2.1 Persiapan dan Kuasa Baru.

264 16 0
                                    

Tidak seorang pun teman Ali Rasidin tahu, ketika libur pilkada serentak Rabu 15 Februari 2017, Sidin (begitu mereka mengenal Ali Rasidin) dan Detektif Ichsan bertarung melawan dua anggota Serikat Jaringan. Mereka pun tidak tahu, ketika masuk sekolah hari Kamis 16 Februari murid yang duduk sebangku dengan Satya bukan Sidin.

Yang dilihat Satya, kebiasaan Sidin berubah. Sidin yang notabene seorang penulis cerita, pada waktu luang sebelum bel masuk sama sekali tidak mengambil kertas dan pulpen dari dalam tasnya. Selama tidak ada guru, Sidin mengamati setiap jengkal kelas dengan teliti.

Pelajaran pertama: matematika.

"Kau mengerti materi yang diajarkan?" tanya Sidin.

"Mengerti," jawab Satya. "Tapi, apa kau tidak mengajukan soal, Sidin?"

"Sidin? Bukan Rasid?" tanya Sidin.

"Sejak kapan kau dipanggil Rasid, Ali Rasidin?" Satya tanya balik.

Sidin tidak menjawab, menghela nafas. Nyaris saja penyamarannya terbongkar.

Pelajaran kedua: Bahasa Indonesia. Kerja kelompok, Sidin satu kelompok dengan Satya.

"Mana porsi kerjamu, Sidin?" tanya Satya.

"Yang mana?" Sidin tanya balik.

"Jangan pura-pura tidak tahu," Satya merasa seharian ini pikiran Sidin tidak nyambung. "Tugasmu menulis naskah drama!"

"Aish, aku... Minggu besok aku kasih deh," Sidin mengulur waktu.

"Minggu besok, besok!" Satya bukan main jengkelnya, sudah lama Sidin mengulur tenggat jadinya naskah itu.

Alhasil, kelompok Bahasa Indonesia Sidin tidak dapat berlatih drama hari itu. Padahal Sidin adalah andalan kelas dalam menulis naskah.

Yap, sudah pasti Sidin yang masuk hari itu adalah Akad Ichsan, detektif undercover. 100% detektif, dan mutlak 100% bukan penulis.

Tadi pagi, Sidin (Akad Ichsan) bertemu Rasid (Ali Rasidin) di angkutan kota Cikupa-Panongan. Di komunitas sopir itulah Rasid bersembunyi sebelum melanjutkan penyelidikan Serikat Jaringan.

Kala itu, Rasid berpesan pada Sidin untuk menelefon nomor sekian-sekian. Katanya nomor itu dia pungut di jalanan.

"Kau ikuti Satya, pulang satu mobil dengannya. Di sana telefon nomor itu," perintah Rasid.

Diketahui, Sidin selalu naik angkot secara acak. Bagi Satya, pulang satu angkot dengan teman sebangkunya itu hanya kebetulan. Tapi tidak biasanya Sidin menelefon seseorang, Satya tahu betul Sidin tidak akrab dengan hp.

"Halo? ... Doyok. ... Ya. ... Ya. ... Baik. Oi, Satya, orang ini mau bicara dengan kau. Pegang hp ku, kembalikan besok," ujar Sidin seraya menyerahkan hp nya pada Satya. "Mang! Kiri mang!"

Sidin segera turun dari angkot. Bayar ongkos ke sopirnya. Pindah ke angkot lain. Satya tidak memperhatikan, dia sibuk meladeni lawan bicara di hp Sidin. "Halo? Bapak siapa?"

Jeda bicara Sidin terjadi empat kali. Artinya, sebanyak itulah lawan bicara Sidin berucap.

"Halo juga, Sidin. Sekarang kau naik angkot joki atau doyok?"

Termasuk istilah dunia transportasi, joki berarti sopir balap. Sedangkan doyok, artinya lambat.

"Kau lihat joki di belakang?"

Ketika itu sebuah angkot melaju deras menyalip kontener dari jalur ketiga, melawan arus Jalan Raya Serang yang lengang. Lebih dari cukup untuk menggambarkan kata 'joki'.

"Kau bersama Satya?"

Jangan ditanya lagi.

"Sekarang ikuti apa kataku. Katakan pada Satya, aku mau bicara dengannya. Kasih hp mu pada Satya, kasih tahu dia kembalikan besok. Kau cepat turun dari angkot itu, pindah ke angkot joki. Aku ada di sana,"

Seri Detektif Ichsan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang