Part 17 - Fokus

27.3K 1.5K 33
                                    

Happy Reading ❤

Sudah tiga hari sejak Dea keluar dari rumah sakit. Dan sudah dua hari ini ia mengikuti perkuliahan seperti sebelumnya. Tidak ada yang berubah semenjak acara perkemahan usai. Semua tetap sama, hanya saja kini ia lebih mengenal teman-teman seangkatannya. Ia juga sudah menghafal beberapa nama mahasiswa dari departemen lain.

"Lo udah dapet buku yang diminta Pak Billy?" Tanya Dania saat keduanya berjalan menyusuri koridor menuju kelas mereka yang berada di lantai dua.

"Udah, ternyata Mas Nathan punya bukunya. Yaudah, gue pake itu aja. Yah, walaupun itu versi orinya bukan yang terjemahan."

"Enak banget dong,"

"Emang lo belum cari?" Dania menggeleng sambil nyengir.

Mereka sudah memasuki kelas mereka. Dea sesekali tersenyum dan mengangguk ketika disapa atau menyapa teman sekelasnya.

"Mau gue temenin?" Tanya Dea sambil mengeluarkan  buku catatan miliknya.

"Enggak deh, makasih. Nanti gue sekalian antar nyokap ke butik."

Belum sempat Dea menjawab, suasana kelas mendadak hening karena Pak David sudah memasuki kelas. Ya, kali ini adalah mata kuliah Pak David yaitu Pengantar Bisnis dan Manejemen.

"Selamat pagi," Sapa dosen killer itu.

"Pagi Pak." Jawab hampir seluruh mahasiswa dengan semangat. Well, hampir seluruh, berarti tidak semua. Ya, karena hanya para mahasiswi saja yang sangat semangat jika diajar dosen itu.

Tentu saja Dea bukan salah satu yang termasuk semangat. Dia mengikuti mata kuliah itu sama ketika ia mengikuti mata kuliah lain. Tidak ada yang spesial meskipun dosennya memang bisa dikategorikan tampan. Kata tampan perlu digaris bawahi karena hampir semua mahasiswi mengagumi dosen itu.

"Hari ini saya akan membagikan hasil kuis kalian  kemarin.  Dan untuk Deandra," Merasa namanya disebut Dea menatap dosennya itu. Hari ini Pak David terlihat lebih tampan dari biasanya dengan balutan kemeja navy dengan lengan digulung sampai siku. Dea memang tidak mengagumi dosen itu secara 'khusus' seperti mahasiswi lain, tapi menurutnya dosen itu memang terlihat lebih tampan dari biasanya. Mungkin karena tatanan rambutnya yang membuat pria itu terlihat lebih fresh.

Dea kembali tersadar dari lamunannya ketika Pak David berdehem.

"Eh, Iya Pak?"

"Kamu dengar apa yang saya katakan?" Tanya Pak David dengan sebelah alis terangkat.

Dea menoleh ke arah Dania berharap gadis itu memberi kode atau semacamnya, namun nihil. Dania hanya menggeleng sambil melirik takut-takut ke arah Pak David yang juga menatapnya seolah berkata 'diam atau saya potong nilai kamu!'.

Dengan berat hati Dea menoleh kembali ke depan tepat saat dosennya itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana dan berjalan ke arahnya.

Dalam hitungan detik, pria itu sudah menyondongkan wajahnya ke arah Dea.
Gugup, itulah yang dirasakan Dea saat ini, karena jarak dosennya itu hanya berkisar dua jengkal dari ujung hidungnya. Otomatis Dea dapat melihat melihat garis wajah pria itu secara jelas dan mata elang milik dosennya itu.

"Saya sangat tidak suka ada yang melamun di kelas saya," ucap Pak David. "Ini berlaku untuk semua!" Sambung Pak David sambil menatap tajam seluruh mahasiswa di kelas itu.

"Temui saya setelah kelas ini." Ucap Pak David pada Dea.

"Baik, Pak."

Dea menghembuskan nafas lelah. Ada dengannya hari ini? Hanya karena wajah sok tampan itu lagi-lagi ia berurusan dengan dosen laknat itu.

Married with Old ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang