Dea menatap kedua bayinya yang masih tertidur lelap. Semalaman ia sudah memikirkan semua. Permasalahan rumah tangganya harus segera diselesaikan, entah untuk kembali bersama atau harus berpisah nantinya. Yang jelas ia tidak bisa berlama-lama menahan rasa sakit seperti, terlebih ini juga menyangkut masa depan anak-anaknya kelak.
Jika nanti rumah tangganya masih bisa dipertahankan, ia harap keluarganya akan menjadi keluarga kecil yang bahagia. Tapi jika nanti terpaksa harus berpisah, ia harap semua benar-benar selesai tanpa menyisakan penyesalan atau rasa sakit. Dan mau tidak mau ia harus mengikhlaskan suami sekaligus ayah untuk anak-anaknya pergi.
Namun, jauh dilubuk hatinya ia ingin semuanya selesai. Ia ingin anak-anaknya bahagia bersama kedua orang tuanya lengkap. Biar bagaimana pun mereka berhak mendapat kasih sayang ayahnya.
Ia bertekad hari ini juga ia harus menyelesaikan semua. Ia tidak ingin ada keraguan atau penyesalan saat mengambil keputusan nanti.
"Mama masih di jalan, bentar lagi sampai."
"Iya, gue siapin sarapan. Lo siap-siap deh,"
"Siap-siap mau ngapain?"
"Anterin gue ke suatu tempat."
"Saga sama Skyla?"
"Nanti biar dijagain mama, kita cuma sebentar kok."
***
"Kak, lo yakin?"
"Lo udah tanya itu lebih sepuluh kali, Ko."
"Ya abis ngapain sekarang kita disini? Jangan bilang lo beneran mau pulang ke suami lo? Iya?!"
Dea hanya diam. Enggan menjawab pertanyaan Riko karena ia sedang menata hatinya. Siap tidak siap, mau tidak mau ia harus siap dan mau. Masa depannya dan kedua anaknya dipertaruhkan.
Ia menatap rumah berpagar tinggi itu dengan pandangan jauh. Jantungnya berdebar menerka apa yang akan terjadi setelah ini.
"Kalo gue setengah jam nggak keluar, lo masuk ke dalam ya?"
"Ck, gila."
Dea mendekat ke arah gerbang yang menjulang tinggi itu. Rasanya sudah lama ia tidak menginjakkan kaki di rumah ini. Perlahan rasa rindu menyeruak di dalam hatinya.
Dengan tangan memegang sebuah kotak kecil di tangannya, ia mendekat ke arah pos satpam.
"Pagi, Pak."
"Pagi, loh Nyonya? Nyonya sudah pulang? Nyonya kemana saja? Tuan sudah mencari nyonya kemana-mana. Tuan pasti senang Nyonya sudah pulang."
Dea tersenyum. "Iya, Pak. Mas Nathan ada di dalam?"
"Ada Nyonya, mau saya antar?"
"Tidak Pak, terima kasih. Nanti kalau adik saya dateng, suruh masuk ya, Pak."
"Baik, Nyonya."
Hatinya bergemuruh mendengar penuturan Pak Amir. Apa benar Nathan mencari dirinya? Dan apa benar Nathan akan bahagia jika ia kembali?
Dengan tekad semakin kuat juga harapan yang semakin besar jika rumah tangganya akan segera kembali harmonis membuatnya sedikit tersenyum.Di pelataran rumah itu, ada dua mobil yang terparkir. Ia mengenali salah satunya adalah mobil Nathan, tetapi yang satunya ia tidak tahu. Mungkin mobil tamu. Tetapi siapakah tamu yang bertamu dipagi hari seperti ini?
Ia berhenti di depan pintu. Tangannya hendak mengetuk tetapi terhenti, tanpa berpikir lagi Dea mendorong pintu depan rumah itu.
Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah ruang tamu. Tidak ada yang berbeda dari semenjak ia pergi. Kemudian ia melangkah menuju ruang tengah. Disana ia melihat Nathan. Iya benar, Nathan yang sudah mengenakan pakaian kantor sepertinya sudah bersiap untuk ke kantor. Tetapi yang membuat hati Dea seperti tercabik-cabik adalah seseorang yang sedang memeluk Nathan sambil mengecup pipi Nathan. Juga bocah laki-laki yang ditemunya beberapa bulan yang lalu juga berdiri di samping dua orang dewasa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Old Man
RomanceDeandra Karenina, gadis 18 tahun yang baru lulus SMA dua bulan yang lalu itu benar-benar terkejut ketika Sang Ibu mengatakan ia akan menikah. Dea, begitu gadis itu biasa dipanggil, bahkan tidak kenal siapakah orang yang akan menikah dengannya. Dan l...