Semakin sering cerita ini update, semakin cepat juga endingnya
Happy Reading ❤️
Seperti janjinya kemarin, hari ini Riko kembali mendatangi kontrakan kakaknya. Bahkan pemuda itu datang pagi sekali. Dan yang lebih mengejutkan, pemuda itu datang dengan mengenakan seragam sekolah putih abu-abunya.
"Lo bolos sekolah, Ko?" Begitulah kalimat sapaan Dea begitu mendapati sang adik mengetuk pintu kontrakannya pagi ini.
"Gue nggak bolos, kok," jawabnya santai sebelum masuk ke ruang tamu.
"Jelas-jelas lo pake seragam dan ini masih jam setengah 7, apa namanya kalo bukan bolos?" Tanya Dea menghampiri adiknya.
"Mama, papa tau lo bolos?" Lanjut Dea.
"Udahlah, Kak. Jangan ribet, gue tuh udah nggak sabar ketemu keponakan gue."
"Ya kan bisa nanti pulang sekolah,"
"Namanya orang nggak sabar gimana sih? Lagian gue udah izin, Kak."
"Izin guru? Bagus deh." Jawab Maura sambil berjalan ke kamarnya hendak bersiap-siap tetapi terhenti ketika mendengar jawaban Riko.
"Izin temen gue."
Dea kembali menghampiri adiknya dan memukul bahu Riko cukup keras.
"Aduhh! Kok lo pukul gue sih?"
"Abisnya punya adik gini amat, apa coba gunanya lo izin sama temen lo? Emang temen lo guru? Kan bukan. Jadi tetep aja lo bolos Riko." Jawab Dea greget dengan ulah adiknya.
"Duh, berisik banget sih lo, Kak." Jawab Riko sambil membuka ransel sekolahnya dan mengeluarkan sesuatu.
"Apaan tuh?"
"Nih! Gue cuma bisa bawa segini, kapan-kapan gue bawain lagi." Riko menyodorkan paperbag kepada Dea. Setelah membukanya, ternyata berisi beberapa potong baju.
"Lo pake ini juga," Riko kembali memberikan sebuah amplop kepada Dea. "Nggak banyak sih, tapi bisalah buat lo pake makan."
Hati Dea mencelos. Ia tidak menyangka adiknya akan melakukan semua ini. Ia merasa semakin merepotkan semua orang, setelah Rafyan sekarang Riko.
"Ko, gue nggak mau ngerepotin lo, gue nggak bisa terima ini." Dea menolak amplop itu.
Riko berdecak kesal. "Bisa nggak jangan keras kepala? Lo tinggal ambil ini atau gue bilang ke papa mama?"Ancaman Riko berhasil ketika Dea mengambil amplop itu dengan wajah kesal. "Makasih. Nanti gue ganti ya?"
"Jangan pikirin ini. Mending lo jaga diri baik-baik."
"Dea."
Dua orang itu kompak menoleh ke arah pintu dan mendapati Rafyan berdiri di ambang pintu sambil membawa beberapa kantong plastik.
"Udah lama, Ko?"
"Lumayan." Jawab Riko seadanya. Meskipun ia sangat berterima kasih dengan Rafyan karena telah membantu kakaknya, tetapi sebagai sesama laki-laki ia tahu jika Rafyan menyimpan perasaan kepada kakaknya. Dan ia tidak akan membiarkan hal itu. Tentu saja karena kakaknya sudah menikah dan mempunyai anak. Dan ia yakin jika masalah yang dihadapi kakaknya adalah kesalahpahaman.
Ia akan menunggu sampai semua tenang, baru ia akan mencari tahu sebenarnya apa yang terjadi.
"Aku bawain kamu sarapan dan beberapa makanan." Ucap Rafyan meletakkan kantong plastik tersebut di meja di depan Riko.
"Kak, kan kemarin kakak udah beliin aku banyak banget. Kenapa sekarang dibawain lagi?"
"Oh kamu udah masak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Old Man
RomanceDeandra Karenina, gadis 18 tahun yang baru lulus SMA dua bulan yang lalu itu benar-benar terkejut ketika Sang Ibu mengatakan ia akan menikah. Dea, begitu gadis itu biasa dipanggil, bahkan tidak kenal siapakah orang yang akan menikah dengannya. Dan l...