Part 9

6.7K 278 2
                                    

" Melamarmu"

Hari sudah menunjukkan pukul 11 malam. Maxi yang sudah bisa kembali ke hotel memilih terdiam dan merenung di balkon kamarnya. Suara ombak dan angin laut benar - benar membuatnya tenang.

* ting nung*

Maxi membukakan pintu dan Adam saat ini sudah berdiri dihadapannya.

" Mau apa kau?" Sapa Maxi dingin.

" Aku ingin bicara padamu"

Maxi menghela nafas dan membiarkan Maxi masuk kedalam kamarnya.

Mereka memilih untuk berbicara di balkon dengan mata yang saling menatap tajam.

" Katakan saja apa yang ingin kau katakan, aku tidak punya banyak waktu"

Adam menegakkan garis punggungnya dan menatap Maxi lekat, " Sebagai kakak Zoe.. aku ingin mengatakan... aku ingin melamar Zoe"

Mata Maxi langsung menatap Adam tajam dan melebar, " Apa katamu?! Melamarnya?! Kau saja baru mengenalnya!" Ujar Maxi dengan suara tinggi.

" Aku tahu. Tapi aku pikir dia akan menerimaku dan mencintaiku jika dia sering dan berada disebuah hubungan denganku"

" Tidak! Aku tidak akan mengizinkan kalian!" Jawab Maxi sangat kesal.

" Why? Apa yang salah denganku? Did i do something wrong?" Tanya Adam lagi.

" Mau kau ada salah atau tidak aku tidak akan pernah mengizinkanmu"

" Kenapa Max? Bukankah kau temanku? Mengapa kau tidak mendukungku?"

Maxi sudah berada di titik didihnya. Ia menggenggam erat kerah kemeja milik Adam dan bersiap menghajarnya, " Lupakan soal teman! Aku tidak akan pernah menganggapmu sebagai temanku lagi jika kau tetap mendekati Zoe!"

" Pergi atau kau ku hajar!"

Tanpa banyak kata Adam langsung meninggalkan Maxi yang terlihat sangat kesal. Sedangkan Maxi mencoba menenangkan dirinya lalu menghubungi staff hotel dan meminta sejumlah minuman keras diantarkan ke kamarnya.

☆☆☆

GLEG

Sudah 20 gelas yang Maxi teguk. Dirinya kini merasa tenang dan melayang. Dirinya sudah benar - benar mabuk.

Perkataan Adam selalu terngiang di kepalanya. Maxi beranjak dan mulai berjalan sempoyongan keluar dari kamarnya.

Langkahnya terhenti di depan kamar bertuliskan 205. Ia mengetuk dengan kencang pintu itu berkali - kali hingga akhirnya pintu itu terbuka.

Zoe kaget bukan main saat melihat Maxi yang mengetuk pintu kamarnya. Aroma alkohol sangat tercium jelas dari tubuh Maxi. Maxi langsung masuk kekamar Zoe setelah pintu itu terbuka.

Dengan luka perban yang masih menempel dikepalanya Maxi berjalan masuk dengan sempoyongan, " Kak! Ada apa denganmu?"

" Tutup pintu itu!"

Zoe menutup pintu dan menghampiri Maxi. " Kak! Kau kenapa?"

Maxi memeluk Zoe erat, " Mengapa kau tega Zoe. Mengapa kau ingin melupakan aku dan mencintai orang lain?"

Marry My BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang