Kesepakatan

12.3K 678 1
                                    

Ruang kerja Johan

"duduklah.... ada yang ingin om bicarakan"

Johan berdiri dari tempat duduknya dan perlahan berjalan menghampiri Abim yang duduk tegang di sofa, Abim yang merasa seperti terpidana hanya mampu diam dalam duduknya

"ma-maaf om..... ini soal apa ya om"
Ucap Abim terbata saking gugupnya

Johan tersenyum melihat Abim yang bersikap tak biasa

"rileks saja ..... om hanya ingin mengkonfirmasi soal berita online itu.... atas alasan apa kamu berkata pada para wartawan itu bahwa Meyra adalah calon istri kamu , om pikir kamu hanya memanfaatkan Meyra saat menanggapi para wartawan itu"

Deg

Seketika Abim merasa seperti penjahat yang sedang kepergok, urat wajahnya menegang kala mendengar penuturan Johan yang menohok, ucapan yang hampir mendekati kebenaran...... entah apa yang akan dilakukan Johan terhadap dirinya karena ketahuan memanfaatkan putrinya, namun konsekuensi apapun akan di terimanya karena pada kenyataannya Abim memang bersalah

"Dan ternyata .... om telah salah menilai kamu, kamu benar-benar datang ke hadapan om untuk meminta putri om, maafkan om Bim....! "

Johan menepuk pundak Abim, sedangkan Abim hanya mampu tersenyum hambar ada sedikit rasa bersalah di hatinya , namun juga merasa lega ternyata kekhawatirannya tidak terjadi

"om..... sebenarnya..... Abim... " ucap Abim ragu - ragu

" tidak mengapa nak Abim.... masih banyak guru yang bisa mengajari bagaimana sholat dan bagaimana  mengaji, tidak perlu terlalu kamu pikirkan ucapan Meyra "

Lagi-lagi Johan tersenyum  melihat kegugupan Abim, Johan berusaha menyemangati Abim agar tidak mudah menyerah sedangkan Abim hampir saja ia ingin mengatakan yang sebenarnya

" syarat yang diajukan Meyra semata-mata untuk kebaikan kamu dan keluarga kecil kalian kelak, jadi jangan pantang menyerah, sewaktu kecil om tidak membekalinya dengan agama, tapi Alhamdulillah sewaktu sekolah Meyra hidup di dalam lingkungan agama, om sangat bersyukur, bahkan kami maksudnya om dan tante belajar darinya "

" tapi om.... Apa om percaya sama Abim .... kita belum lama kenal, harusnya om tidak sebaik ini terhadap Abim "  Johan tertawa kecil mendengar ucapan Abim

" segala yang terjadi di dunia ini adalah kehendak Allah, setiap pertemuan juga atas kehendakNya.... 
Mulai sekarang jangan panggil om....  panggil papa karena sebentar lagi kamu akan menjadi suami Meyra "

Papa...... Sebutan yang terdengar begitu indah di telinga Abim, kata yang sudah lama tidak ia ucapkan semenjak papi-maminya bercerai, Abim begitu kecewa terhadap papinya saat meninggalkan maminya dalam keadaan sakit, sejak saat itu komunikasi antara dirinya dengan papinya merenggang, dan sejak saat itu pula rasanya Abim sudah lupa bagaimana rasanya punya seorang ayah, rasa haru menyelimuti seluruh relung hatinya ketika Johan menganggapnya seperti putranya sendiri

" Pa....!terima kasih papa begitu mempercayai Abim...... "
Abim menghampiri Johan dan memeluknya penuh sayang seperti seorang anak yang begitu merindukan pelukan seorang ayah

'bagaimana jika suatu saat nanti abim mengecewakanmu pa.....apakah Abim masih bisa merasakan pelukan hangat seperti ini...... '
Suara hati Abim yang berkecamuk dengan rasa bahagianya mendapat kasih sayang seorang ayah

Keduanya lantas larut dalam obrolan panjang, membicarakan tentang banyak hal yang tak jauh dari obrolan dua orang laki-laki mengenai bisnis dan juga tentang hoby masing-masing dan tanpa mereka sadari di luar ada seorang wanita yang yang menunggu dengan cemas

ALMAYRA (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang