Senyum Kesedihan

12.7K 614 33
                                    

Pagi ini Abim pulang ke jakarta, setelah selama tiga hari Abim berada di Bandung untuk urusan pekerjaan

Rasanya ia sudah tidak sabar ingin cepat sampai di jakarta, ingin segera bertemu dengan wanitanya, istri tercintanya Meyra!

'Semoga saja saat nanti aku bertemu dengannya, dia sudah bangun dari tidur panjangnya, dan menatapku penuh cinta'  suara hati Abim yang terus menggebu

'Ya Allah memikirkannya saja aku sudah senyum-senyum sendiri '

' Aku akan katakan padanya, bahwa dialah satu-satunya perempuan di dalam hidupku '

Hati Abim terus saja menyuarakan bait-bait kebahagiaan, membuat rasa di hatinya membuncah, kebahagiaan yang sudah lama tak menyentuh hatinya, tepatnya semenjak ia menjadi lelaki yang tidak mampu memilih! Ralat, bukan tidak mampu memilih, tetapi keadaan yang membuatnya berada di persimpangan

Abim masih ingat pesan Sania sebelum dia berangkat ke Bandung waktu itu

Flash back

"sania, aku akan pergi ke bandung selama tiga hari, jaga diri kamu baik-baik, nurut sama ayah bunda kamu "

Abim menggenggam tangan Sania yang terlihat semakin kurus, wanita itu mengangguk merespon ucapan Abim sambil sedikit memaksakan senyumnya

Wajahnya terlihat pucat dan tubuhnya semakin ringkih, kulitnya mulai keriput bukan karena usianya melainkan karena penyakitnya

"Bim.... "  lirih Sania memberi isyarat untuk lebih mendekat agar bisa mendengar ucapannya

" ya, Sania apa kamu butuh sesuatu "  abim mendekatkan telinganya

" terima kasih untuk semua yang kamu lakukan untukku, jaga Meyra dan jangan pernah menyakitinya, dia perempuan yang sangat baik, sampaikan maafku yang sempat ingin hadir di antara kalian, sekuat apapun aku berusaha tidak akan pernah bisa membuatmu berpaling "

Tangan Abim terulur untuk mengusap airmata yang menggenang di sudut mata Sania

Rasa iba yang teramat sangat memenuhi ruang hati Abim melihat kondisi Sania yang semakin memprihatinkan

Wajah cantiknya seperti luntur dimakan oleh penyakitnya, kulit putih mulusnya menjadi keriput menyisakan kulit dan tulang saja

"Sania semua yang aku lakukan itu tidak cukup untuk membalas kebaikanmu di masa lalu, dan aku juga minta maaf, pada akhirnya aku tidak bisa memenuhi permintaan terakhirmu"

"tidak Bim, kamu tidak salah, aku yang memaksakan kehendakku walau sebenarnya aku tau kamu tidak mau, tapi aku selalu memaksamu, membuatmu merasa iba dengan kondisiku, maaf aku selalu memanfaatkan penyakitku untuk menekanmu"

Sania meraih kedua tangan Abim, lalu meletakkannya di atas kepala

"berjanjilah kelak kamu tidak akan menangisi kepergianku dan----"

"Sania apa yang kamu katakan, kenapa kamu selalu bicara tentang kematian "  Abim menyela ucapan Sania dengan nada tidak suka

" Baiklah maafkan aku"  ucap Sania menenangkan Abim
"sekarang cepatlah berangkat dan jangan lupa kalau pulang bawakan aku kecimpring"

Gurau Sania yang membuat abim tersenyum dan berjanji akan membelikan pesanan Sania

Flash back end

Sesampainya di jakarta Abim tidak pulang ke rumah melainkan langsung ke rumah sakit ingin segera menemui Meyra, bayangangan wajah cantik Meyra terus saja menari-nari di benaknya

ALMAYRA (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang