Part 31

4.7K 225 22
                                        

Yuuhhhuu hari ini adalah hari acara yang paling bahagia karena abang kesayangan akan melepaskan masa bujang nya disini. Pagi-pagi buta seperti biasa aku mengambil wudhu dan sholat dikamar. Selesai sholat, aku memutuskan untuk turun kebawah karena kedengaran nya dibawah sangat ramai. Dan benar saja, semua keluarga besar ku yang tadi malam sudah datang. Mereka semua sudah bangun dan berkumpul dibawah.

"Pagi semua!" sapaku

"Pagi!"  jawab mereka. Ah rasa nya rumah ini sudah seperti pasar, ramai sekali. Apa lagi ada beberapa anak kecil yang sudah bangun dan berlarian didalam rumah.

"Pagi, Bun!" sapaku sambil mencium pipi kanan nya.

"Pagi, dek."

"Bun, abang mana? Kok gak keliatan? Jangan-jangan abang masih tidur ya?" tanyaku beruntun.

"Abang tadi habis pulang dari masjid langsung masuk kamar nya. Mungkin dia lagi siap-siap sama lagi ngafalin ijab kabul nya." jawab Bunda

"Ya udah deh Zahra mau samperin abang ya" aku pun berlari menuju kamar abang yang ada dilantai 2 bersebelahan dengan kamarku. Aku pun langsung masuk tanpa mengetuk pintu kamarnya.

"Pagi, bang!" sapaku sambil tersenyum yang melihat abang sedang menghafalkan ijab kabul nya.

"Eh pagi juga, dek. Ada apa?"

"Gak papa. Boleh Zahra masuk?" ia hanya mengangguk dan meneruskan hafalan nya. Hehe lucu deh kalau liat wajah abang ku itu gugup.

"Jangan gugup, bang. Nanti malah salah loh, santai aja. Dibawa rileks gitu." ucapku

"Kamu enak saja bilang rileks, tapi kan abang yang ngerasain nanti bukan kamu." ucapnya. Nihh orang kalau dikasih tau!

"Terserah abang deh" aku pun melangkah untuk keluar dari kamarnya. Tapi itu malah dihalangi oleh abangku.

"Dek!" panggilnya

Aku berhenti dan menoleh kearah nya. Saat aku menoleh, aku melihat abang sudah mengeluarkan air mata. Aku mendekati abang.

"Abang kok malah nangis? Kenapa, bang?" tanyaku sambil mengusap air mata nya. Sedih rasa melepas abangku ini. Bukan apa-apa, tapi kalau dia sudah menikah otomatis abangku akan pindah ke rumah dinas nya. Dan otomatis juga tak akan ada lagi orang yang menganggu, meledek, dan membuat kesel aku lagi. Aku akan merindukan sosok nya, selama aku sekolah dulu. Abang selalu melindungi ku dari marabahahaya. Dia sangat menyayangiku, dia mau berkorban untukku. Yaa walaupun terkadang sifat nya selalu membuatku kesal pada nya. Tapi semenjak abang masuk akademi, aku sering merasa sepi dan sendiri. Dan kejadian itu akan kembali.

"Kamu gak sedih?" tanya nya

"Sedih? Untuk apa aku sedih? Justru aku malah bahagia karena abang sudah ingin menikah. Ini kan hari kebahagian abang, jadi aku harus bahagia bukan nya sedih" jawabku

"Kamu gak sedih kalau abang pindah ke rumah dinas setelah abang menikah?"

"Gak. Itu memang sudah ketentuan nya kan." aku menahan air mataku yang berkumpul di kelopak mataku agar tidak menetes

"Yakin?" aku pun mengangguk mantap

"Dek, maafkan abang kalau selama ini abang pernah buat salah sama kamu. Mungkin abang pernah marah sama kamu atau ngebentak kamu. Abang minta maaf karena gak bisa menjadi abang yang baik selama ini." ucapnya sambil menangis. Aku pun tidak bisa untuk menahan air mata ku, akhirnya air mataku mengalir dengan deras.

"Sudahlah,bang. Abang sudah menjadi abang yang terbaik untuk Zahra. Abang gak usah minta maaf, malah seharusnya Zahra yang minta maaf sama abang kalau selama ini Zahra suka buat abang marah" tangisan kami pecah, abang memeluk ku dengan erat. Aku pun menangis di dalam dekapan nya.

"Ah sudahlah, bang. Gak usah nangis lagi. Sudah ayo, sekarang abang bersiap ya. Akad nikah nya jam 9 kan." ucapku sambil melepaskan pelukkan nya

"Iya. Terimakasih ya, dek." abang pun mengusap air mata nya dan ia juga mengusap air mata ku.

"Sudah aku mau keluar dulu. Abang gak usah sedih ya, sekarang kan hari bahagia abang." abang pun tersenyum pada ku. Kemudian, aku meninggalkan kamar nya.

Aku pun bersiap untuk acara abangku. Sekarang sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Keluarga besar ku sudah siap berangkat menuju ke rumah kak Kinan. Sampai di rumah kak Kinan, keluarga besar ku disambut dengan hangat. Aku pun segera masuk mencari kak Kinan.

"Assalamualaikum" salamku saat membuka pintu kamar kak Kinan

"Wa'alaikumsalam."

"Wiuhh cakapar ku sudah cantik sekali. Kalah aku nih.." pujiku

"Ahh apaan sih kamu, Ra." ia pun tersipu

"Aduhh ini mah bikin abang meleleh nihh... Bisa-bisa abang benggong lihat kakak nanti." ledek ku

"Ah kamu ini bisa nya meledek saja"

"Gak kerasa ya, sebentar lagi kakak jadi kakak ipar ku. Ah aku jadi sendiri deh sekarang." ucapku

"Kok sendiri?"

"Iya, soalnya kan kalau abang sudah menikah abang bakalan pindah ke rumah dinas. Dan aku sendiri dirumah."

"Itu memang sudah ketentuan, dek. Tapi nanti kalau abang pindah ke rumdin, abang sama kakak bakalan sering main kerumah kok." ucap kak Kinan tersenyum

Aku meraih tangan kak Kinan, "Kak, aku titip abang ya. Jangan buat di marah atau apapun itu yang bisa membuat nya emosi. Tolong jaga dia, kak. Dia orang nya suka emosian, tapi dia juga terkadang manja. Jadi jangan kaget kalau sifat nya suka berubah-berubah." ucapku sambil menatap kak Kinan.

"Iya, dek. Insha allah kakak akan jagain abang mu. Insha allah juga kakak bisa mengatasi sifat nya itu." tanpa kusadari air mata aku dan kak Kinan menetes.

***

"Saya nikahkan dan kawinkan engkau saudara Aditya dengan anak perempuan saya Kinanti Indriyani binti Firman Ali dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas 6 gram dibayar tunai." ucap lantang om Firman, Papa kak Kinan sambil menjabat tangan bang Adit.

"Saya terima nikah dan kawin Kinanti Indriyani binti Firman Ali dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." ucap abang ku yang kalah lantang nya

"Bagaimana para saksi? Sah?"

"Sahh!"

Alhamdulillah, akhirnya abangku melepas masa bujang nya. Aku memeluk kak Kinan yang sudah meneteskan air mata nya. Kemudian, aku membantu kak Kinan keluar menuju ke depan dan menghampiri abangku. Kak Kinan mencium tangan abang, sedangkan abang mencium kening kak Kinan.

Senang deh melihat mereka seperti itu.

***

Acara resepsi dan pedang akan segera dimulai. Para tamu dari bang Adit dan kak Kinan sudah mulai berdatangan memenuhi gedung resepsi. Tak lama pasukan pedang pora masuk dan membentuk barisan yang rapi... Setelah penukaran cincin, mengikat janji dan penyerahan baju persit. Para tamu mulai berjalan menuju pelaminan dan menyalami dan memberikan selamat untuk abang dan kak Kinan. Aku asik memotong sana sini untuk dijadikan dokumentasi.

Bersambung...

Masih ada lanjutan nya kok. Ditunggu ya.

Jangan lupa vote+comment ya!

Dia Tentara KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang