Sesampainya di rumah sakit Abim dan Meyra menyusuri lorong menuju ruang dimana Sania di rawat, setelah sebelumnya Abim telah di beritahu Davin tentang di rumah sakit mana Sania di rawat dan di ruang mana ia berada
Dengan langkah tergesa Abim menggenggam tangan Meyra, perasaan cemas dan tegang terpancar jelas dari raut wajah lelaki itu, Meyra bisa melihat dengan jelas rasa khawatir yang mendera lelaki di sampingnya itu, dan Meyra memilih untuk tidak banyak bertanya, dia tidak mau menambah beban suaminya meskipun sesungguhnya ada banyak hal yang ingin ia tanyakan, seperti kenapa Sania bisa berada di rumah sakit
"ini ruangannya, ayo kita masuk! " Abim menatap Meyra lalu menghembuskan nafas berat
" tunggu Mas....!!" Meyra menahan tangan Abim saat lelaki itu menariknya untuk masuk ke dalam
"kenapa......?! " tanya Abim bingung melihat sikap Meyra yang tiba-tiba berubah
" masuklah, Meyra tunggu di luar saja"
" tapi kenapa......? "
Meyra tersenyum lalu mengusap tangan Abim
" mbak Sania belum pernah bertemu denganku, lagi pula saat ini yang di butuhkan adalah mas Abim, jadi lebih baik Meyra menunggu di luar saja""tapi Mey.... "
" Meyra percaya...... masuklah!"
Abim mengangguk, mengerti maksud dari ucapan Meyra, Lagi-lagi abim terkesima dengan sikap istrinya itu, perempuan dengan hati yang mulia dan dia merasa sangat beruntung bisa menjadi suaminya
"Terima kasih sayang" Abim mencium tangan Meyra, lalu berlalu meninggalkan Meyra di luar
Meyra menatap punggung Abim hingga menghilang di balik pintu, dengan membiarkan Abim masuk sendirian bukan berarti ia menyerahkan suaminya pada perempuan lain, Meyra hanya merasa jika ia masuk bersama Abim, Sania akan merasa canggung dan merasa tidak enak hati dengannya
"Sania apa yang terjadi? " tanya Abim saat dirinya telah berdiri di samping ranjang Sania
" ssstt.....tenanglah! dia baru saja bisa tidur lebih baik jangan di ganggu dulu"
Davin yang sedari awal menemani Sania berusaha memberi pengertian pada Abim"sebenarnya apa yang terjadi kak" Abim mengecilkan volume suaranya
"entahlah......! yang aku tahu dari asistennya, Sania tiba-tiba pingsan dan tidak sandarkan diri, lalu asistennya menghubungiku"
"Ya Allah apa yang sebenarnya terjadi, lalu bagaimana keterangan dokter kak" Abim terlihat sangat khawatir
" dokter belum bisa memastikan karena harus menunggu hasil lab dulu"
Abim menatap sendu perempuan yang sedang terbaring di hadapannya, ada rasa tak tega saat menatap wajah polos yang terlihat begitu lelah
"apa kamu kesini sendiri saja.....!? " tanya Davin celingukan, pertanyaan Davin yang terkesan menanyakan orang lain membuat Abim mengernyitkan keningnya
"maksud kak Davin! " jawab Abim dengan tatapan mengintimidasi
" engga! bukan apa-apa, maksudku tadi yang aku hubungi nomor istrimu karena saat menghubungi nomormu tidak kamu angkat, aku pikir dia ikut bersamamu" Davin terlihat kikuk menghadapi tatapan Abim
"oohh....maaf aku tidak dengar waktu kak davin telphon " kini giliran Abim yang kikuk menanggapi ucapan Davin karena terpaksa harus berbohong
" dia ikut tapi tidak mau masuk! " tambah Abim" oya....!!kenapa dia tid---"
"Bim....." tiba-tiba suara Sania menghentikan obrolan Davin dan Abim, kemudian keduanya mendapati Sania perlahan - lahan membuka kedua matanya
KAMU SEDANG MEMBACA
ALMAYRA (end)
RomanceApa jadinya perasaan kamu ketika menerima undangan pernikahan atas nama kekasihmu dengan perempuan lain. Yah inilah kenyataannya mas Zain akan menikah dengan perempuan lain. Aku Almayra Shaqueen yang notabene adalah kekasih dari Zain Muhammad Shaq...