Comment ya kalo ada typo 😂
Enjoy reading 😙Semua mahasiswa baru sudah memasuki bus sesuai dengan fakultas masing-masing, termasuk Dea. Ia mendapat bus nomer 3 bersama dengan teman-temannya yang lain. Dea memilih duduk bersebelahan dengan Dania tentunya, di deretan bangku tengah-tengah dengan alasan, pertama jika ia duduk paling di deretan kursi depan ia yakin telinganya akan pengang karena dekat dengan audio musik. Kedua, bangku belakang tentu tidak dapat di tempati para cewek, karena sudah diincar oleh para cowok. Di sana mereka tentu berulah berjoget ria dengan gerakan tidak jelas.
Bus sudah dalam perjalanan menuju sebuah hutan yang sering dijadikan tempat camping. Perjalanan diperkirakan selama kurang lebih tiga jam. Waktu yang cukup lama untuk perjalanan ke tempat camping. Well, bisa buat tidur sebentar nih, pikir Dea.
Sedari tadi ia hanya mengamati layar ponselnya yang menampilkan sebuah games dan telinga tersumpal headset. Alternatif untuk mengatasi kebosanan karena Dania sudah tidur sejak beberapa menit mereka masuk ke dalam bus.
Sepertinya kesialan, entah harus disebut kesialan atau bukan. Beberapa saat ia hanya fokus pada kegiatannya sendiri, ia merasa ada yang memperhatikan dirinya. Saat mengedarkan pandangannya ke seluruh bagian dalam bus, matanya bertemu dengan mata seseorang.
Seseorang yang menatapnya lekat seolah Dea adalah pusat rotasinya. Dengan cepat Dea memutuskan kontak dengan iris coklat itu dan menyibukkan diri dengan ponselnya.
Hingga beberapa saat, sebuah kertas, lebih tepatnya daftar nama, terjulur di depannya. Ia menatap siapakah orangnya dan lagi-lagi pandangannya bertemu dengan iris coklat itu, lagi.
"Absen dulu, Dania kamu absenkan sekalian." Ucap seseorang itu sambil memberikan sebuah bolpoint sambil melirik Dania yang tertidur pulas. Dea meraih kertas itu dan menandatanganinya.
"Itu daftar nama kelompok ospek kemarin. Nanti setelah sampai kita kumpul seperti kelompok itu." Dea hanya mengangguk kemudian sibuk dengan games di ponselnya lagi. Ia enggan menatap orang yang tadi pagi bahkan sudah merusak moodnya dengan ingatan pahit tentang masa lalunya.
Dan sepertinya acara camping dua hari ini akan terasa lebih berat dari bayangannya. Jika harus berkumpul satu kelompok seperti saat ospek, tentu ia akan sering bertemu dengan dia, Rafyan.
Enggan memikirkan hal itu, Dea memilih memejamkan matanya. Samar-samar ia merasakan seseorang menyelimuti dirinya, namun karena kantuknya lebih besar membuatnya mengabaikan hal itu dan memilih terlelap di alam bawah sadarnya.
***
"Dan, bangun." Dea menggerakkan bahu Dania yang sulit sekali dibangunkan. Padahal bus sudah sampai di tempat camping sejak lima menit yang lalu.
Hanya tersisa beberapa mahasiswa yang masih berada di dalam bus. Itu pun mereka sudah bersiap akan turun.
"Ck. Kebo banget sih!" Ingin rasanya ia meninggalkan Dania, tapi ia tidak setega itu dengan sahabatnya.
"Kalo nggak bangun gue tinggal nih." Ucap Dea berharap sahabatnya itu akan menuruti ancamannya. Ternyata zoonkk!!! Dania masih tetap menyenderkan kepalanya di kaca bus dengan mata terpejam.
Habis sudah kesabaran Dea, akhirnya ia memutar otak dan voila!
Sambil membekap mulutnya sendiri menahan tawa dengan tangan kiri. Perlahan ia memencet hidung Dania beberapa saat hingga gadis itu megap-megap. Akhirnya ia terbangun karena kehabisan nafas.
Sedangkan Dea justru menikmati wajah sahabatnya itu."Hahaha. Sumpah wajah lo lucu banget." Ucap Dea berusaha meredam tawanya.
"Puas lo?!"
"Puas bangetlah." Jawab Dea sambil menaikkan bahunya. "Buruan, udah ditunggu yang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Old Man
RomanceDeandra Karenina, gadis 18 tahun yang baru lulus SMA dua bulan yang lalu itu benar-benar terkejut ketika Sang Ibu mengatakan ia akan menikah. Dea, begitu gadis itu biasa dipanggil, bahkan tidak kenal siapakah orang yang akan menikah dengannya. Dan l...