Pertama-tama, Sidin menemui Bang Oman.
"Angkot INCU ABAH sejak tadi pagi tidak sekalipun tampak kap lampunya di Terminal Distrik Cikupa. Tau tuh dibawa carter ke mana sama Adi," kabar dari Bang Oman sudah lebih dari cukup untuk mengatakan kalau Detektif Ichsan pergi jauh.
"Sialan," umpat Sidin.
Sidin menuju Terminal Distrik Cikupa. Seandainya Detektif Ichsan pulang mengantar penumpang carteran, pasti ia harus ke sana, membayar retribusi.
Setelah menanyai kabar Detektif Ichsan pada beberapa sopir angkot, ternyata perkiraan Sidin meleset.
Detektif Ichsan sudah membayar retribusi sejak pagi ia berangkat. Selain itu, Detektif Ichsan pulang ke garasi Bang Oman tidak lewat jalan biasanya, melainkan jalan alternatif yang agak sempit.
Sidin meninggalkan Terminal Distrik Cikupa.
"Sialan," umpat Sidin seraya menepuk dahinya. "Aku baru ingat, pada malam hari angkutan umum di Distrik Panongan sepenuhnya didominasi ojek. Wajar saja dia ambil jalan alternatif,"
Seandainya Detektif Ichsan pulang lewat Jalan Raya Cikupa-Panongan, pasti angkot INCU ABAH sampai di garasi Bang Oman dengan keadaan kaca-kacanya pecah karena dihantam batu oleh serikat ojek. Sejak pertama kali angkot jurusan Cikupa-Panongan beroperasi langsung terbentuk front berlawanan antara ojek dan angkot. Sidin hafal betul potongan sejarah suram dunia transportasi itu.
Sidin kembali menuju garasi Bang Oman. Berharap bisa bertemu Detektif Ichsan, atau paling tidak bos angkot terbesar di jurusan Cikupa-Panongan itu. Ternyata, Detektif Ichsan masih punya siasat cadangan.
Sidin menerima pesan singkat dari Detektif Ichsan di hp nya.
Kau pulang saja penulis cerita, belajar sana.
Siasat Detektif Ichsan yaitu memberi tambahan uang pada petugas retribusi. Tujuannya supaya petugas retribusi memata-matai Sidin. "Kalau anak yang keluar dari dunia transportasi itu kelihatan di Terminal Distrik Cikupa, beritahu Bang Oman," demikian kata Detektif Ichsan.
Sepulang mengantar penumpang carteran, Detektif Ichsan tinggal memanen hasil mata-mata dari Bang Oman, setelah itu ia mengirim pesan singkat pada Sidin.
Sekalian Sidin membaca pesan singkat, ia juga melihat jam sekilas. Pukul 19.45. Seperempat jam lagi timah panas akan bersarang di kepala detektif itu jika ia tidak tahu apa yang sedang terjadi.
Sidin tahu, waktunya tidak akan cukup untuk mencapai garasi Bang Oman. Cepat-cepat Sidin menelefon Detektif Ichsan.
"Sialan," umpat Sidin. "Kebiasaan detektif itu bukan saja sering ganti-ganti nomor sehingga susah dihubungi, tapi juga yang satu ini!"
Sidin tidak membiarkan operator hp menuntaskan kalimatnya.
Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, atau berada...
Pasti Detektif Ichsan mencabut batere hp android nya setelah mengirim pesan singkat. Saat itu pukul 19.50.
Akhirnya Sidin menuruti kata Detektif Ichsan, pulang ke rumahnya. Naik ojek, karena malam hari tidak ada angkot beroperasi di Distrik Panongan.
19.55, Detektif Ichsan menyalakan hp nya lagi. "Ada panggilan tidak terjawab dari Sidin," katanya. "Apa yang dipikirkan anak penulis itu malam-malam begini?"
Mengingat Sidin telah mengirimkan beberapa butir peluru pada Detektif Ichsan, tidak salah yang memenuhi pikiran Sidin adalah kasus penembakan beruntun.
Tiba-tiba layar hp Detektif Ichsan menampilkan segitiga tanda seru dan tulisan ALERT.
Seketika kamera depan hp Detektif Ichsan menyala. Menampakkan setitik pointer laser warna merah menyorot dahinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seri Detektif Ichsan.
General FictionSeorang detektif terkenal, Serikat Jaringan lawannya. Kehilangan identitas asli, ibu kota perantauannya. Temukan kuasa portal, Tangerang kota pelariannya. Tempat untuk berpulang, Bandung kota kelahirannya. Kasus akan selesai, terungkap apa kebenaran...