Lampu sorot berayun.
Flash!
"Sergam!"
"Tak salah lagi!"
"Dia orangnya!"
Bukan.
Ini Ichsan.
Detektif Ichsan.
Detektif Akad Ichsan.
Sejak muncul di ibu kota, tidak terhitung berapa kali Ichsan sudah gunakan kuasa portal ruang. Pindah sana, pindah sini. Umpet sana, umpet sini.
Kali pertama Ichsan merasakan berada di sisi berbeda dari tokoh cerita.
Antagonis.
Ternyata begini dikejar-kejar rasa bersalah, tidak tenang, tetap ingin menang meskipun sudah pasti kalah.
Sejak awal Ichsan sembrono memilih titik muncul, Jembatan Kali Angke. Riwayat kasus pembunuhan masih kentara di sana. Ditambah letaknya yang dekat kantor polisi Distrik Tambora, sempurna Ichsan jadi sasaran empuk kepolisian ibu kota.
Whush!
Ichsan sembunyi di balik salah satu tiang jembatan. Lalu bekas-bekas puing dari kasus Chain Explosives. Tidak mungkin dia sembunyi di dalam rumah orang, kalau tercyduk runyam perkaranya.
Ichsan melihat plang sekolah seratus meter ke penjuru utara. Lampu sorot mengejar di kisi pagar. Bukan saja dari barat, seberang sungai. Heli lampu sorot ikut memburu.
"Nah, itu dia," Ichsan melihat peluang.
Gudang sekolah. Ichsan aman sembunyi di sana. Dengan bantuan portal cahaya, Ichsan membaca plang nama sekolah itu.
SD Harapan 3.
Untung sekarang hari libur. Ichsan istirahat sesaat, menenangkan diri sementara polisi mulai menyisir lingkungan sekolah.
Ichsan menutup sebelah mata dengan tiga jari, tapi portal menuju dimensinya yang berupa ruang interogasi sempit diterangi bohlam lima watt tidak kunjung terbuka.
Agar portal terbuka, Ichsan mesti membuat dimensi baru sehingga ia masih berada di ibu kota tapi orang tidak bisa melihatnya karena dimensinya berbeda.
Ichsan masuk dimensi baru itu bersamaan sebuah lampu sorot ditembakkan ke dalam gudang sekolah.
"Hoi! Barusan dia di sini tapi ujuk-ujuk menghilang!" sahut polisi yang membawa lampu sorot itu.
"Ngelamun kau!"
"Lihat jejaknya!"
"Jejaknya putus!"
"Emang iye!"
Terjadi perselisihan.
Ichsan keluar gudang sekolah, menembus dinding tanpa meninggalkan jejak.
Awal yang bagus untuk perantau buronan ibu kota.
Ciuut! Dar!
Serangan kembang api yang gencar ditembakkan ke arah langit menyambut pergantian tahun perlahan reda seiring menjelang pagi.
Ichsan menengadah, menatap kosong membelakangi matahari. Memastikan bayangannya tidak terlihat, pun jejaknya.
Matahari terbit dari ufuk timur, sinarnya terhalang gedung pencakar langit yang berdiri rapat di pusat ibu kota. Ditambah lagi polusi udara.
Hal yang membuat Ichsan merasa heran, Distrik Tambora sunyi sepi. Tidak ada orang, pun kendaraan melintas bahkan suara sedikitpun.
Suasana yang sama persis saat penyelidikan Chain Explosives tahun lalu memunculkan ingatan Ichsan akan anak perempuan berseragam SMP yang pernah ditemuinya di sana. Dini Safitri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seri Detektif Ichsan.
General FictionSeorang detektif terkenal, Serikat Jaringan lawannya. Kehilangan identitas asli, ibu kota perantauannya. Temukan kuasa portal, Tangerang kota pelariannya. Tempat untuk berpulang, Bandung kota kelahirannya. Kasus akan selesai, terungkap apa kebenaran...