Part 19 - Hukuman Kecil

42.4K 1.6K 28
                                    

Happy reading 😋

Dea tersenyum sambil mengusap tutup kotak makan yang ada di pangkuannya. Tatapannya terarah ke sepanjang jalan yang dipenuhi gedung-gedung tinggi nan megah.

"Mas Nathan nggak tahu kan, Pak?" Tanya Dea pada Pak Ajo, supir pribadi yang dikhususkan mengantar jemput dirinya.

Pak Ajo menatap sang majikan dari kaca sambil tersenyum sungkan, "Tadi tuan menelfon-"

"Terus Bapak bilang apa?" Potong Dea dengan wajah sedikit was-was. Pasalnya jika Nathan tahu kemana gadis itu akan pergi, semua rencana yang sudah ia siapkan akan berantakan.

"Saya bilang Non sedang kerja kelompok."
Dea langsung berbinar, "Bagus!" Sahut Dea sambil tersenyum manis.

Pak Ajo sesekali melirik ke arah Dea yang tetap tersenyum seolah menjadi pemenang undian skincare kekinian yang populer di kalangan remaja perempuan.

"Bapak tunggu di sini aja. Pak Ajo bisa ngopi atau santai-santai dulu. Nanti saya telpon." Ucap Dea sambil melepas seatbelt nya saat mobil yang ditumpanginya sudah sampai di pelataran sebuah gedung megah nan yang menjulang tinggi.

"Baik, Non." Ucap Pak Ajo sesaat sebelum Dea melangkah keluar mobil.

"Ada yang bisa dibantu Dek?" Wajah Dea mengernyit tidak suka ketika seorang wanita cantik yang berdiri dibalik meja resepsionis itu memanggilnya 'Dek', namun dengan cepat ia menyembunyikannya dan menyunggingkan senyum misterius.

Ya, memang siapapun yang melihat Dea pasti mengira gadis itu masih sekolah. Karena cantik natural dan hal inilah yang sering kali membuatnya jengkel.

"Saya mau cari Mas- maksud saya Pak Nathan, tante." Ucap Dea dengan wajah polos sambil menahan senyum ketika melihat wajah kesal wanita itu karena memanggilnya 'tante'.

"Apa sudah membuat janji?"

Lagi-lagi adegan seperti ini. Dea menghembuskan nafas pelan. Ia sudah bisa menembak bagaimana kelanjutan hal yang akan ia alami. Seperti novel-novel yang sering ia baca bagaimana mainstream nya aksi resepsionis dalam menghadapi tamu bos mereka. Selalu meremehkan dan melihat penampilan mereka.

"Belum,"

"Begini ya Dek, kalau mau bertemu dengan Pak Nathan kamu harus buat janji dulu. Karena jadwal beliau padat dan hanya orang penting yang bisa bertemu dengan beliau."

Dea menahan diri untuk tidak membongkar siapa dirinya di depan wanita itu. Secara tidak langsung wanita itu menyebut dirinya tidak penting. Menyebalkan sekali, pikir Dea.

"Tolong bantu saya, Tan. Ini penting banget."
Wanita itu menatap Dea penuh selidik, "Jujur deh. Kamu mau apa ketemu Pak Nathan?"

"Saya keponakannya." Tukas Dea cepat. Ia benar-benar meruntuki mulutnya yang langsung berucap seperti itu.

"Kamu jangan coba bohong sama saya. Pak Nathan cuma punya satu keponakan, itu pun laki-laki." Jawab wanita yang ia tahu bernama Nadia dilihat dari name tag di bajunya.

Dea menatap jam tangannya. Lima belas menit sudah terbuang sia-sia saat "Tan, please, bantu saya." Sebenarnya malas sekali ia harus memohon kepada wanita yang tidak ia kenal, padahal yang ingin dia temui adalah suaminya sendiri. Menyebalkan!

"Ya sudah, kamu tunggu dulu disana." Ucap wanita itu sambil menunjuk sofa yang berada di sudut ruangan. Sofa dan meja itu memang dikhususkan untuk para tamu.

"Makasih, Tante." Ucap Dea sambil tersenyum dan dibalas dengan oleh wanita itu.

Di kejauhan ada sepasang mata yang mengamati interaksi keduanya. Hingga perlahan orang itu pergi.

Married with Old ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang