Suara Hati

13.1K 611 6
                                    

"masuklah!ingat hanya lima menit! "

Zain meninggalkan Abim yang mematung di samping ranjang Meyra, rada sesak menyeruak kedalam hatinya

Ya!akhirnya Zain memberi kesempatan Abim untuk bertemu dengan Meyra, meski resikonya berat

Jika sampai ketahuan mamanya Meyra bisa-bisa Zain tidak akan pernah diizinkan untuk bertemu Meyra lagi, tapi apa boleh buat! bukan tanpa alasan Zain mengizinkan Abim untuk bertemu Meyra

Sudah dua hari ini Zain selalu memimpikan Meyra yang duduk termenung seperti sedang menunggu seseorang dengan wajah sedihnya, bahkan teramat sedih

Zain beranggapan mungkin Meyra sedang rindu dengan suaminya, ingin bertemu dengannya, meskipun saat ini wanita itu dalam keadaan belum sadar, di alam bawah sadarnya bisa saja keinginan itu masih ia rasakan

Abim yang tidak menyangka Zain akan mengizinkannya untuk menemui Meyra, merasa sangat bersyukur dan mengucapkan terima kasih dengan tulus

Abim mendekat dan mencium kening Meyra lama, setelah Zain keluar dari ruangan Meyra, meninggalkan Abim berdua dengan istrinya, kini Abim menatap sendu perempuan yang sangat ia rindukan

"Assalamualaikum, sayang!! "  tanpa ia sadari sebulir air mata lolos membasahi pipi Abim

Abim meraih tangan meyra kemudian menggenggamnya lembut lalu menciumnya sambil memejamkan mata, meresapi rasa rindu yang kini terasa terobati! Dia seperti menemukan kembali lentera hatinya

"kamu tau sayang, mas sangat merindukanmu! "  ibu jarinya mengusap pipi Meyra dengan lembut
"kamu segera bangun ya, mas mohon!! "

Abim memandang miris tubuh istrinya yang penuh dengan alat medis, dia benar-benar tidak tega melihat perempuannya tidak berdaya seperti ini

" Maafkan mas, karena mas belum bisa menjadi suami yang baik buat kamu sayang, tapi mas janji, mas akan berusaha menjadi suami yang baik buat kamu, dan suami yang akan selalu mencintaimu"

Kembali Abim menitikkan air mata, rasanya dia tidak kuasa melihat istrinya terbaring lemah

"Sayang! Mas mohon segeralah bangun! Mas tau kamu marah-----"
Abim sesenggukan tak kuasa menahan gejolak hatinya yang merasa bersalah
"Kamu boleh pukul mas atau maki-maki mas untuk melampiaskan kemarahanmu tapi jangan hukum mas seperti ini! Mas nggak sanggup sayang! "

Cukup lama Abim menggenggam jemari Meyra seraya mengusapnya lembut, dan sesekali menciumnya berusaha mengajak interiaksi berharap Meyra mendengar apa yang ia katakan dan berharap ada pergerakan di sana

"Maaf besok mas nggak bisa jenguk kamu, mas harus ke Bandung ngurusin kerjaan di sana selama tiga hari, kamu harus janji sama mas, nanti kalau mas pulang, kamu harus sudah bangun ya sayang ya! "

Lagi Abim berbicara seolah-olah Meyra mendengar semua ucapannya

"Mas pamit dulu, setelah urusan di Bandung selesai mas janji akan langsung ke sini jenguk kamu setiap hari"  Abim kembali mencium kening Meyra cukup lama, rasanya enggan untuk berpisah dari istri yang sangat di cintainya

Lima menit batas waktu yang diberikan Zain kepadanya dan bahkan ini sudah lebih dari lima menit, bahkan Zain sudah menunggu di depan pintu, mengetukkan jarinya beberapa kali, memberi kode pada Abim batas waktu yang diberikan telah habis

" Terima kasih, aku berhutang budi untuk hal ini "  ucap Abim dengan tulus saat melewati Zain di depan pintu, sedangkan Zain memilih untuk diam dan kemudian menghela nafas berat

Untuk beberapa detik Zain menatap punggung Abim yang berjalan menjauh dengan rasa bersalah, rasa yang sampai sekarang masih mengganjal di hatinya

Ajaib!
Satu kata itu yang mampu di gumamkan Zain saat masuk ke dalam ruangan Meyra dan melihat jari-jari Meyra mulai bergerak-gerak

ALMAYRA (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang