Gambar hanya pemanis 😘
Happy Reading ❤️
Sudah dua hari sejak kecelakaan itu dan Dea masih terbaring lemah di rumah sakit. Lebih tepatnya gadis itu masih belum siuman dari tidurnya.
Di sudut ruangan terdapat sebuah sofa dan meja kecil. Disana orang yang telah menolong Dea berada. Orang itu atau laki-laki itu tengah berkutat dengan laptopnya.
Ia hanya bisa menghela nafas pelas ketika menatap Dea yang masih setia menutup mata. Ia meletakkan laptopnya di meja dan berjalan ke sisi Dea.
"Hey, kapan lo mau bangun?" Tanya laki-laki itu tanpa mendapat respon dari Dea.
"Terakhir kita ketemu gue udah janji bakal ikhlasin lo. Tapi sekarang Tuhan mempertemukan kita lagi dengan cara kayak gini. Entah gur harus bersikap kayak gimana waktu nanti lo bangun. Entah gimana gue harus jelasin semua sama lo," ujar laki-laki itu sambil mengenggam tangan kiri Dea yang terpasang jarum infus.
"Lo harus bangun, De. Gue mau lihat mata lo, gue mau lihat senyum lo, gue kangen sama lo De."
Laki-laki itu terus menggenggam tangan Dea dengan erat dan berbicara seolah Dea merespon setiap ucapannya.
Hingga sebuah gerakan kecil dari jemari Dea membuat laki-laki itu terpaku.
"De, kamu udah sadar?"
Perlahan Dea membuka matanya. Tangan kanannya berusaha meraih kepalanya yang mungkin dirasa nyeri.
Dea masih belum sepenuhnya sadar siapa sosok yang sedang bersama dirinya saat ini. Pandangannya masih sedikit buram.
"A-aku dimana?"
"Kamu di rumah sakit."
"Ru-rumah sakit?"
"Iya, kamu kecelakaan dua hari yang lalu."
Mendengar jawaban itu, pikirannya melayang mencoba mengingat apa yang terjadi dengan dirinya.Ia ingat semua. Mulai dari ia mendapati Nathan bersama keluarganya, ia yang berlari di jalan hingga kecelakaan itu.
Seketika ia meraba perutnya, kandungannya."Perutku? Dimana bayiku?! Dimana?!!" Dea mulai histeris. Terlihat sekali gadis itu panik dan berusaha bangun dari brankarnya namun ditahan oleh laki-laki itu.
"Dimana bayiku?!! Lepaskan aku!" Dea semakin meraung menangis histeris.
"Gue akan bawa lo ketemu mereka. Tapi lo harus tenang dulu." Ucap laki-laki itu sambil memeluk Dea.
"Aku mau ketemu bayiku," Dea tetap menangis pelan dalam pelukan laki-laki itu. Sebaliknya, laki-laki itu merasa hatinya teriris mendengar orang yang dicintainya sangat rapuh seperti ini.
Laki-laki itu mengecup puncak kepala Dea menenangkan gadis itu. "Kamu nggak boleh banyak gerak. Kalo kamu mau tenang, saya akan bawa kamu ke bayi kamu." Dea hanya mengangguk tanda setuju.
"Aku mau ketemu sekarang," ucap Dea melepas pelukannya.
"Okey, tapi aku panggil dokter dulu baru kita ketemu bayi kamu." Laki-laki itu menekan tombol di samping brankar yang merupakan bel untuk memanggil perawat atau dokter.
Tak lama seorang dokter dan seorang perawat masuk ke ruang inap Dea.
"Sudah siuman?" Tanya Dokter itu sebelum memeriksa keadaan Dea. Beberapa kali Dea ditanya apakah mual, apakah merasa pusing atau ada bagian yang sakit.
"Alhamdulillah pasien tidak mengalami luka serius di bagian kepala sehingga tidak terjadi kemungkinan terburuk seperti yang saya bicarakan kemarin." Ucap Dokter itu pada laki-laki di samping Dea. Karena saat registrasi kemarin, laki-laki itu bertanggungjawab sepenuhnya atas Dea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Old Man
RomanceDeandra Karenina, gadis 18 tahun yang baru lulus SMA dua bulan yang lalu itu benar-benar terkejut ketika Sang Ibu mengatakan ia akan menikah. Dea, begitu gadis itu biasa dipanggil, bahkan tidak kenal siapakah orang yang akan menikah dengannya. Dan l...