Happy Reading ❤️
"Aku nggak mau pulang ke rumah." Satu kalimat itu terus diucapkan Dea sejak ia memasuki mobil Rafyan hingga kini.
"De, kamu percaya sama aku."
"Aku nggak mau buat orang tuaku sedih, Kak."
"De, aku paham. Kamu percaya sama aku, ya?"
Dea hanya diam. Ia menatap jalanan dengan tatapan waspada. Sepertinya gadis itu tengah mengamati kemana arah jalan yang sedang mereka lewati saat ini.
Mobil Rafyan berhenti di depan sebuah minimarket.
"Kamu mau ikut?"
Dea bergeming. Kepalanya berpikir keras sedang berada di daerah mana ia sekarang. Ia takut jika tiba-tiba ada orang yang mengenali dirinya.
"Kita cuma sebentar. Daerah ini jauh dari tempat tinggalmu. Aku jamin tidak akan ada yang mengenalimu." Ucap Rafyan seolah memahami isi pikiran Dea.
Akhirnya Dea mengangguk mengikuti Rafyan daripada ia berdiam diri di dalam mobil.
Rafyan memapah Dea membantu gadis itu berjalan.
"Aku nggak cacat, nggak lumpuh juga, Kak. Aku bisa jalan sendiri."
Rafyan tertawa kecil. "Maaf, aku tidak bermaksud membuatmu tersinggung. Hanya saja, aku yang khawatir."
Enggan berdebat lagi, Dea memilih mengangguk dan membiarkan laki-laki itu membantu dirinya.
"Kamu bisa ambil apapun kebutuhan kamu untuk sehari-hari."
"Maksudnya?"
"Kamu ambil saja dulu, setelah ini kamu akan tahu."
Rafyan mengambil troli kemudian menyusuri rak demi rak dan mengambil beberapa bahan makanan dan kebutuhan lain yang sekiranya diperlukan Dea.
Berbeda dengan Rafyan, Dea justru hanya mengamati bagaimana lihainya laki-laki itu berbelanja kebutuhan.
"Kamu nggak mau bantuin aku?"
Dea tersenyum dan mendekati Rafyan.
"Kenapa borong kayak gini?"
"Ini bukan borong. Tapi emang kita perlu."
Dea mengangguk.
"Ada yang ingin kamu beli lagi?"
Dea mengamati troli yang hampir penuh. Semua kebutuhan sehari-hari ada di sana.
"Cukup deh kayaknya."
Rafyan mengangguk dan tersenyum kemudian berjalan ke arah kasir.
Dea mengamati Rafyan dari jauh. Ia tidak menyesal pernah mencintai laki-laki itu. Karena laki-laki itu memang baik. Yah, meskipun ia pernah disakiti, tapi kini ia tidak perlu meragukan kebaikan laki-laki itu.
Karena terlalu asyik melamun, Dea tidak sengaja ditabrak seseorang.
Dea terkejut dan tersadar siapakah yang menabrak dirinya. Seketika tubuhnya membeku. Jantungnya pun berdegub cepat.
"Kakak? Lo ngapain disini? Perut lo-" seseorang itu terkejut mendapati Dea dan lebih terkejut lagi ketika melihat perut kakaknya rata.
***
Ketiga orang itu tampak tegang di tempat duduk masing-masing.
"Jelasin, Kak."
Seumur hidup Dea tidak pernah setakut ini berhadapan dengan adiknya.
"Kakak nggak bisa jelasin semua ke kamu. Tapi kakak minta, jangan kasih tahu siapapun termasuk mama, papa, dan," Dea menghentikan ucapannya. "Mas Nathan." Lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Old Man
RomanceDeandra Karenina, gadis 18 tahun yang baru lulus SMA dua bulan yang lalu itu benar-benar terkejut ketika Sang Ibu mengatakan ia akan menikah. Dea, begitu gadis itu biasa dipanggil, bahkan tidak kenal siapakah orang yang akan menikah dengannya. Dan l...