51 - I'm Not As Strong

7.2K 305 9
                                    

Hiruk pikuk keramaian di caffe sudah merupakan hal yang biasa apalagi bagi kaum muda yang hobi nongkrong sekaligus mengerjakan tugas-tugas mereka.

Selain tersedia layanan wi-fi di caffe ini juga memberikan diskon bagi kaum pelajar ataupun mahasiswa dengan syarat menunjukkan identity card sejenis kartu pelajar.

Nay sendiri sudah sejak pukul 16:00 berada di caffe ini sambil membawa laptopnya dan buku refrensi namun, Nay tidak mood untuk mengetik bahan skripsinya yang sudah beberapa minggu tidak disentuhnya itu sehingga Nay memilih membaca novel yang tersedia di caffe.

"D.I.D" gumam Nay pelan sambil mengambil sebuah novel yang cukup menarik menurutnya hanya dari membaca blurb nya saja

Nay kembali ke mejanya dan antusias sekali membaca novel itu walaupun tidak seratus persen paham bahasa mandarin tapi, Nay yakin ia bisa membacanya tanpa kendala.

Waiter ataupun waittres sudah kenal betul dengan Nay yang hampir setiap hari berkunjung ke caffe ini entah itu nongkrong ataupun hanya membeli red velvet latte saja.

"Serius banget" goda waiter yang merupakan mahasiswa S2 asal Indonesia

Nay tersenyum. "Udah selesai shift nya?"

Waiter itu mengangguk dan melepas celemeknya kemudian duduk di depan Nay. "Kamu kayaknya ada masalah, it's ok mungkin aku bukan sahabat kamu ataupun teman tapi, aku pendengar yang baik."

"Bryan, lo gak akan paham apa yang gue rasain." sahut Nay sambil fokus membaca novelnya

Waiter bernama Bryan hanya tersenyum memandang Nay yang terlalu fokus membaca novel. "Krisis kepercayaan. Well, gue pernah mengalami apa yang lo alami. So, alasan gue tinggal di Macau bertahun-tahun adalah karena gue gak percaya siapapun di dunia ini."

Nay menutup novelnya setelah memberi tanda bagian yang sudah ia baca lalu memandang Bryan datar. "Lo gak akan pernah ngerti meskipun mulut gue berbusa ceritain ke lo!"

Bryan tertawa keras. "Ok, ok... Ekhem, daritadi gue perhatiin lo gak nyentuh laptop lo sama sekali."

"Emang gak! Gue badmood," sahut Nay sambil menyeruput Red Velvet Frapucinno nya

"Why Red velvet?" tanya Bryan

"Because i'm rilex" sahut Nay datar

Bryan mengambil alih laptop Nay dan rencananya ia akan membantu Nay yang dianggapnya pemalas ini.

Ya, Bryan memang menganggap Nay pemalas karena di saat ribuan mahasiswa semester akhir berkebutan dengan waktu agar cepat selesai sebaliknya Nay malah membaca novel dan mengatakan 'badmood' karena Nay mengerjakan tergantung mood nya sendiri.

Bryan tidak sengaja membuka file dengan tulisan 'My Ice Dosen!' membuat Bryan penasaran apa isinya dan membacanya dari awal.

"Lo nulis cerita?" tanya Bryan memandang Nay

Nay mengangguk membenarkan. "Hmm, abisnya waktu di awal gue suntuk banget sama dosen skripsi gue yang nyebelin itu akhirnya gue bikin judul 'My Ice Dosen!' gue pikir cocok aja judulnya karena selain 'dingin' yang benar-benar dalam artian dingin gue rasa dia terlalu kaku layaknya es karena sesuatu hal, ah entahlah!"

"Keren, lo pake nama asli pula. Seharusnya samaran aja," puji Bryan sekaligus memberi usul

"Gue nya malah gak ngefeel. Lo tahu gak sih dari SMP dulu gue juga selalu bikin cerita but, selalu gantung gak pernah bisa sampai ending makanya gue beralih genre dari fiksi ke pengalaman pribadi aja. Menurut gue lebih ngefeel dan kali aja bisa gue selesaiin sampe ending." sahut Nay

My Ice Dosen! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang