"Saya narik satu rit lagi, menyusul ke mari seperempat jam dari sekarang," kata sopir itu setelah menerima ongkos.
Kalau saja sopir tadi tidak punya kuasa manipulasi waktu, niscaya Ichsan terlambat sampai di tempat yang punya acara.
9.35 pagi waktu Sukaluyu.
Rumah Pak Simojoyo, depan rumah Nurul.
Karpet digelar di ruang tengah yang lapang di mana belasan orang duduk lesehan. Dan siapa sangka, Ichsan kenal sebagian besar dari mereka yang ada dalam kepengurusan kelas. Keluarga Komaru hadir, bahkan kakak beradik yang tengah sibuk mencari keberadaan ayah mereka juga hadir.
Rav, Rei, Mas Bo, Eli, Udin, Reiko, Rina, Raiha, Rozak, Jufri, Redho, Ayu.
"Sambil menunggu acara dimulai, silakan dinikmati," Adrian Kusumadinata putra Pak Simojoyo menghidangkan makanan ringan.
Adrian Kusumadinata, yang memenangkan pabrik bata lewat kudeta berdarah itu, kini terlihat sangat biasa-biasa saja seperti tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.
Adrian sepupunya Ros, tapi sampai saat ini Ros belum juga nampak batang hidungnya.
Tuan rumah hadir di sudut ruangan, ikut mengobrol mencairkan suasana.
"Sebenarnya Nurul diundang, tapi karena dia sibuk, undangannya diserahkan pada Ichsan," jelas Pak Simojoyo.
Meski semua orang cenderung mengobrol dengan teman dekat, hampir semua orang bicara tentang Ichsan.
Rina dan Raiha bukan saja membicarakan dunia pendidikan yang sama-sama mereka tekuni, tapi juga usaha kecil-kecilan jualan kicimpring dari ayah Fira yang berawal dari MLM Ichsan.
Udin dan Eli berbagi pengalaman pasal mengatur waktu luang.
Mas Bo dan Jufri membahas persaingan usaha sablon dan sepatu mereka.
Rozak satu-satunya yang mengobrol dengan Pak Simojoyo, tentang masa depan dunia preman yang lebih baik.
Rav dan Ayu sudah tahu ayah mereka jadi orang transmigran di Lampung.
Rei dan Reiko merencanakan masa depan UD Keluarga Komaru.
Redho satu-satunya yang mengobrol dengan Ichsan. "Ichsan, kau sudah tahu kan siapa Rian? Ya, dia temanku main tebak-tebakan dulu. Cita-citanya sama sepertiku,"
Detektif?
Tukang baso itu punya cita-cita jadi detektif? Bukan hanya sopir joki NETRAL yang takdirnya berkata lain.
"Kau mesti bersyukur, Ichsan," Redho mengingatkan. "Dari sekian banyak orang, kau punya kesempatan untuk mewujudkan cita-citamu. Maka lakukanlah yang terbaik,"
"Ya," Ichsan mengerti. "Seandainya saja aku adalah temanmu dulu main tebak-tebakan,"
"Hei, ini sudah jam 9.49," Udin melihat hp.
"Yang punya urusan kapan datang?" Eli bisik-bisik.
Tepat sesudahnya sebuah suara yang tidak asing di telinga Ichsan mengucapkan salam.
"Salamu alaikum,"
9.50 waktu Sukaluyu.
"Alaikum salam," jawab semuanya.
Dari lima menit yang lalu, Adrian sudah membereskan sisa-sisa makanan untuk persiapan acara inti.
Ternyata Ichsan sempat bertemu orang itu tidak lama sebelumnya.
"Selamat ya, Mukti," Rav menjabat tangan wakilnya. "Kami akan menyusul,"
Dia sopir angkot barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seri Detektif Ichsan.
General FictionSeorang detektif terkenal, Serikat Jaringan lawannya. Kehilangan identitas asli, ibu kota perantauannya. Temukan kuasa portal, Tangerang kota pelariannya. Tempat untuk berpulang, Bandung kota kelahirannya. Kasus akan selesai, terungkap apa kebenaran...