Part 36 - Akan Segera

15.6K 1K 125
                                    

"Nath, are you okay?"

Nathan mengalihkan atensinya pada wanita di sampingnya. Ia mengangguk singkat sebagai balasan dari pertanyaan itu.

"Apa-" wanita itu menghentikan pertanyaannya. Ia mengamati wajah pria di hadapannya dengan seksama. Wajah tampan yang bahkan tetap terlihat tampan meskipun keadaannya kacau. Mata sayu tidak segar, rambut halus yang mulai menghiasi sekitar pipi dan dagunya dan raut lelah tergambar jelas.

Alis Nathan terangkat sebelah menandakan ia menunggu kalimat lanjutan Stelin.

"Maaf. Apa belum ada kabar tentang istri kamu?"
Nathan menatap Stelin sejenak kemudian menggeleng.

"Terus apa rencana kamu ke depannya?"
Nathan menaikkan sebelah alisnya bingung. "Maksud kamu?"

"Yaaa, maksud aku begini, apa rencana kamu setelah ini? Sampai kapan kamu akan terpuruk seperti ini? Aku tau kamu sedih, but life must go on, right?"

Nathan hanya diam.

"Ayolah Nath, kamu sudah dewasa. Aku tau ini memang masalah besar, istri kamu pergi dan kamu masih terpuruk disini. Semua sudah kamu lakukan, semua tenaga, bahkan kamu sudah menyuruh banyak orang untuk mencari dia, tapi hasilnya apa? Nihil!" Ucap Stelin lagi.

"Kamu nggak bisa kayak gini terus. Sudah hampir dua bulan Nath, mau seberapa lama lagi? Kalau aku dia, aku akan pulang. Aku akan pulang ke rumah di mana aku tinggal sama suami aku. Karena apa? Karena aku mencintai suamiku."

Ucapan Stelin membuat Nathan tertegun.

"Satu yang menjadi pertanyaanku, kenapa sampai sekarang istrimu tidak kembali? Jika jelas-jelas kalian tidak ada masalah atau pertengkaran sebelumnya. Kalau dia cinta sama kamu, dia nggak akan tinggalin kamu kayak gini. Dia nggak akan ngebuat kamu terpuruk seperi ini."

Stelin menatap Nathan yang terus bergeming tanpa suara. "Satu yang aku takutkan, Nath."
Atensi Nathan teralih.

"Aku cuma takut, apa yang kamu perjuangkan selama ini, sejak dulu, tidak sebanding dengan apa yang kamu terima saat ini."

***

Nathan masih berkutat dengan tumpukan berkas-berkas di ruangannya. Hari sudah malam dan jarum jam menunjukkan pukul sepuluh malam.

Ia tidak ada niat untuk mengakhiri pekerjaannya meskipun penat sudah menyelimuti tubuh tegapnya. Sesekali ia memijat pangkal hidungnya. Bukan tanpa alasan dia bekerja lembur bagai kuda seperti ini. Tidak lain dan tidak bukan karena ia ingin mengalihkan pikirannya agar tidak memikirkan Dea. Bahkan sudah beberapa malam ini ia menginap di kantor karena setiap sampai di rumah bayangan Dea kembali memenuhi seisi rumahnya.

Rasanya jauh dilubuk hatinya sangat sakit. Luka yang tidak terlihat itu kian menyiksanya.
Ia merasa dirinya tidak pantas bahagia selama hidupnya.

Kehilangan kedua orang tuanya sejak kecil, hidup berdua hanya dengan kakak perempuannya, bekerja dan merintis usaha dari nol, penantian belasan tahun karena mencintai Dea, dan bahkan pernikahannya yang masih seumur jagung dan istri kecilnya meninggalkan dirinya.
Apakah tidak akan ada kebahagiaan di hidupnya?

Pikirannya terjeda ketika mendengar sebuah ketukan pintu. Tanpa menyahut, pintu sudah terbuka dan menampak seseorang yang tidak ia temui beberapa hari terakhir setelah malam dimana ia hangover dan dijemput oleh pria itu. Bahkan ia masih ingat sumpah serapah Reihan sepanjang jalan pulang menuju rumahnya. Bahkan itu masih tidak cukup karena Reihan masih mengomeli dirinya layaknya ibu memarahi anaknya yang memecahkan gelas. Dasar pria tua!

"Gue lihat mobil lo masih di parkiran. Jadi penunggu kantor lagi?" Sindir Reihan sambil duduk di sofa.

"Lo kira gue setan." Ucap Nathan mendengus kasar. "Ngapain lo jam segini masih di kantor?"

"Ambil berkas ketinggalan."

Nathan hanya mengangguk.

Cukup lama keduanya terdiam. Hingga Reihan berucap yang cukup mengejutkan Nathan.

"Gimana kalo misalnya gue tau Dea dimana?"

"Ma-maksud lo? Dea dimana? Lo tau Dea dimana? Kenapa lo nggak bilang?!!" Sentak Nathan menghampiri Reihan meraih kerah kemeja pria itu.

Belum sempat Nathan kembali bersuara, Reihan sudah menjitak kepala Nathan. "Ck. Bego banget sih lo!" Reihan melepaskan diri dari Nathan.

"Pertanyaan gue apa? Misalnya, misalnya. Berarti gue belum tau Dea dimana."

Nathan kembali mendengus kesal. Memang tidak berguna sahabatnya itu.

***

Dea mengamati dua bayi kembarnya yang terlelap bersisihan. Keduanya tidur dengan lelap sejak kedatangan mereka di tempat tinggal Dea beberapa jam yang lalu. Sesekali ia mengelus pipi gembul keduanya. Ia sangat bahagia memiliki si kembar meskipun di tengah cobaan rumah tangganya.

Namun pikirannya tetap tidak bisa tenang ketika tadi saat ia mendatangi bagian administrasi tempat bayi-bayinya di rawat. Ia hendak meminta keringanan biaya atas perawatan kedua bayinya karena uang yang dimilikinya masih kurang banyak. Tetapi hal mengejutkan terjadi ketika petugas disana berkata semua biaya perawatan kedua bayinya sudah dibayar lunas. Saat Dea bertanya siapa yang sudah melunasi, petugas itu berkata tidak bisa menyampaikan.

Ia menduga Rafyan yang melunasi karena laki-laki itu kekeuh memberikan uang beberapa hari yang lalu. Tetapi Rafyan yang juga mengantar dirinya menjemput kedua bayinya, berkata bukan dirinya. Kemungkinan kedua adalah adiknya, Riko. Meskipun ia tidak yakin Riko memiliki uang sebanyak itu, tetapi dugaannya tetap tidak bisa dihentikan. Dan nyatanya adiknya itu bukan yang melunasi karena dia sendiri sudah tidak memiliki uang.

Pikirannya teralih ketika tidur bayi perempuannya terusik. Dengan pelan Dea menepuk-nepuk pelan tubuh bayinya agar kembali nyenyak. Perlahan bayi mungil nan cantik itu kembali nyenyak.

Dea mengamati kedua bayinya, wajah keduanya tidak identik tetapi memiliki kemiripan. Hidung keduanya mancing dan alis melengkung sempurna mirip sekali dengan ayahnya. Bayi laki-lakinya bahkan seperti duplikat Nathan. Ah pria itu, mengingatnya saja hatinya kembali nyeri. Tetapi tidak bisa ia pungkiri jika ia merindukan pria tua itu.

Pikirannya berkelana, andai semua masalah ini tidak muncul, saat ini pasti keluarga kecilnya akan sangat bahagia. Kedua bayinya dapat merasakan pelukan hangat ayah mereka. Dan Nathan akan sangat bahagia karena memiliki bayi kembar yang begitu cantik dan tampan.

"Astaga, kepala gue error nih kayaknya." Ucap Dea sambil mengenyahkan kehaluan di pikirannya.

"Sayang-sayangnya mama, terima kasih kalian berdua sudah kuat dan bertahan untuk mama. Mama sayang kalian, mama akan menjaga kalian sepenuh jiwa raga mama. Kalian adalah hidup mama mulai sekarang. Terima kasih sudah hadir di hidup mama dan menemani mama sekarang. Mama nggak tau apa jadinya mama tanpa ada kalian. Love you so much, twins." Ucap Dea sebelum mencium kedua bayinya.

Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan muncul seseorang.

"Mama tunggu, kita bicara di luar."





Hayolohh, itu mamanya siapa?

Kalian sadar nggak sih ucapan Stelin secara nggak langsung dia bilang cinta ke Nathan? Wahh, makin gencar aja dia haha

Jangan lupa follow akunnya Author 😘

Jangan lupa vote dan komen juga

Luvv kalian Onty Uncle ❤️

Married with Old ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang