Happy reading ❤️
Nathan membukakan pintu untuk Dea dan membantu gadis itu keluar dari mobil.
Dea menatap sepasang pintu coklat yang terbuka lebar memperlihatkan isi di dalam rumah itu. Lebih tepatnya ruang tamu yang ia ingat terakhir kali dilihatnya adalah tiga bulan yang lalu. Tepat setelah hari pernikahannya.
Dulu ia sempat berpikir tidak akan pernah meninggalkan tempat ini, tetapi ia salah. Kehidupan setelah menikah ternyata membuatnya memiliki tempat nyaman yang baru selain pelukan kedua orang tuanya yaitu, bahu sang suami.
Dea tersadar dari lamunannya ketika Nathan menggenggam tangan Dea dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya membawa beberapa kotak kue yang sempat mereka beli di jalan tadi.
"Aku udah lama nggak pulang," ucap Dea.
"Maafkan mas. Karena mas terlalu sibuk bekerja, mas tidak sempat menemani kamu ke rumah mama papa."
"Bukan salah mas. Aku juga salah, aku merasa jadi anak nggak tau diri. Setelah menikah justru nggak pernah mengunjungi mereka," ucap Dea dengan wajah sendu dan mata berkaca-kaca.
Dengan segera Nathan merengkuh tubuh kecil Dea, mendekap dan mempersempit jarak keduanya. Tentu tetap menyisakan ruang untuk perut Dea yang sudah tidak rata lagi.
"Jangan bicara seperti itu. Kamu anak yang baik, kamu putri kebanggaan mama papa. Bukankah kamu juga sering bertelepon dengan mama dan papa? Itu sudah menjadi bukti bahwa kamu peduli dengan mereka."
Nathan hanya merasakan Dea mengangguk dalam dekapannya.
"Yuk, kita masuk." Nathan melepaskan pelukannya.
"Aku takut," cicit Dea.
"Takut apa?"
"Aku takut mama sama papa tidak menerima kehamilanku."
"Kamu ini ada-ada saja. Mereka pasti senang karena akan punya cucu. Kamu tidak perlu takut sayang."
"Tapi aku takut mereka merasa ini terlalu..." Dea menghentikan ucapannya. Mencoba mencari kata yang tepat agar tidak menyinggung perasaan Nathan. "Cepat," sambung Dea lirih.
"Kamu menyesal menikah sama mas?" Tanya Nathan pelan dengan wajah teduh. Dea menatap wajah suaminya dan menggeleng tegas.
"Kamu menyesal menyerahkan diri kamu untuk mas?" Dea menatap manik suaminya, mencoba mencari kemana arah pertanyaan itu.
"Aku nggak menyesal."
"Kamu menyesal mengandung anak kita?" Tanya Nathan kembali menekankan kata 'kita'.
Dea sontak mengusap perutnya kemudian menggeleng tegas. "Aku nggak menyesal mas. Kenapa mas tanya kayak gitu?"
"Kalau begitu kita hadapi semua bersama. Selama kamu tidak menyesal menerimaku, mas akan selalu ada di samping kamu." Dea mengangguk dan langsung memeluk Nathan.
Dea melepaskan pelukannya dan tersenyum menatap Nathan. Lagi-lagi ia kembali dibuat jatuh cinta dengan pria tua di hadapannya itu. Jika Nathan sangat mencintai dirinya entah karena alasan apa, ia justru memiliki sekian banyak alasan mengapa ia mencintai suaminya itu. Suaminya begitu sempurna.
Ia sangat bersyukur kepada Tuhan atas pertemuan mereka empat belas tahun yang lalu. Meskipun ia tidak melihat Nathan, ia sangat bersyukur Nathan mencintai dirinya sejak saat itu. Karena jika tidak, mungkin Nathan tidak akan berada di samping memperjuangkan dirinya hingga saat ini.
Dea kembali melangkahkan kakinya setelah tiga bulan tak memasuki rumah itu.
"Assalamualaikum," ucap mereka begitu memasuki ruang tamu.
![](https://img.wattpad.com/cover/162873475-288-k439415.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Old Man
RomanceDeandra Karenina, gadis 18 tahun yang baru lulus SMA dua bulan yang lalu itu benar-benar terkejut ketika Sang Ibu mengatakan ia akan menikah. Dea, begitu gadis itu biasa dipanggil, bahkan tidak kenal siapakah orang yang akan menikah dengannya. Dan l...