Di suatu tempat yang hening dan gelap remang-remang di tengah ramainya ibu kota, Serikat Jaringan berunding. Jumlah anggota mereka sudah lima orang, meskipun tidak semua buka mulut dalam perundingan.
"Akhirnya kau sampai, Raden. Bagaimana perjalanan ke mari? Lancar?" Sergam basa basi.
"Ya, kalian semua tidak menyangka aku masih hidup setelah ledakan besar di Pandeglang, bukan?" tanya Raden, retoris. "Bukankah orang yang bisa memanipulasi atom dan menciptakan ledakan juga bisa menyatu dengan ledakan? Begitulah,"
"Begitulah, dalam Serikat Jaringan kita adalah saudara, pemilik kekuatan," ujar Rhanto. "Bekerja sama menyingkirkan penulis yang telah mengalahkan kita dalam perang sengketa dan pionnya, detektif Akad Ichsan,"
"Dalam status undercover, detektif itu gagal menyelidiki kasus tujuh bom dengan tujuh zat peledak berbeda yang kuciptakan," kata Raden. "Sekarang Akad Ichsan bersembunyi di dunia transportasi,"
"Bagus, sekarang posisi Ali Rasidin lemah," pendapat Anton. "Raden, rakit senapan runduk MK-11. Akan aku habisi Ali Rasidin dan teman-temannya dengan cepat,"
"Jangan tergesa-gesa, anak muda," Raden memandang masalah dengan bijaksana. "Selepas menyusun tujuh senyawa peledak, kekuatanku banyak berkurang. Saat ini, senjata tembak paling bagus yang bisa kubuat hanya senapan angin, tapi bolehlah dilengkapi lensa bidik dan pointer laser,"
"Anton memang lebih berhak untuk membalas dendam. Bagaimana tidak, bapaknya, Osama bin Toharun tertembak karena salah perhitungan melawan Ali Rasidin," jelas Sergam.
"Osama meninggal?" Raden sangat terkejut. "Baiklah, pembuatan senapan angin akan kupercepat,"
"Ali Rasidin, akan kuantar kau dan teman-teman kau ke alamnya bapakku," kata Anton. "Sesama pemilik kekuatan portal, bapakku punya kekuatan sampingan menyamar. Aku juga punya, aku bisa masuk ke dalam mimpi orang lain!"
Senin 27 Maret 2017.
Pagi sebelum pelajaran dimulai, Sidin menulis cerita seperti biasa. Tiba-tiba seorang teman memanggil. Namanya Sidik.
"Sidin! Semalam aku mimpi disorot pointer laser merah. Seseorang tidak terlihat berkata 'enam', kemudian aku tertembak. Setelahnya, aku mendengar kata 'dua belas', lalu aku melihat kau tertembak," tutur Sidik.
Deg!
"Apa?" Sidin agak terkejut mendengar yang satu ini. "Tunggu, Sidik, itu mimpi buruk. Jam berapa kau terbangun?"
"Dua. Kenapa?" tanya Sidik.
"Masalah, Sidik. Mungkin aku tidak bisa mengartikan mimpi, tapi firasatku sedang tidak enak. Pukul delapan pagi nanti, kau harus ada di bawah pengawalanku," ujar Sidin. "Sekarang selesaikan tugas kimia yang diberikan sebelum waktu pukul delapan,"
Sidik menurut, tapi lain lagi Sidin. Sidin menulis beberapa kalimat di belakang buku tugas kimia.
Satu. TNT.
Dua. Plastic explosives.
Tiga. N2O.
Empat. Natrium-toluene.
Lima. Pertalite.
Enam. N2O4-N2O5.
Tujuh. Mesiu kalium nitrat.
"Kau menulis apa, Sidin?" tanya Sidik.
"Pelajari polanya, kau akan tahu," Sidin segera menyelesaikan tugas. Kebetulan hari ini jam kosong (tidak ada guru).
"Hei, kau mau mengawal apa menonton jam?" tanya Sidik. Sidin tidak menjawab.
Satu menit sebelum jam delapan tepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seri Detektif Ichsan.
General FictionSeorang detektif terkenal, Serikat Jaringan lawannya. Kehilangan identitas asli, ibu kota perantauannya. Temukan kuasa portal, Tangerang kota pelariannya. Tempat untuk berpulang, Bandung kota kelahirannya. Kasus akan selesai, terungkap apa kebenaran...