Part 39

4.3K 218 6
                                    

Jangan lupa vote+comment ya!

Hari ini aku mengantarkan kak Rasyid untuk pergi tugas ke Papua ditemani oleh Papa dan Mama kak Rasyid dan adik nya Dinda.

"Kak, hati-hati ya disana. Jaga kesehatan, jangan lupa ibadah nya." ucapku

"Iya. Makasih ya, Ra. Kamu juga hati-hati. Tunggu kakak pulang ya. Kakak janji setelah kakak pulang, kakak langsung nikahin kamu." ucap kak Rasyid tersenyum. Entah kenapa senyuman nya ini berbeda dari biasa nya.

"Ehm! Tugas dulu yang bener, bang. Jangan mikir kesana-sana. Urusan kak Zahra mah serahin sama Dinda aja." ucap Dinda dari belakang

"Ssttt, kamu ini tidak sopan ya." tegur tante Synta

"Tau nih. Resek kamu mah." ucap kak Rasyid. Aku hanya terkekeh melihat mereka.

"Lagian abang bilang pulang tugas langsung nikah, berangkat aja belum." ketus Dinda

"Yee biarin kek, dek. Sewot aja kamu." ucap kak Rasyid

"Sudah-sudah jangan berantem. Kamu, Dinda. Nanti giliran abang mu berangkat tugas nangis uring-uringan kangen sama abang mu awas ya!" ancam om Hendrawan

"Hahaha Dinda nangis, Pa?" tanya kak Rasyid

"Iya. Tau gak dia bilang apa sambil nangis? 'Pa, Ma abang kapan pulang sih? Kok lama banget ya? Hikkss' nah kayak gitu tuh." ucap om Hendrawan sambil meniru tangisan Dinda. Semua nya langsung tertawa dan Dinda malu bersembunyi di belakang ku.

"Memang nya kenapa aku kayak gitu? Kan bagus, masih ada yang kangen sama abang." ucap Dinda

"Permisi, bang." ucap kak Aghi datang sambil membawa tas ransel yang besar nya sama seperti punya kak Rasyid.

"Ya? Ada apa?" tanya kak Rasyid

"Kita harus berangkat, bang. Kita disuruh masuk kedalam truk." jawab Aghi. Kak Rasyid mengangguk.

"Pa, Ma, Dinda, Zahra aku pergi dulu ya." pamit kak Rasyid. Melihat Dinda sudah mengeluarkan air mata dari matanya.

"Kamu hati-hati ya, bang. Mama sama Papa tunggu kamu pulang." ucap tante Synta yang terlihat menahan air mata.

"Iya, Ma. Doakan abang ya." tante Synta mengangguk dan langsung memeluk erat kak Rasyid.

"Zahra, tunggu kakak pulang ya. Ingat janji ku!" aku mengangguk.

"Dinda, abang titip Mama sama Papa ya, dek. Kuliah yang bener, jangan suka bolos kuliah. Abang mau lihat kamu sukses meraih cita-cita kamu." Dinda mengangguk dan menundukkan kepala nya.

"Dek, kamu gak ada lagi yang mau disampaikan sama abang? Atau kamu mau mukul atau meluk abang gitu?" tanya Kak Rasyid. Dinda mendongakkan kepala dan langsung memeluk kak Rasyid sambil memukul dada nya kak Rasyid.

"Hikss.. Abang jahat. Baru aja kemarin abang pulang tugas dan sekarang berangkat lagi."

"Dek, abang minta maaf. Itu memang resiko yang harus abang jalani sebagai seorang tentara." kak Rasyid mengelus rambut panjang milik Dinda.

"Ya sudah semua nya Rasyid pergi. Assalamualaikum."

"Tante, Om. Aghi pamit dulu. Doakan kami!" ucap kak Aghi sambil menyalami tangan Mama dan Papa kak Rasyid.

"Iya, Ghi. Om dan tante akan doakan." ucap om Hendrawan

"Kami pamit. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Kak Rasyid dan kak Aghi berjalan menjauh dan langsung masuk kedalam truk. Kemudian rombongan mobil truk itu berangkat. Dinda menangis sambil memeluk ku. Aku ikut merasakan kesedihan Dinda untuk melepas kembali kak Rasyid tugas.

Setelah itu, aku langsung diantar pulang kerumah. Dirumah aku langsung merebahkan badanku dikasur kesayangan ku.

~~~~~~~~

Drtt..drtt

Getaran ponsel ku membuyarkan lamunan ku. Langsung aku mengambil ponsel ku yang ada di atas nakas ku.

Pesan dari kak Rasyid

Kak Rasyid? Alhamdulillah. Setelah 2 minggu gak ada kabar dari kak Rasyid. Tanpa komando, aku langsung membalas pesan dari kak Rasyid.

Kak Rasyid

Assalamualaikum, Ra.

Wa'alaikumsalam, kak. Apa kabar, kak?

Alhamdulillah, Ra. Kabar kakak baik-baik aja. Kamu gimana? Maaf lama gak kasih kabar sama kamu ya.

Alhamdulillah. Zahra juga zehat disini. Iya kak gak papa. Aku maklumin, soalnya kan disana susah signal.

Makasih ya Ra sudah mau ngertiin.

Iya, kak sama-sama. Ohiya, kakak lagi istirahat atau masih tugas?

Aku lagi istirahat, Ra. Gak mungkin kalau misalkan aku masih tugas tapi sudah bisa whatsapp an sama kamu kan.. Hehe

Hehehe iya juga ya...

Ra, kakak video call ya?

Boleh. Emang nya bisa?

Bisa dong... Sebentar ya...

Kak Rasyid langsung mengganti dengan video call... Nampak banyak kawan-kawan kak Rasyid yang ada dibelakang nya.

'Assalamualaikum, Zahra!'
'Loh? Kak Aghi?'
'Iya ini aku, dek.'
'Wahh kok beda ya? Gimana kabarnya, kak?'
'Alhamdulillah, aku sehat, dek. Beda? Beda gimana maksudnya? Masih sama kok, dek.'
'Beda. Agak hitam kulit nya... Hahaha... Terus kepala nya juga botak, perasaan kemarin gak botak deh.'
'Haha resiko nya lah begini. Ini kepala botak, karena baru kemarin di botakin. Sama tuhh kayak bang Rasyid.' kak Aghi langsung mengalihkan kamera nya kearah kak Rasyid yang lagi bersihin senjata... Haha botak.. Kayak ipin..
'Ehh Ghi, jangan alihkan kamera nya kesini! Malu abang.' hahaha kak Rasyid malu, kawan..
'Haha ngapain malu, kak?'
'Malu. Aku botak. Nanti kamu gak suka sama kakak lagi deh.' haha dasar. Lucu sekali dia kalau botak kayak gitu.
'Hahahaha. Aku malah suka kalau kakak botak... Itu kalian semua botak ya?'
'Iya, dek. Kami semua botak. Kayak tuyul ya.. Hahaha' hahah bisa aja kak Aghi.
'Woyy, Ghi! Enak aja kami kayak tuyul.' seru teman kak Aghi yang ada dibelakang nya. Kemudian kak Aghi memberikan ponsel kak Rasyid kembali.
'Hehe maaf ya, Ra. Mereka emang gak mau dibilang tuyul...' aku mengangguk
'Bang! Itu siapa? Zahra ya, bang?' tanya teman kak Rasyid dari belakang. Kak Rasyid hanya mengangguk.
'Haayy dek Zahra!' sapanya
'Haayy juga, kak!' entahlah dia siapa? Aku kurang ingat nama mereka masing-masing
'Waahhh makin cantik aja dek Zahra ini.' hahah bisa saja dia.. Ahh jadi malu..
Plakk..
'Aduhh.. Aduh.. Sakit, bang... Ampun dah..' haha ternyata dia dipukul sama kak Rasyid..
'Dek Zahra, calon mu itu jahat sekali sihh... Lihat! Pala abang benjol nihh..'
'Ahh lebay kau. Sudah sana!' hahaha
'Ish kakak jahat banget deh... Kasihan tuhh.'
'Haha biarkan saja lah. Dia memang begitu. Buaya darat!'
'Hahahahaha...'
'Ra, sudah dulu ya... Kakak mau apel malam dulu.. Insha Allah kalau kakak punya waktu dan ada signal, pasti kakak kabarin ya..'
'Iya, kak... Hati-hati ya... Salam dari Zahra buat kawan-kawan kakak itu ya..'
'Iya, nanti disampaikan. Ya sudah assalamualaikum calon istri ku...'
'Hehe jadi malu... Wa'alaikumsalam..'

Klikk...

Aku dan kak Rasyid akhirnya panggilan. Aku menaruh ponselku lagi di nakas dan membaringkan badanku di kasur ku... Dan memejamkan mataku...

Dia Tentara KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang