Takdir

12.7K 593 18
                                    

Abim terbangun saat mendengar adzan subuh, tangannya berasa kesemutan karena semalam ia gunakan untuk bantalan Meyra, tapi tidak masalah baginya, karena bahagia hatinya mengalahkan rasa apapun, dengan hati-hati Abim menggeser tangannya dan menggantinya dengan bantal agar pergerakannya tidak membangunkan Meyra yang sepertinya kelelahan karena semalaman menjaga dirinya

Abim menunaikan sholat subuh sendirian, rasanya ia belum tega membangunkan istrinya yang masih bergelung dalam mimpi, biarlah sebentar lagi baru dibangunkan untuk sholat

Pagi ini Abim benar-benar puas memandang istri tercintanya, dia tidak ingin buru-buru membangunkan Meyra, dia masih menikmati pemandangan di depan matanya, melihat wajah damai istrinya yang seperti malaikat tanpa sayap

"ergghh......!! " perlahan Meyra membuka matanya dan menggeliat

"Hah....! "Meyra terkejut saat membuka matanya dan mendapati Abim berbaring di sebelahnya, dengan posisi miring menghadap dirinya dan menggunakan sikunya sebagai tumpuan

Abim terkekeh melihat tingkah istrinya

Meyra lalu teringat bahwa semalam ia tidur satu ranjang dengan Abim dan tiba-tiba saja semburat merah menghiasi kedua pipinya yang membuatnya semakin terlihat cantik

"emmm......mas sudah sehat! ? " tanya Meyra menutupi kegugupannya
" jam berapa ini mas? "

" setengah lima " jawab Abim santai

" Ya Allah mas kenapa ga bangunin Meyra! Meyra belum sholat subuh "

Lagi-lagi Abim terkekeh melihat kepanikan istrinya

" tenang masih ada waktu Mey, ga usah panik gitu"

Meyra beranjak dari tempat tidur dan sedikit berlari menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sekaligus menghindari suaminya yang menurutnya pagi ini sikapnya selalu membuat Meyra gugup, setelah membersihkan diri Meyra lalu menunaikan sholat subuh

--------------0000---------------

menikahlah dengan sania insya Allah Meyra ikhlas, mungkin ini sudah menjadi takdir yang harus Meyra lalui, tapi dengan satu syarat, Meyra tidak ingin melihat segala proses persiapan menjelang acara pernikahan itu.... "

"......maka dari itu untuk sementara waktu, Meyra akan menjauh dari kehidupan mas, dan Meyra akan kembali saat prosesi ijab kobul berlangsung demi menjaga kehormatan mas Abim sebagai suami Meyra "

Masih terngiang di benakku kata-kata yang kuucapkan pada mas Abim tadi pagi sewaktu sarapan, laki-laki itu terlihat terkejut dengan keputusanku, lebih tepatnya keputusan gilaku, entahlah mungkin aku akan menyesali keputusanku ini suatu saat nanti, semoga saja tidak karena aku sudah memikirkannya semalaman, mungkin ini sudah menjadi takdir yang harus aku jalani

Langkah selanjutnya yang tidak kalah gila lagi, aku sedang dalam perjalanan menemui Sania di rumah sakit, perempuan yang tidak pernah menatapku sama sekali, perempuan yang sepertinya menganggap dirinya lebih hebat dari siapa pun, perempuan yang dengan percaya dirinya meminta suami orang untuk menikahinya, bahkan dia hanya menganggap remeh diriku

Ya aku tau siapa diriku jika dibandingkan dia, aku bukanlah apa-apa! tapi bukankah kedudukan semua orang itu sama dihadapan Allah

Selang beberapa menit aku telah sampai di rumah sakit, bermodal keyakinan yang sebenarnya tidak begitu yakin dengan keputusan yang aku ambil ini, kucoba untuk memantapkan hati melangkah pasti tanpa harus menyesali apa yang kelak terjadi

Katakanlah aku gila dengan mengizinkan suamiku menikah lagi! Ya mungkin memang aku sudah gila karena mencintai lelaki yang salah

Aku menemui suster yang merawat Sania meminta izin untuk bertemu dengan perempuan itu, kemudian suster itupun mengantarku ke tempat Sania berada

ALMAYRA (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang