"bagaimana keadaan mami" tanya abim pada jenifer adiknya
"ma-ma-mi mami kritis ka!semalam mami kena serangan jantung ka! " suara di seberang sana sesenggukan
Handphone yang berada di tangan Abim jatuh begitu saja bersamaan dengan tubuhnya yang tiba-tiba bergetar hebat
" Kak! Kak! Kak abim......kakak masih di sana kan" teriak suara di seberang sana
"iya jen! Kakak akan berangkat hari ini juga " Abim memutuskan sambungan telepon lalu menyuruh sekretarisnya untuk mengatur jadwal ulang meetingnya karena Abim akan pergi ke Australia untuk mengetahui kondisi maminya yang sedang sakit
" berapa lama bapak pergi ke luar negeri " Veronica sekretaris Abim mengekori Abim yang sedang sibuk mondar-mandir mencoba menghubungi seseorang
" aku belum tau " jawab Abim acuh
Rahang Abim mengeras manakala mendial nomor seseorang tapi tidak mendapat respon dari sang pemilik ponsel
" kosongkan jadwalku untuk waktu yang cukup lama, mungkin tiga atau empat hari ke depan, atau bahkan bisa lebih " Abim menginterupsi sekretarisnya yang sedari tadi mengekorinya
" siap pak!! "
"kalau sudah selesai kamu bisa keluar"
Veronica memberengut kesal setiap kali Abim mengusirnya keluar sesuka hatinya
Abim kembali menghubungi seseorang, tapi lagi-lagi tidak ada jawaban, membuatnya semakin kesal dan membanting ponselnya ke atas sofa
Kepalanya tiba-tiba berdenyut, kejadian beberapa hari ini saja sudah membuatnya hampir frustrasi dan kini ditambah lagi kabar maminya yang sedang sakit! Lengkap sudah
Australia
Abim menyusuri lorong rumah sakit dengan dikawal beberapa orang anak buahnya, dari kejauhan Abim melihat jenifer mondar-mandir di depan ruang ICU, tapi tunggu dulu jenifer tidak sendiri......
Ada seorang lelaki yang berada di sampingnyaAbim semakin menajamkan tatapannya, saat mengetahui laki-laki yang bersama jenifer adalah papinya, orang yang sedari tadi di hubungi tapi laki-laki itu selalu mengabaikan panggilan teleponnya
"Jen...... " Jennifer mengarahkan pandangannya pada sumber suara yang memanggilnya
Seketika senyum Jennifer merekah saat mengetahui kakaknya yang memanggilnya, lalu menghambur dalam pelukan Abim " Kak....!! "
" bagaimana dengan mami Jen....? "
Abim merenggangkan pelukannya dan sekilas dia menatap seorang lelaki paruh baya yang tak lain dan tak bukan adalah papinya yang menatapnya penuh arti, Wijaya seperti hendak menyapa Abim tapi mengurungkan niatnya melihat tatapan Abim yang begitu tajam terhadap dirinyaSedangkan Jennifer hanya mampu tertunduk lesu mendengar pertanyaan kakaknya " mami masih di dalam ka "
Abim kembali merengkuh adiknya ke dalam pelukannya, memberi rasa tenang dan berusaha menjadi pengayom bagi adik semata wayangnya
" keluarga ibu Widya...... " seorang dokter laki-laki dengan kacamata yang bertengger di hidungnya berdiri di depan pintu ICU menginterupsi keluarga pasien
" ya dok kami....! "
Abim, adiknya, dan papinya menyahut bersamaan
" ibu Widya sudah siuman, silahkan menjenguk bergantian satu persatu, jangan diajak bicara dulu kondisinya belum stabil "
Semua keluarga mengamini perintah dokter berkacamata itu, yang pertama masuk adalah Jennifer, namun setelah sampai di dalam Widya menanyakan tentang keberadaan Abim lalu meminta Jennifer untuk memanggilkan kakaknya itu, sedangkan Wijaya hanya bisa tersenyum kecut karena Widya tak sekali pun menanyakannya
KAMU SEDANG MEMBACA
ALMAYRA (end)
RomanceApa jadinya perasaan kamu ketika menerima undangan pernikahan atas nama kekasihmu dengan perempuan lain. Yah inilah kenyataannya mas Zain akan menikah dengan perempuan lain. Aku Almayra Shaqueen yang notabene adalah kekasih dari Zain Muhammad Shaq...