Kecelakaan

13.4K 627 12
                                    

Zain pov

Hari ini aku akan pulang ke jakarta bersama Meyra, sejak semalam Meyra sudah sangat antusias untuk pulang ke jakarta, padahal sudah berbagai cara Aku lakukan untuk membujuknya agar tidak usah pulang! Untuk apa pulang? Bukankah Lombok adalah tempat yang sangat menawan, tempat yang tepat untuk sebuah pelarian

Entahlah! sebenarnya apa yang ada di benak Meyra, mengapa dia bisa setegar ini sebagai seorang perempuan

Bukannya dia harusnya merasa kecewa dan sakit hati dengan perlakuan suaminya! Bedebah!! Lelaki seperti itu mana pantas disebut suami

Tapi bisa jadi Meyra hanya menutupi segala perasaannya dariku, dengan berpura-pura tidak apa apa padahal hatinya hancur berkeping-keping

Usahaku untuk mencegahnya pulang tidak berhasil tetapi Aku tetap berusaha menahannya barang sehari saja untuk tetap stay dulu di lombok, supaya dia tidak harus melewati satu hari yang mungkin akan menggores hatinya terlalu dalam

Bukannya aku tidak rela mengakhiri kebersamaanku bersama Meyra selama di lombok, hanya saja aku tidak tega melihat kesedihan diwajahnya ketika Meyra harus menyaksikan pernikahan suaminya dengan perempuan lain! Ya Allah, aku sendiri saja tidak sanggup untuk membayangkan

"kamu yakin dengan keputusanmu ini Mey?!"
Aku kembali menanyakan hal yang sama pada Meyra untuk kesekian kalinya

"Mas....."  Meyra menatapku jengah

Aku tau dia malas mendengar pertanyaan yang sudah berulang kali aku tanyakan seharian ini, tapi Aku tidak mau menyerah begitu saja

"ya lah......ya lah......!!! Aku hanya ngga habis pikir, ngapain sih kamu pake dateng ke acara itu, kamu hanya akan menyakiti diri sendiri Mey! Laki-laki itu nggak pantas diperlakukan baik"  Meyra hanya menatapku tanpa merespon ucapanku yang terus saja menggurutu

Aku dan Meyra sedang berada di bandara saat ini, tapi pesawat kami mengalami delay selama 2 jam, dikarenakan cuaca buruk yang sedang terjadi di lombok

Untuk mengurangi kebosanan, kami memutuskan untuk pergi ke cafetaria terdekat

" Mey..... "

" hmm! "

Hening sejenak, karena Aku bingung melihat mode diam Meyra

" menghargainya sebagai suamiku mungkin! "  ucap Meyra sambil menyesap coffeelatte kesukaannya

Aku sempat terhenyak mendengar jawabannya, dia seperti bisa membaca pikiranku dan menjawab pertanyaan yang berkecamuk di otakku

" emm.....sekedar itu saja! " tanyaku penasaran dan ragu-ragu

" ya ngga lah mas, Meyra cuma asal jawab kali"  Meyra mengedikkan bahunya acuh tak acuh tetapi sorot matanya berkata lain, seperti ada luka yang coba ingin ia sembunyikan dariku

Sejujurnya ada sedikit rasa kecewa, sempat berharap jawaban itu murni dari hatinya

Setidaknya aku merasa masih punya harapan jika hanya itu alasan kepulangan Meyra ke jakarta, bahkan aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk memperjuangkannya sekali lagi meski harus menerjang badai sekali pun, asalkan Meyra mengizinkan

"lalu.....! "  Ucapku masih mencoba mencari tau

"apanya! " ucapnya pura-pura tidak mengerti

" sudahlah! Lupakan! "  aku memutar bola mataku malas, seperti orang yang kehilangan harapan

Meyra menarik sudut bibirnya saat melihatku terlihat kesal

" sudahlah mas  ngga usah dipikirin, Meyra tau mas Zain khawatir "  Meyra kembali menyesap coffeelatenya
" hidup itu seperti kopi ini, manis tapi ada juga rasa pahitnya"  dia menunjuk gelas kopinya ke arahku
"dan terima kasih untuk Kekhawatirannya "  ucapnya lagi disertai seulas senyuman, senyum tulus yang membuatnya terlihat lebih cantik dibanding hari-hari kemarin selama di lombok yang jarang sekali tersenyum

ALMAYRA (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang