Pertemuan

12.5K 591 10
                                    

Abim pov

Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, bibirku tak henti-hentinya menyunggingkan senyuman, senyuman bahagia tentunya

Aku sudah tidak sabar ingin segera bertemu dan mengungkapkan semua kerinduanku pada istriku, tidak lupa sebuket mawar putih kesukaannya akan jadi pelengkap permintaan maafku nanti

Rasa syukur terus aku panjatkan pada Sang Pemilik Hidup, sungguh aku menyesali apa yang aku lakukan tadi malam, tidak seharusnya aku menyentuh barang haram itu

Maafkan hambamu ini Ya Allah, semoga yang semalam adalah yang terakhir, dan maafkan mas juga Meyra, karena mas sudah melanggar janji mas

Seperti biasa setelah sampai di rumah sakit aku langsung menuju taman yang terletak tidak jauh dari kamar Meyra, pada jam-jam segini biasanya Meyra selalu berada di taman rumah sakit bersama Zain
Ahh! Laki-laki itu..... Kenapa rasa cemburuku tiba-tiba menguar begitu saja setelah mendengar ucapannya semalam, berkat ucapan Zain semalam membuatku yakin Meyra hanya mencintaiku seorang

Bukannya aku terlalu percaya diri, tetapi itulah kenyataannya, jika Meyra memberi sedikit saja harapan untuk Zain tidak mungkin Zain akan melepaskan kesempatan itu begitu saja dengan ucapannya semalam

Senyumku merekah, ketika dugaanku terbukti benar, kulihat seorang perempuan cantik yang sedang duduk di kursi roda dengan pakaian rumah sakit terlihat sedang termenung sendirian

Sendiri!!
Betapa girangnya aku saat tak kulihat Zain yang berkeliaran di dekat Meyra

Kuambil nafas dalam-dalam lalu kuhembuskan perlahan, untuk meredakan rasa gugup yang sejak tadi pagi sudah mendominasi hati dan pikiranku

"ehm......! " aku berdehem dan duduk di bangku taman yang berada di sebelahnya

" Mas.... " panggilnya tanpa terkejut sama sekali seraya menoleh sedikit ke tempat dimana aku berada, tapi tidak menatapku sama sekali

Aku terheran, kenapa Meyra tidak terkejut dengan kehadiranku, dia biasa saja, berbanding terbalik dengan keadaan hatiku yang sudah tidak karuan dan jantungku memompa lebih cepat

Bahkan aku sudah membayangkan, akan ada dua kemungkinan yang bakal terjadi saat aku bertemu dengannya

Kemungkinan yang pertama dia akan marah, dan memakiku karena selama ini dia beranggapan kalau aku tidak peduli dengannya, padahal tanpa sepengetahuannya aku selalu ada, meski dalam persembunyian, tidak masalah bagiku jika itu yang terjadi, karena aku akan menjelaskan semuanya dan meminta maaf disertai sedikit rayuan tentunya agar dia mau memaafkan aku

Dan kemungkinan yang kedua, dia akan terkejut saat melihatku dan berhambur ke dalam pelukanku untuk saling melepas kerinduan, karena dia sudah lama tidak berjumpa denganku

Aku akui sih kemungkinan kedua itu agak berlebihan, kemungkinannya juga sangat kecil dan mungkin aku yang terlalu berharap

"Mas !" jeda sebentar "Mas Zain....."

Panggilan Meyra membuatku tersadar dari lamunanku

Tapi tunggu dulu....
Kenapa dia memanggilku Zain

"Mas !masih di situ kan " ucapnya lagi sambil meraba sekitar

Aku terkejut untuk kesekian kalinya, mulutku menganga sedangkan otakku menerka-nerka, kenapa otak jeniusku ini tiba-tiba tidak berfungsi

Ragu-ragu aku melambaikan tanganku di depannya dengan perasaan shock, dan......
Oh tidak! Kenapa dia tidak merespon

Tanpa aku sadari setitik air mata menetes dari pelupuk mataku, kepalaku menggeleng berkali-kali, berharap apa yang dipikirkan otakku adalah salah

"Mas !!! " ulangnya lagi, kali ini dia menghadap ke arahku tapi fokus netranya tidak padaku

" Ehmm.... " aku kembali berdehem karena aku bingung harus berkata apa

Dan sepertinya dugaanku benar, Meyra tidak bisa melihatku, apa yang sebenarnya terjadi pada perempuanku ini, aku masih berusaha untuk mencerna keadaan yang sedang aku hadapi, dan keadaan jantungku jangan ditanya lagi, jika tadi memompa lebih kencang karena kebahagiaanku bertemu kembali dengan bidadariku kini jantungku memompa lebih kencang karena perasaan yang tidak menentu antara cemas dan tidak percaya sekaligus sedih

" Mas !mana coffee lateku!? "

Aku masih bingung dengan apa yang aku hadapi saat ini, otakku masih berkelana menerka-nerka segala kemungkinan yang terjadi pada Meyra, reflek aku berikan buket mawar yang dari tadi masih berada di tanganku saat meyra meminta coffee lattenya, karena yang berada di tanganku ya hanya itu

" Mas, Meyra minta coffee latte kenapa di kasih bunga sih " ucapnya disertai sedikit senyuman

" btw, makasih! " meyraY menghirup aroma mawar yang aku berikan lalu mengembangkan senyumnya, mawar adalah bunga kesukaannya, dia selalu excited jika bertemu dengan bunga yang satu itu

" Mey......" panggilku lembut, membuat tubuhnya menegang seketika dan bunga yang berada di tangannya pun reflek terjatuh

"em-m-mas Abim ! " suaranya bergetar dan gagu dengan raut wajah yang berubah pucat

Aku langsung memeluknya saat tangannya mulai berusaha untuk mengayuh kursi rodanya

Tubuhnya meronta, dan terdengar isakan tangis yang keluar dari bibirnya, membuat hatiku merasa teriris perih

"pergi.....hiks.....pergi.....! " ucapnya disela-sela tangisnya

Aku semakin mendekapnya disaat dia terus meronta dan memukul-mukul dadaku

"Mey.....sayang ini aku" aku menangkup wajahnya untuk beberapa detik, karena setelahnya dia menghempas tanganku

"Pergilah mas, untuk apa kamu di sini!" ucap Meyra dingin sambil menyeka air matanya kasar

"Sayang ....." ucapku lembut seraya mensejajarkan tubuhku di hadapannya, menjadikan lututku sebagai tumpuan

Aku meraih kedua telapak tangannya untuk aku genggam
"apa kamu tidak merindukan mas! " selembut mungkin aku berucap seraya menatap matanya dalam meskipun dia tidak bisa melihatku

Dia diam tidak menjawab, tubuhnya bergetar sedangkan air matanya masih terus mengalir, aku mengusap air mata di pipinya dengan lembut

Kembali aku memeluknya untuk memberikan rasa nyaman dan kali ini dia tidak menolak tapi juga tidak membalas, setelah isak tangisnya reda, barulah perlahan aku mengundurkan pelukanku

"Kamu apa kabar sayang? " tanya ku masih menggenggam tangannya seraya menatapnya lekat meskipun ia tidak dapat melihat

" Meyra baik, tapi lebih baik sebelum mas datang ke sini, untuk apa mas datang ke sini, pergilah mas! " bentaknya dingin

Aku miris mendengar ucapannya, baru kali ini aku dibentak sedingin itu, tapi aku tau emosinya sedang tidak baik, aku harus lebih berhati-hati menghadapinya, aku tidak mau usahaku kali ini sia-sia

" sayang kamu boleh marah sama mas, mas tau semua ini adalah kesalahan mas, mas minta maaf! " aku berusaha selembut mungkin menghadapinya seraya mengecupi tangannya yang berada dalam genggamanku

" mas! Meyra mohon, pergilah!Meyra sudah nggak butuh mas Abim lagi, jadi Meyra mohon, pergilah "

----- part dihapus pindah ke Fizzo-------

Di fizzo juga gratis kok, tentunya dengan judul yang sama ya readers " Almayra "

Di fizzo juga gratis kok, tentunya dengan judul yang sama ya readers " Almayra "

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tbc

ALMAYRA (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang