Dea mengetuk pintu yang sudah beberapa kali didatanginya. Setelah mendapat izin dari pemilik ruangan, Dea berjalan memasuki ruangan dengan langkah pelan.
"Apa hukuman saya kali ini?" Tanya Dea to the point. Mendengar suara Dea yang sedikit gentar membuat Pak David mendongak dan bertemu dengan wajah pucat Dea.
"Kamu sakit?"
"Apa itu penting?" Jawab Dea balik bertanya dengan wajah datar. Ia sudah malas beradu argumen dengan dosen satu itu, apalagi jika pada akhirnya ia tetap mendapat hukuman juga.
Pak David bangkit dari kursinya kemudian menarik tangan Dea. "Ikut saya."
Dea meronta berusaha melepaskan cekalan tangan Pak David. Pasalnya semua mahasiswa yang berada di koridor menatap mereka dengan tatapan terkejut dan bertanya-tanya. Jangan lupakan tatapan garang dari fans Pak David yang siap menerkam Dea saat itu juga.
"Lepasin Pak." Pak David tak menggubris ucapan Dea.
Hingga keduanya sampai di tempat parkir dosen.
"Bapak ngapain ajak saya kesini?" Dea menghentakkan tangannya dan cekalan Pak David akhirnya terlepas.Pak David membuka mobil penumpang, "Masuk." Dea mendengus kemudian berbalik. Namun belum ia melangkahkan kaki, kerah bajunya sudah di tarik oleh Pak David.
"Jangan coba-coba lari dari saya."
Dea bersedekap, "Ck. Bapak pikir saya kucing?" Alih-alih menjawab Pak David justru mendorong Dea agar masuk ke dalam mobilnya.
"Bapak mau culik saya ya?!" Tanya Dea dengan nada sedikit naik dan menjauhkan badannya hingga menyentuh pintu penumpang.
"Rugi besar saya culik kamu." Ucap Pak David santai. "Pakai seatbelt kamu."
"Nyebelin banget!" Gerutu Dea pelan tapi tetap menuruti perintah dosennya itu untuk memakai seatbelt.
"Turun." Ucap Pak David saat mobilnya sudah berhenti di depan sebuah restoran yang cukup mewah.
"Mau ngapain?" Tanya Dea polos. Sedangkan Pak David menatap mahasiswi nya itu jengah.
"Kamu tidak lihat kita dimana?"
"Restoran. Terus?"
"Turun. Kita mau ngamen disini."
Dea hanya mengangkat bahunya kala mendengar jawaban absurd dari Pak David.Mereka memasuki restoran dan disambut oleh seorang pelayan.
"Selamat siang. Reservasi atas nama siapa?" Tanya pelayan itu sopan.
"Semalam saya memesan tempat atas nama David Mahesradi."
"Baik, Pak. Mari saya antarkan."
"Kamu mau pesan apa?" Tanya Pak David sambil membolak balik buku menu.
"Saya kan nggak bilang mau makan."
"Tapi kamu harus makan. Wajah kamu pucat."
"Saya sudah makan siomay di kantin tadi."
"Silahkan pesan apapun yang kamu mau. Saya traktir."
"Bukannya bapak mau kasih saya hukuman. Kenapa jadi traktir saya makan?"
"Cepat pesan atau saya potong nilai kamu!" Ancam Pak David dan sukses membuat Dea bungkam. Memang dosen itu sangat pemaksa dan hobi sekali mengancam.
Tak lama pesanan mereka datang. Sebenarnya Dea enggan memakan hidangan di depannya karena perut masih begah. Tetapi untuk menghargai Pak David yang sudah peduli dan mengajaknya makan alias mentraktirnya, akhirnya perlahan ia menyuapkan makanan dihadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Old Man
RomanceDeandra Karenina, gadis 18 tahun yang baru lulus SMA dua bulan yang lalu itu benar-benar terkejut ketika Sang Ibu mengatakan ia akan menikah. Dea, begitu gadis itu biasa dipanggil, bahkan tidak kenal siapakah orang yang akan menikah dengannya. Dan l...