Part 24 - Pak David Bucin

26.7K 1.4K 23
                                    

Happy Reading ❤ Komen kalo ada typo ya

Sudah terhitung dua bulan sejak pertemuan Dea dan Nathan dengan dosen yang kini berdiri menjelaskan mekanisme valuta asing di depan kelas itu, ya, Pak David. Dea mengamati setiap gerak gerik dosen yang kini mengenakan kemeja hitam itu.

Semua perlakuan Pak David kini terasa berbeda. Dea bisa merasakan jika dosennya itu memang sedang menjaga jarak dengannya. Terbukti dari beberapa kali Pak David selalu mengalihkan pandangannya ketika mata Dea tepat menatap iris Pak David. Saat di dalam kelas pun dosen itu memperlakukan Dea sama seperti mahasiswa lain. Benar-benar seperti mahasiswa lain.

Bahkan Pak David juga tak lagi menghukum Dea, ketika ia terlambat masuk kelas lima menit atau sepuluh menit. Dea semakin yakin jika dosen itu sudah enggan berurusan dengan dirinya.

Dea merasa asing dengan dosen satu itu setelah sebelumnya ia merasa dosen itu memperlakukannya sedikit 'istimewa'.

Bukan berharap lebih atas perhatian Pak David, hanya saja ia merasa ada sesuatu yang membuat Pak David menjauhi dirinya. Dan ia belum tahu apa penyebabnya.

Dea sendiri merasa sedikit canggung setiap kali menyerahkan tugas padahal pria itu tampak biasa saja. Hal itu mau tidak mau menyita pikirannya.

"Sekian materi hari ini. Jangan lupa kumpulkan tugas kalian di ruangan saya. Selamat siang."

"Baik Pak. Selamat siang." Jawab para mahasiswa.

"Tugasnya kumpulin di gue aja. Biar gue yang anter ke ruangan Pak David."

Teman-teman Dea mengumpulkan tugas itu di meja Dea. Sedangkan Dania yang berada di sebelahnya tidak habis pikir dengan sahabatnya itu. Ia tahu akhir-akhir ini sikap Pak David kepada Dea memang berubah. Beliau tak lagi seperhatian dulu kepada Dea. Sikap Dea belakangan ini juga berubah. Terlihat sekali jika gadis itu banyak melamun jika sedang diajar oleh Pak David. Arah tatapan Dea memang ke materi yang disampaikan Pak David, tetapi ia tahu jika pikiran Dea melayang entah kemana.

Dania tahu jika memang ada sesuatu di antara keduanya, tetapi ia hanya bisa menerka tanpa berani bertanya langsung kepada Dea. Takut jika gadis itu tersinggung atau menganggu privasi keduanya.

"Dan, gue nganter ini dulu ya." Ucap Dea membuyarkan lamunan Dania.

"O-oh, okay."

***

Dea menatap pintu di depannya dengan tatapan ragu. Berulang kali ia menarik nafas dan menghembuskan lagi untuk mengurangi rasa gugup yang tiba-tiba menyelimuti dirinya. Terakhir kali ia datang ke ruangan itu adalah dua bulan yang lalu.

Ia sendiri bingung, Apa yang membuatnya gugup? Padahal ia seharusnya biasa saja.

Tangan Dea sudah terulur hendak mengetuk pintu namun terhenti ketika bersamaan dengan terbukanya pintu kayu bercat coklat itu. Dan muncullah Pak David yang juga sama terkejutnya dengan Dea.

Keduanya sama-sama terdiam sesaat kemudian Pak David mempersilahkan Dea memasuki ruangannya setelah melihat tumpukan kertas di tangan Dea.

Dea hanya meletakkan tugas-tugas itu di meja kayu berlapis kaca itu tanpa berkata sepatah kata pun. Begitu pula Pak David yang hanya mengamati gerak gerik Dea tanpa berkata apa pun.

"Permisi, Pak." Ucap Dea sambil berlalu tetapi langkahnya terhenti ketika sebuah suara memanggil namanya.

"Bisa bicara?" Dea berbalik badan dan menatap dosennya dengan tatapan tak terbaca kemudian mengangguk.

Pak David berjalan menuju sofa di sudut ruangan kemudian diikuti Dea. Mereka duduk berseberangan dengan situasi yang canggung. Entah kemana larinya aura tegas dan kejam dosen sok killer itu? Dan entah kemana perginya sikap cerewet dan tidak bisa diam Dea?

Married with Old ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang