Part 34

6.2K 293 26
                                    

Adam dan Stevani memperhatikan Maxi yang sedang duduk lemas menumpu badannya pada sebuah dinding sembari menangis memandangi sebuah foto.

Mereka tahu betul apa dan siapa yang membuat Maxi menangis seperti itu.

" Belum pernah aku melihatnya menangis seperti itu" ujar Adam menatap Maxi kasihan.

Stevani mengangguk, " Aku juga"

Stevani menghela nafas dan memejamkan matanya. " Aku menyesal sudah membuatnya terpisah dari Zoe dan anaknya" sesalnya.

Adam kini melirik wanita itu, " Menyesal? Aku pikir kau pernah bahagia bisa kembali pada Maxi?"

" Aku pikir waktu itu dia memang masih mencintaiku. Jadi aku pikir kenapa tidak kami bersama jika kami masih saling mencintai"

Adam tertawa mendengarnya.

" Seharusnya kau juga harus bisa berfikir. Bagaimana keadaan istri dari suami yang kau rayu. Sekarang aku pikir kau dan Maxi sedang menerima akibatnya. Maxi tersakiti melihat Zoe dan suaminya dan kau tersakitu melihat Maxi mengharapkan orang lain" sindir Adam.

Meskipun perkataan Adam sangat menusuk, tetapi Stevani berusaha menerimanya. Adam benar, mungkin ini adalah waktu dimana karmanya dimulai.

Ia sangat merasa sakit karena ternyata cintanya tak terbalaskan ditambah, ia harus merasakan sakit melihat orang yang sangat dicintainya bersikap dingin bahkan tidak perduli lagi kepadanya. Bahkan, ia harus menerima pil pahit bahwa Maxi kini hanya mengharapkan dan mencintai Zoe seorang.

" Sudahlah tidak perlu meratapi dirimu seperti itu. Mungkin memang bukan Maxi jodohmu"

" Bukan itu yang aku pikirkan Adam. Aku tidak tahu bagaimana bisa membuat Maxi menjadi seperti itu dulu, itu saja. Aku rasa hal itu lebih penting sekarang dari pada memikirkan perasaanku"

Adam hanya menangkat bahunya, " Entahlah. Aku rasa tidak ada yang bisa kita lakukan. Toh orang yang bisa membuat Maxi bahagia kini sudah berbahagia dengan orang lain"

☆☆☆

Keesokan harinya. Maxi kembali beraktivitas seperti biasa. Bangun dari tidurnya, ia segera membersihkan badannya dan menyiapkan dirinya untuk bekerja.

Hari ini, tidak ada alasan untuk dirinya tidak bertemu dengan Billy. Kedua pria yang mencintai Zoe itu kini memang harus berhadapan untuk membicarakan tentang kelanjutan kerja sama mereka.

Didampingi Stevani, Maxi pun kekuar dari kamarnya yang berada di lantai tertinggi resort itu. Ia berjalan menuju ruang meeting tanpa sedikitpun berbicara pada Stevani.

Langkahnya terhenti dijalan saat ia melihat seorang anak lelaki sedang bermain di pinggir kolam renang. Ia memperhatikan sejenak anak lelaki itu yang sedang asik bermain ditepi kolam bersama sang pengasuh.

Anakku. Batinnya.

" Ada apa Max? Mengapa kita terhenti?"

Maxi melirik Stevani, " Kau bisa duluan keruangan ada yang ingin ku kerjakan sebentar"

Stevani mengangguk mengerti, ia beserta beberapa pegawai pergi meninggalkan Maxi.

Maxi kini masih diam menatap Cassian dari kejauhan. Ia melihat sekitar, ia tidak melihat Zoe disitu. Ia pun memberanikan diri mendekati Cassian yang tersenyum senang melihat kedatangannya.

" Uncleeee hilooo!" Sapa Cassian senang.

Ya mereka baru bertemu pertama kali. Tetapi ikatan anak dan ayah diantara keduanya tidak bisa dibantah siapapun. Cassian sangat senang melihat kedatangan Maxi ia bahkan memeluk Maxi seperti dirinya sudah lama bertemu ayahnya itu.

Marry My BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang