5.2 Akibat Mengabaikan Nasihat.

63 2 0
                                    

Kelas 10 IPA 1.

Ada keuntungan tersendiri bagi pelajar ketika malam senin hujan deras. Jangan tanya apa untungnya.

"Matamu merah, Sidin?" Rina bertanya. "Jangan bilang kalau semalam kau begadang,"

Sidin tidak bisa mengelak dari menjawab iya.

"Tidak baik itu," Rina berpesan. "Istirahat yang cukup,"

Sidin tidak menjawab. Waktu upacara jadi jam kosong, Sidin sibuk menulis cerita Kota Lingkaran Hening.

"Sialan," umpat Sidin. "Aku terkendala seorang tokoh sampingan,"

Sidin menutup buku tulisnya. Jam pelajaran pertama (kimia) baru saja dimulai.

Istirahat pertama.

Sidin mengejar PR kimia supaya selesai sebelum pulang sekolah. PR itu selesai menjelang bel istirahat pertama habis, bersamaan Sidin teringat sesuatu.

Sidin juga harus mencari tokoh pengganti untuk cerita Detektif Ichsan.

"Sialan," umpat Sidin menjelang istirahat kedua. "Gara-gara itu aku tidak bisa konsentrasi belajar Bahasa Inggris. Aku harus menemukan tokoh pengganti itu sebelum jam pelajaran terakhir, kalau tidak masalah ini bisa terulang lagi,"

Istirahat kedua, Rina menyadari perubahan mendadak pada rutinitas Sidin. Sidin yang biasanya menghabiskan bekal makan siang di kelas tidak kelihatan sama sekali batang hidungnya.

"Apakah Sidin pergi ke kantin?" Rina bertanya tidak pada siapapun, lalu menggeleng.

Bekal makan siang Sidin tergeletak di meja belajarnya, di samping buku tulis yang biasa dipakainya menulis cerita.

Rina berjalan menuju balkon di depan kelas 10 IPA 1. "Bahkan anak penulis itu tidak ada di tongkrongannya yang biasa,"

Menjelang istirahat kedua habis, Sidin kembali ke kelasnya. Di lawang pintu, Sidin langsung dicegat Rina.

"Aku habiskan bekal makan siang nanti, sepulang sekolah," kata Sidin sebelum Rina bertanya.

Rina tidak langsung beranjak dari tempatnya. "Ali Rasidin, sebaiknya kau jaga kesehatan, makan siang tepat waktu. Sekarang musim peralihan, orang lebih gampang sakit,"

"Ya," jawab Sidin, datar. "Semoga saja jam terakhir nanti tidak ada masalah,"

Sialnya, masalah tetap ada. Gara-gara istirahat kedua Sidin keliling kelas-kelas, jam terakhir Sidin jadi lapar.

Dia mulai lapar...

Pulang sekolah. Lapar. Ditambah lelah fisik, Sidin ketiduran di angkot. Masih untung Sidin tidak punya sakit lambung.

Tidak biasanya Jalan Raya Serang macet. Imbas pembangunan unit pembangkit baru di PLTU Lontar, banyak kendaraan proyek melintas. Sidin baru sempat makan siang ketika tiba di rumah, menjelang petang. Setelah itu langsung makan malam.

Masih untung tugas kimia sudah diselesaikan Sidin ketika di sekolah. Sidin sedang sibuk-sibuknya meringkas alur-alur berbelit di cerita Kota Lingkaran Hening ketika alian listrik mendadak padam.

"Sialan!" umpat Sidin kesekian kalinya. "Aku belum lagi menyiapkan buku untuk besok. Mana cadangan lilin habis, batere hp habis pula. Pergi tidur sajalah,"

Sidin berbaring di kasur, memejamkan mata. Sidin tidak bisa tidur sementara otaknya terus bekerja, memilah teman-temannya yang bisa dijadikan tokoh pengganti. Sebelum mengambil keputusan, Sidin keburu tertidur pulas.

Sidin bangun pagi tepat waktu seperti biasa, tetapi suhu badannya naik. 38. Demam. Ah, benar ucapan Rina, pikir Sidin. Seharusnya aku menuruti kata-katanya.

Seri Detektif Ichsan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang