Rosita menuju ruangan dokter haris dengan pikiran yang masih bertanya-tanya, perasaannya merasa tidak enak setelah sampai di depan pintu ruangan dokter haris, ragu-ragu ia mengetuk pintu tersebut
Tok tok tok
"Siang dok"
"Ya bu silahkan duduk " dokter Haris mempersilahkan Rosita yang baru saja datang, senyumnya terkesan sudah menanti-nanti kehadiran Rosita
Rosita mengangguk serta tersenyum hormat kepada Haris, hatinya semakin di buat penasaran ketika menatap senyum dokter Haris yang misterius, tapi setelah mengedarkan pandangannya, senyum Rosita berubah menjadi sebuah keterkejutan
" Loh ! Zain! " Rosita terkejut saat melihat Zain berada di ruangan dokter Haris dengan expresi yang sulit untuk di artikan
" Tante " Zain menyalim tangan Rosita dengan takdzim lalu menampilkan senyuman yang dipaksakan
"Zain ada apa ini, kenapa kamu di sini!? "
Zain hanya diam tidak merespon ucapan Rosita, wajahnya terlihat gelisahRosita bertanya-tanya dalam hatinya, karena dua hari ini Zain tidak menampakkan batang hidungnya di rumah sakit, biasanya Zain selalu ada di samping Meyra, lalu sekarang dia di rumah sakit tapi tidak menemui Meyra, tapi malah berada di ruangan dokter Haris, ada apa?!
Adakah sesuatu yang terjadi?
"Maaf bu Rosita, saya memanggil ibu kesini atas permintaan Zain " dokter Haris menengahi kebisuan Zain dan rasa penasaran Rosita
Rosita semakin di buat bingung dengan pernyataan dokter Haris yang mengatakan atas permintaan Zain, kenapa Zain tidak mengatakan langsung saja, kenapa harus melalui dokter Haris
" Kami ingin memberi tahukan kepada ibu Rosita, kami telah mendapatkan donor mata untuk pasien Meyra, putri ibu" ucap dokter Haris lebih lanjut
Ucapan dokter haris sukses membuat Rosita membelalakkan mata, netranya mengerjap-ngerjap seakan tidak percaya, kemudian menatap dokter Haris dan Zain secara bergantian mencari celah kebohongan di sana
"Benarkah dok! " saking senengnya Rosita sampai membekap mulutnya sendiri, takut kalau sampai berteriak
" Iya bu tapi......" dokter Haris menjeda ucapannya lalu menoleh ke arah Zain yang tiba-tiba menunduk dan Zain mengangguk pelan tidak berani menatap Rosita, menyetujui pernyataan dokter Haris
"Ada syarat yang diajukan pendonor kepada ibu dan kami juga belum bisa memastikan, apakah hal seperti ini diperbolehkan mengingat...... " dokter Haris menghela nafas berat dan memilih untuk tidak melanjutkan ucapannyaRosita menatap ke arah Zain, tatapannya seperti menuntut penjelasan, tapi yang di tatap hanya mampu menunduk tanpa memberi penjelasan apa pun
"Apa syaratnya dok dan sebenarnya ada apa ini " Rosita beralih pada dokter Haris karena Zain tidak merespon tatapannya
Seketika otaknya menerka yang tidak-tidak
Dokter haris menyerahkan sebuah map yang berada di tangannya kepada Rosita dan Rosita pun menerimanya dengan rasa penasaran
"Ini data diri dari pendonor dan ada beberapa syarat yang harus ibu setujui, diantaranya tidak memberi tahu pasien tentang identitas si pendonor" ucap dokter Haris tenang sebelum Rosita membuka map tersebut
"Tapi dok kenapa begitu " jawab Rosita tidak faham kenapa harus dirahasiakan
" Itu adalah syarat yang diberikan si pendonor ibu, ibu bisa membaca detailnya di dalam surat yang di tulis si pendonor untuk ibu "
Rosita menerima map dengan perasaan berdebar, pada saat membuka map tersebut dan membaca data diri pendonor netranya kembali membelalak, kembali rosita membekap mulutnya sendiri saking terkejut, spontan Rosita menatap Zain dengan perasaan tidak karuan
"Zain....." gumam Rosita dan Zain tersenyum kecut seraya mengangguk pelan
KAMU SEDANG MEMBACA
ALMAYRA (end)
RomanceApa jadinya perasaan kamu ketika menerima undangan pernikahan atas nama kekasihmu dengan perempuan lain. Yah inilah kenyataannya mas Zain akan menikah dengan perempuan lain. Aku Almayra Shaqueen yang notabene adalah kekasih dari Zain Muhammad Shaq...