Part 1 - First Meet

70.2K 3.3K 95
                                    

Dea keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ruang makan. Dea bingung begitu ada beberapa kerabat terlihat sibuk dengan beberapa perkerjaan.

Setelah menyapa beberapa, Dea memutuskan pergi ke dapur. Di dapur juga tampak sibuk memasak banyak hidangan. Namun, mamanya tidak ada di sana.

"Kak Dea, kok ke dapur sih? Itu ditunggu tante Sila di ruang tamu." Ucap Karen, sepupunya.

Saat Dea berjalan menuju ruang tamu, mamanya sudah berjalan ke arahnya.

"Ma, ini kok rame banget ada apa?"

"Iyaa, mereka dateng ke sini bantu-bantu kita."

"Bantu-bantu? Emang mama ada arisan?"

"De, sini dengerin mama." Mama Dea menarik Dea duduk di ruang keluarga.

"Mereka bantu-bantu kita buat nyiapin pesta pernikahan."

"Pernikahan?"

Pikiran Dea berkelana mencari kemungkinan siapa yang akan menikah. Di rumahnya hanya ada empat orang, mama, papa, Riko dan dirinya. Riko adalah adiknya yang sekarang masih duduk di kelas 3 SMP. Apa jangan-jangan adiknya melakukan kesalahan sehingga mengharuskannya untuk menikahi anak gadis orang? Mata Dea melihat ke arah Riko yang duduk di karpet di depan televisi. Ia bermain dengan beberapa sepupu dan wajahnya tidak terlihat sedang murung atau takut atau sedih. Tidak, tidak, ia tahu benar bagaimana sifat adiknya. Riko tidak mungkin melakukan hal buruk seperti itu.

Lantas siapa? Apa ada sepupu yang akan menikah? Tapi kenapa persiapannya di rumahnya? Rasanya sangat mustahil.

Ini rumahnya dan...

Mata Dea membulat seketika. Ia teringat beberapa novel yang pernah ia baca. Di sana diceritakan tokoh utama yang masih berusia belasan tahun dijodohkan oleh orang tuanya. Atau jangan-jangan... dia akan bernasib sama dengan tokoh-tokoh fiktif itu? Dijodohkan dengan badboy kemudian saling mencintai?

Rasanya hidup Dea tidak cocok jika sedrama itu. Tapi bagaimana jika hidupnya memang sedrama itu?

"Iya De. Kamu." Dea sontak menatap mamanya ketika kalimat itu keluar dari mulut mamanya.

"Ma.."

"Mama juga merasa ini terlalu dini untuk melepaskan kamu, tapi Mama mengerti alasan dia kenapa meminta kamu secepat ini."

"Meminta?" Tanya Dea bingung.

"Iya, kalau ada yang melamar berarti meminta kan?" Dea hanya diam. Dia masih terkejut dan belum memahami ini semua.

"Jangan berpikir kalau ini perjodohan atau perjanjian karena harta atau balas budi." Dea sedikit lega, setidaknya orang tuanya tidak sejahat itu. Tapi kenapa ia harus menikah di usia 18 tahun? Ingin rasanya Dea menenggelamkan diri di kolam samping rumahnya.

"Mama minta kamu jangan menolak. Mama yakin dia terbaik buat kamu."

"Bukannya mama bilang kalo aku harus fokus kuliah? Nggak boleh terganggu sama hal yang nggak penting. Dan sekarang mama minta aku nikah? Aku masih 18 tahun Ma." Protes Dea kesal. Dia tidak menangis atau marah yang menggebu. Entah kenapa hatinya seolah menerima padahal ia belum melihat siapakah calon suaminya.

"Mama bicara seperti itu karena mama ingin masa depan kamu baik. Mama tau kamu tidak akan menolak ini. Percaya sama mama, De."

"Tapi Ma, Dea bahkan belum tau siapa dia." Dea masih ragu untuk menyebut kata 'calon suami' atau bahkan 'suami'.

"Dia juga tidak tau siapa kamu. Dia bahkan hanya sekali bertemu kamu tapi dia sudah yakin untuk menikahimu."

"Tapi Ma-"

Married with Old ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang