Maxi menghentikan langkahnya dan berdiri menatap sebuah pintu. Ia yang masih mengenakan pakaian jas kerjanya nampak ragu untuk mengetuk pintu itu. Tapi tak ada pilihan lain, ini sudah menjadi pilihannya. Ia tak mau mundur untuk itu.
Maxi mengetuk pintu itu dan tak lama seorang wanita membukakan pintunya. Wanita dengan wajah pucat yang selama ini berhasil membuat Maxi tidak tega.
Stevani memeluk Maxi tak lama setelah ia melihat mantan kekasihnya yang sangat dan amat ia cintai itu. " Aku tahu kau pasti memilihku"
Maxi mengelus rambut Stevani lembut dan mulai menitikkan air matanya. Stevani melepaskan dan menatap Maxi.
" Stev.. berhentilah seperti ini"
Stevani menatap Maxi bingung, " Aku kesini tidak untuk memilihmu, aku kesini untuk mengucapkan selamat tinggal padamu"
" Max..." kini mata itu menatap Maxi dengan tatapan sendu.
" Perasaanku tidak berubah Stev. Zoe adalah wanita yang aku cintai. Aku ingin kembali pada keluargaku. Mereka hidupku Stev.. aku... tidak bisa hidup tanpa mereka"
Stevani mulai mengeluarkan air matanya. " Aku memang mencintaimu, tapi itu dulu. Sekarang perasaanku sudah pergi. Aku hanya melihatmu sebagai masa laluku yang menyedihkan Stev. Mungkin aku pernah menduakan Zoe karena pada saat itu aku tidak menyadari perasaanku padanya. Aku.... mencintainya dan aku sudah pergi lama darimu. Itulah perasaan yang aku sadari saat ini"
" Kau pantas mendapatkan pria yang lebih baik dari aku Stev. Carilah kebahagianmu karena aku sudah menemukannya"
Stevani menangis sekeras - kerasnya dan menyentuh pipi tampan Maxi yang kini sedang menatapnya iba. " Zoe beruntung memilikimu. Aku akan mengikhlaskan kalian berdua. Ini begitu menyakitkan, tapi percayalah Max, aku akan pergi darimu sejauh mungkin. Titip salamku dan permintaaan maafku pada Zoe. Aku.... aku tidak sanggup menemuinya. Mungkin rasa sakitku tak sebanding saat aku menyakitinya dulu hiksss. Hikss.."
" Pergilah..."
Maxi mengangguk, Maxi beranjak dari tempatnya dan pergi setelah ia mengatakan , " Baik - baiklah Stev. Hidupmu begitu berharga"
Stevani kembali menangis melihat punggung Maxi yang semakin lama semakin menghilang dari pandangannya.
Sakit. Kembali ia rasakan. Tetapi mungkin ini adalah cara Tuhan untuk menunjukkan bahwa memang bukan Maxi orangnya. Setelah pulang dari rumah sakit, dan melihat betapa frustasinya Maxi saat Zoe berfikir untuk meninggalkannya, ia menyadari bahwa sebenarnya kebahagiaan Maxi adalah kebahagiaannya, meskipun kebahagiaan itu tidak berasal darinya. ia sadar, selama ini ia begitu memaksakan semuanya hingga ia tega menyakiti seorang wanita, membuat wanita itu merasakan apa yang dirasakan ibunya dahulu.
Bohong jika Stevani tidak terluka. Ia terluka. Sangat terluka. Tapi.. inilah resiko yang harus ia tanggung ketika ia menyakiti seseorang dan mencintai orang yang tidak lagi melihatnya.
Semenjak ia menyadari itu, Stevani pun pergi untuk mengalah , membiarkan dirinya juga mencari kehidupan yang baru dan memberikan waktu untuk menyembuhkan luka hatinya.
☆☆☆
Maxi akhirnya sampai kembali di hotel dimana Zoe menginap. Pertemuannya dengan Stevani benar - benar membuatnya menguras emosi. Tetapi setidaknya ia bisa hidup lebih tenang dan fokus membahagiakan keluarganya. Ia kembali berjalan mengendap endap ke dalam kamar Zoe seperti biasa. Betapa ia merindukan wanita ini, ia ingin sekali memeluknya dan mengatakan ia mencintainya.
Tapi apa yang bisa dilakukannya. Ia tak ingin membuat Zoe tambah depresi dengan melihatnya.
Maxi mencium kening Zoe, " I miss you Zoe" bisik Maxi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry My Brother
RomanceZoe White putri kesayangan Jackson dan Kate White kini menjadi seorang gadis yang cantik dan di kagumi banyak pria. Namun siapa sangka hatinya memilih Maxi, pria yang selama ini menjadi kakaknya. Hal yang dikatakan mustahil pun terjadi, Zoe dan Maxi...