HAPPY READING
Dea menikmati senja di teras rumah milik Oma dengan secangkir teh hangat juga sepiring brownies kukus buatannya siang tadi. Semburat sinar keemasan tampak begitu indah menyapu beberapa tanaman hias di sisi teras itu. Hangatnya seolah menjadi pelengkap, menyelimuti tubuh mungilnya.
Ia menyesap beberapa kali teh melati yang selalu bisa menenangkan pikirannya. Seperti saat ini, pikirannya kembali berkelana memikirkan masa depan keluarga kecilnya bersama Saga dan Skyla.
Terkadang ia merasa yakin dan sanggup menjalani kehidupan bersama dua malaikat kecilnya, tetapi jauh di lubuk hatinya ia merindukan pria yang masih berstatus suaminya itu. Kedua anaknya juga butuh kasih sayang dari sosok ayah.
Di sisi lain, ketika semua beban terasa menghimpit. Ia merasa untuk bernafas saja sulit, apalagi untuk bertahan sendiri dengan kedua anaknya. Setegar apapun dirinya, ia tetap sosok rapuh yang berusaha bertahan di tengah semua masalah hidupnya.
Ia tidak tahu hidupnya akan penuh warna seperti ini. Iya, penuh warna. Tidak hanya warna warni indah, tetapi gelap dan kelam juga turut mewarnai hidupnya.
Siapa menyangka jika pertemuan pertama dengan pria yang pada mulanya ia anggap sebagai calon mertuanya akan sampai di titik ini.
Dea tersenyum kecil ketika adegan-adegan itu terlintas di kepalanya. Kesempurnaan hidupnya setelah menjadi Nyonya Ivanovich ternyata tidak seindah yang dibayangkan. Terbukti apa yang ia alami sekarang.
"Jangan melamun, De." Sahut Oma membuyarkan lamunan Dea. Beliau muncul dari dalam rumah berjalan ke arah kursi di samping Dea.
Dea tersenyum kecil. "Aku nggak melamun, Oma."
"Masih memikirkan mimpi itu?"
Dea terdiam beberapa detik sebelum akhirnya mengangguk.
Oma menepuk pelan punggung tangan Dea. "Oma tahu apa yang kamu takutkan, tetapi semua itu bukan kenyataan, Sayang. Semua hanya ketakutan kamu saja. Masa depan akan jadi lebih baik dengan kita berusaha yang terbaik."
"Hidup memang tidak bisa memilih, mau sedih atau bahagia. Tidak ada yang juga dengan memikirkan bagaimana masa depan hidup kita. Yang salah adalah ketika yang kita pikirkan adalah hal buruk, ketakutan, bayangan buruk."
"Bayangan itu di belakang. Yang harus kamu lakukan adalah tetap berjalan lurus ke depan. Ingat, kamu tidak sendiri lagi. Keputusan kamu sangat penting untuk masa depan Saga dan Skyla. Kamu harus kuat, ya?"
Dea mengangguk paham dengan nasehat Oma. Rasanya seperti ada sebuah cahaya dalam kepalanya. Seperti ada angin segar yang sedikit melegakan hatinya setelah mendengar nasehat Oma.
"Terima kasih, Oma."
***
Seorang gadis yang sedang berjalan sambil berbincang dengan beberapa temannya terkejut melihat sosok pria dengan kemeja dan celana bahan yang tengah berdiri tak jauh dari lobi fakultasnya.
Ia tampak berpamitan dengan teman-temannya kemudian berjalan ke arah pria itu.
"Ngapain kesini, sih?!!" Tanya Dania dengan nada ketus.
Amarahnya kembali membumbung tinggi ketika melihat pria itu datang di kampusnya. Terlebih sekarang, beberapa mahasiswa lain tengah menatap mereka berdua dengan tatapan ingin tahu.
"Mau jemput kamu."
"Ck!!" Dania bercedak kesal. Ia berjalan tergesa meninggalkan Reihan yang menatap langkah kaki Dania.
Segera ia berlari mengejar gadisnya cepat.
Sepertinya Dania sengaja menuju taman belakang fakultasnya karena taman itu tak banyak didatangi mahasiswa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Old Man
RomanceDeandra Karenina, gadis 18 tahun yang baru lulus SMA dua bulan yang lalu itu benar-benar terkejut ketika Sang Ibu mengatakan ia akan menikah. Dea, begitu gadis itu biasa dipanggil, bahkan tidak kenal siapakah orang yang akan menikah dengannya. Dan l...