Rapuh

4.7K 232 0
                                    

-Revisi-

"Sampai besok, Kak Ra!" Ketiganya berucap serempak sambil melambai.

Kiera melambaikan tangan sambil tersenyum. Meski tanpa membuka masker ketiga muridnya itu tahu  betul Kiera sedang mengulum senyum dibalik maskernya.

Kiera masih terus tersenyum sampai mereka tak lagi terlihat di persimpangan lorong dekat tempat latihan pribadinya. Ya, memang Kiera memiliki tempat khusus untuk latihan dance jika sedang ingin berlatih, tapi itu dulu saat masih menjadi penyanyi terkenal. Namun, perbedaannya adalah sekarang dia lebih sering menggunakannya dibandingkan dulu, dia bersyukur karena dulu sempat membelinya. Sementara beberapa tahun lalu dia sangat jarang kemari, letak bangunannya pun tak pernah diketahui kakaknya meski kakakya sendiri yang menjadi managernya. Mantan pacarnya pun juga tak tahu hal ini. Tak sia-sia dia merahasiakan tempat ini atau jika tidak, kemungkinan besar bangunan ini akan diambil alih juga oleh mereka.

Kiera menatap bangunan berukuran sedang itu sambil tersenyum, dia sangat bersyukur memilikinya.

"Kamu ngapain ngajak aku ke sini? Tempat apa sih, kumuh banget," terdengar suara seorang perempuan di belakang Kiera, hanya sekali dengar saja ia sudah tahu pemilik suara itu.

Ia latas menoleh dan mengetahui jika itu memang kakaknya, matanya menajam kala melihat seorang yang dulu sangat dicintainya berjalan beriringan dengan kakaknya, terlebih keduanya saling bergandeng tangan. Memalukan. Keduanya terus berbincang sambil sesekali melempar senyum, mereka terlihat sangat bahagia meski tanpanya, begitu menyakitkan untuk melihatnya. Entah kenapa, melihat mereka yang seperti itu membuatnya merasa sakit dihatinya kembali menguasai, meski hanya sepintas namun, rasa sakit itu seakan mencekik Kiera. Sakit sekali rasanya. Sungguh ini hanya akan mengoyak luka lamanya, bahkan luka itu belum sembuh sepenuhnya. Genangan air matanya kini hampir menetes, tapi dia segera berbalik agar tak melihat pemandangan menyakitkan itu. Sungguh pilu. Kenapa harus dipertemukan dengan mereka lagi di saat seperti ini?

Kiera menyeka air mata yang menggantung di pelupuk mata, dia berusaha menenangkan diri dengan mengatur napas. Berharap air matanya tidak terjatuh di dekat mereka.

Begitu keduanya berjalan melewatinya, refleks Kiera segera berbalik dan berlari, dia sudah tak tahan lagi berada di dekat mereka, jika sudah begini lebih baik jika membiarkannya saja.

Kiera terus berlari dengan air mata berderai, rasa sakit berhasil datang untuk kembali menyiksanya. Padahal dia sudah berusaha menyingkirkannya, tapi sekuat apapun dia menepisnya rasa sakit itu tetap kembali menyerangnya, terasa sangat menyiksa, dan begitu membelenggu. Terkadang ia merasa semua akan baik-baik saja karena merasa sudah melupakan rasa sakit itu namun, nyatanya semuanya seakan musnah, tak setitik harapan pun ditemukan untuk bisa melupakan rasa sakit itu, kenangan pahit di masa lalu begitu sempurna sehingga tak mampu membuatnya bangkit. Kenapa rasanya sesakit ini? Hanya itu yang di pikirannya.

Kiera menangis sampai sesegukan, dia merasa begitu tak berdaya. Meski matanya kesulitan melihat karena terhalang air mata namun, Kiera tetap berlari, terus saja ia melaju sampai kakinya tersandung dan membuatnya jatuh. Lututnya berdarah, terasa perih memang, tapi Kiera mengabaikannya. Dia terduduk sambil terus menangis, tangannya melepas kacamatanya, dia membuangnya ke samping dengan putus asa. Ingin sekali dia menjerit agar sedikit merasakan ketenangan, tapi sayangnya dia tak bisa, sungguh menyedihkan. Kiera semakin merasa putus asa dan semakin membenci diri sendiri, merasa seperti pecundang yang tak bisa berbuat apa-apa.

Tanpa dia sadari seseorang datang menghampiri, seseorang itu berhanti di depannya, dan berjongkok, "Hei, jangan nangis. Ayo berdiri, kita pulang." Seseorang itu memberikan tangannya.

***

"Satu fakta apanya, kalau cantik mah udah tahu. Dasar Lukman bangke ku pikir tahu fakta tentang apa," Deva menggerutu. "Tapi ada untungnya juga punya temen kayak dia, seenggaknya bisa tahu tempat latihannya Ra dimana."

Unvoice [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang