Part 18 - Aku Siap

44.4K 1.7K 67
                                    

Enjoy reading yaaa ❤

Komen ya kalau ada typo

Nathan masih sibuk dengan lembaran kertas di depannya padahal jarum jam sudah memasuki waktu makan siang. Ia enggan beranjak dari kursi kebesarannya meskipun sekedar untuk mengisi perutnya dengan makanan. Sesekali ia hanya menyesap kopi yang tentu sudah tidak mengepul lagi.

Hingga fokusnya teralih pada pintu yang tiba-tiba terbuka tanpa ketukan terlebih daluhu.

Nathan memandang sinis makhluk berdasi yang justru menyengir daripada merasa bersalah karena seenaknya masuk ke ruangannya.

"Makan siang dulu, Bos." Ucapnya duduk di sofa dengan kaki kiri terangkat.

"Ngapain lo ke sini?"

Orang itu menatap Nathan santai, "Ngajak makan sianglah." Jawabnya enteng.

"Gue masih banyak kerjaan."

"Kasih aja ke bawahan lo, apa gunanya jadi CEO kalau semua lo kerjain sendiri." Ucap orang itu dengan menekan kata 'CEO'.

Nathan hanya mendengus tanpa berniat menjawab.

"Gue minta nomer hp istri lo dong." Seketika tatapan tajam bak pedang Excalibur dari Nathan mengarah pada pria yang kini justru menatapnya tanpa dosa. Wajah tanpa rasa bersalah milik Reihan justru membuat Nathan merasa itu adalah sebuah kode bahwa sahabatnya itu telah mengibarkan bendera perang kepadanya.

"Ck. Gue nggak ada niat nikung, cuma ini demi masa depan gue," Jawab Reihan, ia tahu bahwa tatapan tajam Nathan seakan siap mengulitinya hidup-hidup.

Nathan mengangkat alisnya.

"Gue mau minta nomer Dania." Aku Reihan dengan wajah memelas. "Plis lah, kali ini aja lo bantuin gue."

"Gue nggak akan mengorbankan keselamatan istri gue buat buaya kayak lo," cibir Nathan.

"Alay banget sih lo! Gue cuma minta istri lo-"

"Apa lo bilang?!!" Nathan sudah bangkit dari kursi kerjanya dan berdiri tak jauh dari Reihan.

"Maksud gue, gue cuma minta nomer hp Nath, bukan ngajak istri lo ke medan perang. Lagipula dengan gue minta nomoe hp Dea, dia akan tetap utuh, posesif banget." Cibir Reihan.

"Usaha sendiri." Ucap Nathan sambil melempar soda kaleng yang diambilnya dari kulkas kecil di sudut ruangan dan ditangkap sempurna oleh Reihan.

"Emang lo serius?" Tanya Nathan.

"Astaga, emang se-nggak meyakinkan itu ya?"

"Lo emang nggak bisa dipercaya, kalau lo lupa," Nathan menengguk soda kaleng di tangan kanannya.

"Ck. Terpaksa gue harus terjun ke lapangan nih," gumam Reihan sambil berlalu dari ruangan Nathan, mengabaikan tatapan bingung dari pemilik ruangan itu.

***

Dea hanya duduk di ruang tengah dengan televisi menyala menampilkan serial bocah kembar yang selalu membuat Dea antusias di setiap episodenya. Namun kali ini berbeda, ia hanya duduk bersila di atas sofa dengan tatapan menerawang jauh. Lebih tepatnya ia melamun. Pikirannya berkelana tentang sebuah pertanyaan yang terus terngiang memenuhi pikirannya. Dan tentu ia belum menemukan jawaban dari pertanyaan itu.

Sesekali ia menghembuskan nafas berat seolah ada beban yang menimpa tubuhnya. Dea melirik ke arah jam dinding di atas televisi. Empat puluh lima menit lagi Nathan akan pulang. Dea beranjak dari tempat bertapanya kemudian memutuskan untuk mandi sebelum menyiapkan makanan untuk makan malam.

Tak butuh waktu lama bagi Dea untuk mandi, terbukti tidak sampai tiga puluh menit ia sudah berkutat dengan alat-alat di dapur dan sejumlah bahan masakan.

Married with Old ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang