6.19 Petunjuk Pamungkas, Bisikan Berulang.

33 2 0
                                    

3.00 sore waktu Bandung.

Ichsan dan Nurul duduk berhadapan di bangku belakang angkot Kalapa - Caheum.

Ichsan menunjukkan catatan singkat pada Nurul tentang pengurus kelas itu.

Rav, preman baru.

Mukti, guru SMP.

Rei, kasir minimarket.

Rian, orang hilang.

Bowo, tukang sablon.

Ros, dokter gigi.

Eli, pelatih paskibra.

Udin, [Eli] rangkap tukang somay.

Reiko, penjaga loket.

Rina, guru SD.

Raiha, guru SD.

Rozak, preman baru.

Jufri, tukang sol.

(?), tidak diketahui.

Redho, tukang baso.

"Tinggal kebersihan satu seorang yang tidak diketahui, kepengurusan yang sama dengan kau di sekolah, Nurul," kata Ichsan.

"Mungkin ada petunjuk dari kesamaan itu," Nurul mengarang.

"Hmm," Ichsan pura-pura mikir. "Nurul, apa kau punya masa lalu yang tidak ingin diingat lagi?"

Giliran Nurul yang hmm hmm hmm.

"Nurul," panggil seseorang, bukan Ichsan. "Ikuti kata saya, saya gurumu. Naik angkot terus, balik sampai rumah di Sukaluyu. Ichsan, turun sini. Ikut saya. KIRI BANG!"

Nurul dan Ichsan tidak punya alasan untuk menolak. Yang jelas, hmm hmm hmm nya Nurul berhenti.

Itu mirip lirik lagunya siapa, ya?

"Fokus ke tujuanmu sebenarnya, detektif buronan dari ibu kota!" Ichsan mulai kenal suara orang itu.

Pak Aris.

"Menemukan satu orang yang belum diketahui itu?" Ichsan memastikan.

"Dan hal yang ingin kau tahu dari Nurul," tambah Pak Aris. "Masa lalu yang tidak ingin dia ingat lagi,"

"Di mana kita bicarakan?" tanya Ichsan.

"Sini," kata Pak Aris.

Ichsan dan Pak Aris sampai di sebuah lapangan yang diapit rapat rumah warga. Sepertinya Nurul, Raiha, dan Rei biasa latihan silat di sini bersama Pak Aris.

"Apa ada yang Pak Aris tahu?" tanya Ichsan.

"Jangan kira orang Bandung tidak tahu, kami tahu rahasia apa yang kau simpan," kata Pak Aris. "Cepat beritahu,"

Lha, itu sama saja dengan mereka tidak tahu.

"Rahasia apa lagi, Pak Aris?" Ichsan bukan pura-pura tidak tahu.

"Rahasia yang kau tahu tapi tidak pernah bilang, sedangkan saya sudah tahu sejak awal," jelas Pak Aris. "Rei juga, tapi tidak dengan Nurul,"

Rahasia umum?

Pak Aris tahu, Rei tahu, tapi Nurul tidak?

Bagaimana bisa?

Ichsan nyengir tipis tidak simetris. Detektif itu sudah tahu apa yang dimaksud Pak Aris.

"Ja..."

"Stop kalimatmu, detektif," tukas Pak Aris.

(... di Rian adalah... ?")

Seri Detektif Ichsan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang