Jarum jam menunjukkan pukul 17.23 ketika seorang gadis masih bergelung di atas tempat tidurnya. Suasana kamar yang mulai meredup sama sekali tidak mengganggu aktivitasnya.
Hingga bunyi ketukan pintu yang berulang mengusik pendengarannya. Namun ia tetap memeluk boneka teddy bear kesayangannya.Ceklek.
Seorang wanita paruh baya membuka pintu kamar anak gadisnya.
Suasana kamar yang mendadak terang membuat gadis itu mengerjab pelan."De, bangun udah malem." Wanita itu berjalan ke arah sisi meja belajar dan menutup jendela dan korden.
"De, bangun!" Wanita itu menyibak selimut dan menarik gadis itu agar bangun.
"Apa sih Ma? Dea masih ngantuk banget ini," gerutu gadis itu saat sudah duduk dengan mata tertutup.
"Kamu mandi terus dandan yang cantik. Cepetan. Awas kalo kamu tidur lagi, mama potong uang saku kamu!" Ancaman itu sukses membuat mata Dea terbuka sepenuhnya.
"Ngancem terus. Habis dong uang saku Dea kalo dipotong terus."
"Makanya bangun. Ingat dandan yang cantik. Mama tunggu di meja makan." Mama Dea keluar dari kamar anaknya.
Akhirnya Dea beranjak menuju kamar mandi daripada uang sakunya tinggal dua ribu perak.
Deandra Karenina, gadis berusia 18 tahun yang baru menamatkan sekolah menengah atasnya dua bulan yang lalu. Dea, begitu panggilannya, kini akan memasuki dunia perkuliahan. Ia mendaftar di salah satu perguruan tinggi swasta di kotanya mengambil jurusan Akuntansi. Entah apa yang membuatnya mengambil jurusan itu.
Sebenarnya Dea sudah mendaftar di perguruan tinggi negeri lewat jalur undangan dan tes. Tapi Dea gagal. Alasannya klise. Nilai yang sedikit di atas rata-rata, kemampuan yang bisa dibilang standart, tidak pintar juga tidak bodoh, juga ia harus bersaing dengan puluhan ribu Dea-Dea dari seluruh Indonesia.
Mungkin memang sudah takdirnya.
Dea bukan tipikal perempuan yang menghabiskan waktu berjam-jam untuk berendam di kamar mandi. Ia keluar dari kamar mandi menggunakan kimono dengan rambut dililit handuk.
Dea memilih baju mana yang akan ia pakai. Setelahnya ia duduk di depan meja rias dan mengeringkan rambutnya secara manual.
Memang lebih mudah menggunakan hair dryer. Tapi memang sudah kebiasaannya mengeringkan rambutnya dengan handuk, setelah setengah kering baru ia akan menggunakan hair dryer.Lima belas menit kemudian Dea sudah rapi dengan dress Sabrina warna biru muda. Wajahnya hanya ia sapu dengan bedak tipis dan sedikit sentuhan lipbalm warna peach di bibirnya. Rambut sebahunya ia gerai. Tentu Dea ingat ucapan mamanya untuk berdandan cantik.
Sebenarnya Dea tetap terlihat cantik meski tanpa make up. Kulit putih, hidung mancung, mata lebar juga alis yang melengkung sempurna. Tak tertinggal bibir yang selalu tersenyum manis menjadi daya tarik tersendiri untuknya. Meski tak banyak yang bisa melihat itu semua.
Mamanya tidak akan memintanya berdandan cantik jika hanya untuk makan malam biasa saja. Selain karena penasaran, juga karena ia takut dengan kelangsungan hidup dompetnya.
Ya meskipun ia sudah berencana untuk bekerja part time untuk menambah uang sakunya, tapi jika pemasukan utamanya berkurang tentu bukan hal yang baik untuknya.
Ketika hendak keluar kamar, matanya tak sengaja melihat note berwarna merah yang tertempel di meja belajar.
Check semua keperluan ospek! Semangat!!! ^_^
Begitulah isi note yang ia buat beberapa hari yang lalu. Secepat kilat Dea mengeluarkan semua isi ranselnya yang meneliti satu per satu barang yang harus ia bawa ketika ospek besok lusa.
Pandangan mata Dea kembali melihat ke arah meja belajarnya. Beberapa note masih tertempel. Dea memang sangat pelupa dengan hal-hal kecil di sekitarnya. Semua note itu sudah tertandai dengan checklist.
"Oh iya," Dea melupakan jika tadi mamanya menyuruh untuk menemui mamanya di ruang makan.
"Alamat ldr an sama si merah-merah sama si biru nih, selamat datang dua ribu perak," gumam Dea merutuki kebodohannya, bagaimana ia bisa lupa pesan mamanya.
Hai reader...
Ini cerita ketigaku. Yeeyy ^_^
Prolog sengaja dibuat singkat biar pada penasaran.
Aku nggak tau ini feel nya dapet apa enggak. Kalo misalnya feel nya nggak dapet, tetap lanjut part selanjutnya yaa....
Jangan lupa vomment
Enjoy it and see yaa...
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Old Man
RomanceDeandra Karenina, gadis 18 tahun yang baru lulus SMA dua bulan yang lalu itu benar-benar terkejut ketika Sang Ibu mengatakan ia akan menikah. Dea, begitu gadis itu biasa dipanggil, bahkan tidak kenal siapakah orang yang akan menikah dengannya. Dan l...