34 - Terungkap

19.8K 1.2K 159
                                    

Happy Reading ❤️

Seperti hari-hari sebelumnya, Riko kembali mendatangi tempat tinggal Dea. Hanya saja pemuda itu akan datang ketika dirinya sudah pulang sekolah karena takut orang tuanya akan curiga jika ia banyak bolos sekolah.

Biasanya Riko akan datang sambil membawa beberapa makanan untuk dirinya dan Dea.

"Kemarin Bang Nathan dateng ke rumah." Satu kalimat keluar dari mulut Riko dan berhasil menghentikan kunyahan makanan di mulut Dea.

Dea meraih segelas air putih dan meminumnya. Ia masih diam menunggu sang adik meneruskan kalimatnya.

"Dia minta maaf karena nggak bisa nemuin lo sebulan ini. Mama marah banget sama dia. Mama nuduh Bang Nathan nggak cinta sama lo."

Mendengar itu, dalam hatinya sedikit menyetujui mamanya jika Nathan memang tidak pernah mencintai dirinya.

Miris sekali hidupnya. Terjebak dalam pernikahan di usia yang sangat muda, tidak dicintai, apalagi sekarang dirinya sudah menjadi ibu.

Jika dirinya benar-benar berpisah dengan Nathan, maka sebutan janda muda beranak dua yang akan disandangnya. Dea tersenyum kecut membayangkan sebutan itu untuknya.

Meskipun jauh di dalam lubuk hatinya, ia masih ingin memperbaiki semuanya. Ia masih ingin kembali bahagia bersama pria yang dicintainya, bahagia bersama keluarga kecil mereka.

Tetapi apa yang dilihatnya waktu itu masih tergambar jelas. Sakit hatinya jauh lebih besar daripada keinginan. Mungkin juga Nathan sudah tidak lagi mencarinya, terbukti sampai sekarang pria itu tidak bisa menemukan dirinya. Padahal tempat ia tinggal saat ini masih satu kota dengan tempat tinggal mereka dulu. Meskipun lingkungan kontrakannya berada di pinggir kota dan jauh dari kemewahan. Seharusnya mudah bagi Nathan menemukan dirinya, apalagi pria itu memiliki kuasa dan banyak orang suruhan.

"Terus?" Tanya Dea pada akhirnya setelah mendengar cerita Riko.

"Mama ngusir Bang Nathan."

Dea mengangguk cepat. Enggan meneruskan pembahasan ini.

"Kembar boleh dibawa pulang minggu depan, kan, Kak?" Tanya Riko mengalihkan pembicaraan.

"Iya." Jawab Dea seadanya.

Ia mengamati ruang tengah kontrakannya yang tidak begitu luas. Tempat tinggalnya tidak besar da  sederhana, tetapi bersih dan berada di lingkungan yang nyaman. Masih banyak pepohonan di sekitar rumahnya. Tetangganya juga sangat ramah kepada dirinya. Hal itu yang membuat Dea nyaman tinggal disini. Ia sangat berterima kasih pada Rafyan karena pandai memilih tempat tinggal untuk dirinya.

"Gue tau lo bingung, Kak. Kita cari solusi sama-sama buat dapetin uang buat bawa pulang kembar."

"Gue nggak tau harus cari uang sebanyak itu kemana. Lima puluh juta bukan uang yang sedikit, Ko."

"Apa gue minta bantuan Papa?"

"Nggak! Gue nggak mau nambah beban mereka."

"Kak, tolonglah jangan keras kepala. Kali ini aja, demi anak-anak lo."

Dea bergeming. Pikirannya berkelana jauh.
"Kak, dengerin gue." Ucap Riko menarik bahu kakaknya agar menghadap dirinya  "Kalo gue punya uang, gue kasih semua buat lo, Kak. Atm gue udah disita sama mama karena bulan ini gue dikira boros. Jalan satu-satunya cuma Papa yang bisa bantu. Kita nggak bisa terus ngerepotin Bang Rafyan, Kak."

Dea tetap diam.

"Apa sih yang lo takutin? Papa mama nggak bakal marah, kok. Mereka pasti senang bisa ketemu sama lo dan cucu mereka. Mereka pasti bisa ngerahasiain ini dari Bang Nathan kalo itu yang lo takutin. Mereka nggak akan membiarkan anaknya susah, Kak."

Married with Old ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang