Happy Reading ❤️
Dua orang paruh bawa tampak berdiam diri di sebuah ruangan. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Kita harus melakukan sesuatu, Pa. Kita nggak bisa diem terus kayak gini." Sahut sang wanita.
"Iya, Ma. Papa juga berpikir seperti itu. Tapi mama tahu sendiri Dea keras kepala sekali. Papa nggak mau akhirnya dia kabur-kaburan lagi."
"Tapi Pa, biar bagaimana pun kita orang tuanya. Kita harus tetap melakukan yang terbaik untuk putri kita, Pa. Apalagi sekarang kita sudah punya cucu. Apa jadinya kehidupan mereka di luar sana nantinya? Apalagi suaminya benar-benar keterlaluan!"
Amarah Mama Dea sedikit tersulut kala mengingat sang menantu yang pengecut. Meskipun ia tidak tahu persis apa masalah keduanya, tetapi sebagai seorang ibu yang mengenal anaknya sejak kecil, ia paham betul sifat putrinya. Dea memang keras kepala, tetapi ia tidak gegabah dalam mengambil keputusan.
"Apa sebaiknya kita beritahukan Nathan keberadaan Dea sekarang? Biar mereka bisa menyelesaikan masalah mereka." Usul Papa Dea yang langsung ditolak mentah-mentah oleh Mama Dea.
"Tidak! Aku nggak pernah rela anakku disakiti pria tidak bertanggungjawab itu!"
"Mereka sudah dewasa, sudah berrumah tangga dan memiliki anak. Seharusnya mereka membicarakan masalah mereka, Ma."
"Papa lupa bagaimana sifat Dea? Putri kita tidak akan melakukan hal nekad kecuali dia benar-benar tidak punya pilihan. Dan papa bisa melihat, Nathan tidak bisa menemukan Dea setelah sekian lama, Pa."
"Mungkin mereka salah paham, Ma. Kita harus membantu mereka menyelesaikan masalahnya."
"Kenapa Papa lebih belain dia?!!"
"Papa bukan membela Nathan, hanya saja Papa merasa dengan keadaan seperti ini tidak baik untuk mereka berdua, juga untuk cucu kita yang membutuhkan ayahnya, Ma."
"Ayah? Mereka tidak butuh ayah tidak bertanggungjawab seperti dia. Mama bisa merawat mereka mama meskipun tanpa ayahnya."
"Mah! Jangan keterlaluan, bisa saja ini semua salah paham."
"Kenapa papa terus belain dia?! Udahlah mama capek! Kalo papa nggak mau bantuin mama, biar mama sendiri aja."
***
Di sisi lain, Nathan tengah berada di rumahnya yang besar seorang diri. Sebulan ini, hari-harinya terasa sangat sepi tanpa kehadiran Dea. Tangan besarnya meraih figura foto pernikahan mereka. Ia mengusap foto itu perlahan. Ingatan dan kenangan manis mereka berputar di kepalanya. Ia sangat merindukan semua tingkah manis istri kecilnya. Tapi sampai kini orang suruhannya belum menemukan keberadaan Dea. Memikirkan keberadaan gadis itu membuat kepalanya hampir pecah.
Terlihat sekali bagaimana kacaunya Nathan tanpa Dea. Mungkin di kantor ia tetap seperti biasanya, bos yang berkharisma dan kompeten. Tapi ketika ia kembali ke rumah, ia kembali Nathan yang rapuh. Menjadi suami yang gagal menjaga dan melindungi istrinya. Perasaan marah dan cemas melingkupi hatinya. Marah pada dirinya sendiri dan cemas pada Dea.Kenapa bisa Dea meninggalkan dirinya begitu saja tanpa pamit seperti ini. Selama ini selalu bersabar menghadapi segala sikap Dea, tetapi ia tidak menyangka jika gadis itu akan nekat kabur darinya. Yang masih menjadi pertanyaan, bagaimana gadis itu bertahan di luar sana dengan keadaan hamil besar? Bagaimana kabar kandungannya?
"Aahh... You drive me crazy, Dea!"
Nathan meraih kunci mobilnya kemudian keluar rumah mengendarai mobilnya dengan cepat.
***
Aroma alkohol menusuk hidung, asap rokok mengepul di seluruh penjuru ruangan yang penuh sorot kerlap kerlip lampu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Old Man
RomanceDeandra Karenina, gadis 18 tahun yang baru lulus SMA dua bulan yang lalu itu benar-benar terkejut ketika Sang Ibu mengatakan ia akan menikah. Dea, begitu gadis itu biasa dipanggil, bahkan tidak kenal siapakah orang yang akan menikah dengannya. Dan l...