turun dari langit membasahi bumi dan memberi kesejukan pada jiwa - jiwa yang telah lama gersang, aroma tanah yang telah lama tak tersentuh oleh air hujan menelusuk ke dalam indera penciuman membuatku rindu akan masa kecil yang sering kuhabiskan dalam guyuran air hujan, bahagia dan tanpa beban

Kini di saat hatiku sedang gundah gulana tak menentu arah, guyuran air hujan ini tak mampu lagi menyejukkan hatiku yang seakan membara, air hujan yang begitu riuh mengusik indera pendengaranku pun tak mampu menghibur kehampaan hati yang sudah seminggu ini seperti mati karena engkau sang bidadari yang mengacuhkan keberadaanku, menganggapku seolah tidak nyata hanya sebuah ilusi

Meyra...........
Dengan apa aku harus menggambarkan perasaanku padamu, kau bagaikan candu yang menelusup kedalam setiap nadiku, apa aku sanggup jika harus kehilanganmu, tapi jika aku terus memaksamu berada di sisiku aku takut semakin membuatmu terluka, luka yang akan menyayat hatimu

Dan sania...........
Aku hanya ingin melihatmu tersenyum disaat-saat terakhir dimana kau masih bisa menghirup udara di dunia ini, jangan sampai penyesalan yang akhirnya menyudutkanku pada rasa sakit yang paling dalam

Wahai sang bidadari........ duniaku runtuh seketika saat engkau memilih untuk pergi dari sampingku, aku tidak yakin apakah aku mampu hidup tanpa dirimu di sisihku, aku seperti burung yang telah kehilangan sayapnya, seperti raga yang kehilangan jiwanya

Sudah lebih dari dua jam aku memilih berteman dengan hujan, menikmati setiap tetes yang turun membasahi bumi, mencoba mencari ketenangan diantara gemricik suaranya

Kata-kata zain kemarin saat datang ke kantorku kembali menari-nari di benakku, ku pejamkan mata menelisik setiap kata yang laki-laki itu ucapkan

Flash back

"apa menurut bapak semua ini adil bagi Meyra " dengan suara lantang Zain menabuh genderang perang di hadapanku, sorot matanya tidak memperlihatkan rasa takut sedikit pun

" untuk apa anda mencampuri urusan rumah tangga kami!!! " tidak kalah tajam tatapanku menghujam laki-laki yang berdiri di hadapanku

" menjadi urusan saya ketika anda melukai perempuan yang sudah sejak dulu saya cintai bahkan sebelum anda mengenalnya, dan asal anda tahu rasa itu masih saya jaga sampai sekarang, dan ketika kesempatan itu datang, saya tidak akan pernah segan untuk mengambilnya kembali " ucap laki-laki itu penuh penekanan pada beberapa kata yang ia ucapkan

Aku terhenyak mendengar pengakuan lantang mantan kekasih istriku yang dengan beraninya seolah menantangku, darahku rasanya mendidih, kepalan tinjuku sudah tidak sabar ingin kulayangkan, tapi aku berusaha untuk menahan emosiku yang sudah berada di ubun-ubun, aku masih ingin melihat usaha laki-laki itu untuk membela istriku, setidaknya seandainya toh meyra benar-benar memilih untuk meninggalkanku, aku harus memastikan dia berada di tangan yang tepat!! Apa.....! Berada di tangan yang tepat, apa itu artinya Aku merelakannya
Ya Tuhan apa aku bisa hidup tanpa Meyra

" maaf pak Dirgantara bukannya saya lancang, tapi apa Anda benar-benar tega melihat air mata di wajah istri bapak, selama ini saya tetap berdiri di tempat saya berada melihat dari jauh perempuan yang saya cintai bahagia rasanya sudah cukup, tapi untuk kali ini saya mohon maaf......Anda melukainya dan saya tidak bisa menerimanya " dengan sikap tenang laki-laki itu bicara panjang lebar kepadaku

" Saya mohon lepaskan dia dan biarkan Saya untuk membahagiakannya, karena dia berhak untuk bahagia "  Kata-katanya terdengar sungguh-sungguh

" anda hanyalah masa lalu dalam kehidupan istriku dan tidak sepantasnya Anda mencampuri urusan rumah tangga kami, Meyra adalah milikku camkan itu baik-baik, apa-apa yang sudah menjadi milikku akan tetap menjadi milikku " ucapku dingin dan menusuk tapi sudut hatiku merasa sakit saat mengatakan Meyra adalah milikku, apa benar aku bisa mempertahankan Meyra untuk tetap menjadi milikku dengan keegoisan ini

ALMAYRA (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang