Part 22

4.3K 158 19
                                    

Mata Zoe langsung terbuka tatkala dirinya sadar matahari sudah mulai meninggi. Zoe melihat Maxi yang sudah tidak berada di sampingnya membuatnya segera beranjak dari kasur dan bergegas keluar untuk membuatkan sarapan.

Langkahnya kini berhenti saat dirinya melihat pemandangan aneh di ruang makan.

Ya Stevani disana dan tengah menuangkan kopi untuk Maxi yang tampak senang diayani oleh sekretarisnya itu.

" Kau tidak perlu lagi membuatkan sarapan untuk kami. Stevani sudah membuatkannya" sindir Julie.

" Kenapa kau tidak membangunkanku Max?" Tanya Zoe sedikit bingung dengan kondisi ini.

" Kau tampak sangat lelah. Aku tidak tega membangunkanmu" ujarnya.

Zoe masih diam dan masih bertanya - tanya mengapa Stevani ada disini.

" Apa nyonya ingin bergabung bersama kami?" Tanya Stevani.

" Ah maaf. Aku sudah lancang. Tetapi mulai hari ini saya akan datang lebih pagi untuk menyiapkan ini semua. Jadi nyonya tidak perlu khawatir" jelas Stevani yang kemudian melanjutkan makanannya.

Khawatir?

Haruskah dirinya tidak perlu khawatir saat seseorang mulai mengambil alih pekerjaannya?

Zoe berdeham dan memanggil Maxi, " Max, bisa kah kita bicara sebentar?" Tanya Zoe. Maxi menghentikan sarapannya dan mengikuti Zoe ke dapur.

Zoe hanya memandang Maxi bingung, " Untuk apa Stevani disini? Bukankah sudah cukup pekerjaan dia di kantor?" Tanya Zoe mengintrogasi.

" Memangnya kenapa? Bukankah bagus? Pekerjaanmu jadi cepat selesai bukan?" Alih Maxi.

" Tapi kau seharusnya bisa bicarakan dulu padaku Maxi" balas Zoe kali ini sedikit kesal.

Melihat Zoe yang sudah mulai kesal membuat Maxi memutar otak untuk mengambil hati Zoe kembali. Ia meraih tangan Zoe dan menggenggamnya, " Apa kau sedang cemburu?" Goda Maxi.

Zoe beralih menatap Maxi, " Wanita mana yang tidak risih melihat suaminya memiliki sekretaris secantik Stevani dan banyak menghabiskan waktu bersama?" Gerutu Zoe.

" Zoe.. maksudku juga baik bukan? Aku ingin pekerjaanmu terbantu. Kau tidak perlu menyiapkan bajuku, makanku, sarapanku karena semua sudah Stevani yang lakukan. Kau hanya perlu menyambutku dirumah"

Zoe berdecak dan mulai menyanggah perkataan Maxi. " Max.. justru karena itu... aku tidak ingin..."

" Cukup Zoe!" Bentak Maxi kali ini. " Aku melakukan ini juga untuk membantumu. Mengapa kau tidak terima saja dan berterimakasih dari pada harus menentangku?" Ujarnya kali ini dengan nada tinggi.

Melihat Maxi yang mulai marah membuat Zoe terdiam.

" Sudahlah. Kau merusak moodku pagi ini. Aku pergi"

Tanpa pelukan dan kecupan Maxi melangkah pergi meninggalkan Zoe.

Jauh didalam hati Maxi, sejujurnya ia merasa bersalah sudah bersikap seperti itu pada Zoe. Tapi keegoisan mengalahkan segalanya. Hatinya tidak bisa berbohong bahwa dirinya berusaha berbohong atas apa yang dilakukannya bersama Stevani.

☆☆☆

Di kantor mulai terdengar desas desus antara hubungan Maxi dan Stevani. Para karyawan sibuk membicarakan hubungan mereka satu sama lain.

Tasya yang sudah mengerti semuanya merasa geram. Disisi lain ia merasa kasihan pada Zoe, tetapi disisi lain ia juga tidak bisa berbuat apapun mengingat Stevani adalah sepupunya.

Tasya melirik Stevani yang sedang melakukan pekerjaan dari mejanya. Ia beranjak dan memutuskan untuk menghampiri Stevani.

" Apa kau sedang sibuk?" Mulai Tasya. Stevani mengalihkan matanya pada Tasya kali ini, " Well  yeah. Banyak yang harus aku kerjakan kali ini"

Marry My BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang