Anggota kelima Serikat Jaringan telah menerima barang yang dibuat Raden sesuai pesanan Anton.
"Anton, Anton," Raden geleng-geleng kepala sembari membaca Wattpad lewat hp Sergam. "Seharusnya kau lebih hati-hati. Jangan sampai jatuh dalam perangkap karena mengedepankan emosi,"
"Anton itu," kata Rhanto. "Kurang cerdaskah dia? Sudah enak punya wujud asli Detektif Ichsan, masih saja menghendaki balas dendam pada anak penulis bernama Ali Rasidin itu. Lihat akibatnya, sekarang pemilik kekuatan portal itu masuk penjara. Tangannya diborgol, kekuatannya hilang,"
"Gara-gara itu, Serikat Jaringan kehilangan satu anggota penting," timpal Sergam.
"Sialan!" umpat Raden. "Detektif Ichsan 5 lama tidak keluar!"
"Masih untung anggota kelima segera turun tangan. Semoga saja masalah ini cepat selesai," demikian harapan Rhanto. "Ngomong-ngomong, Sergam, kok bisa kau betah pakai identitas kawan kita yang masuk penjara itu?"
"Kalau aku mau ganti identitas, wujud asliku ada di detektif sialan pion anak penulis itu. Lagipula, aku bingung mau jadi siapa," alasan Sergam.
"Makanya, kalau pernah sekolah punya cita-cita!" sindir Rhanto.
"Kau kira jadi anggota Serikat Jaringan bukan cita-cita?" Sergam tidak terima dikata tidak punya cita-cita. "Kau sendiri?"
"Bagaimana Serikat Jaringan mau maju kalau dikelilingi banyak masalah?" Rhanto enggan menjawab, bertanya balik.
"Betul tuh!" Sergam langsung setuju. "Pemasukan Serikat Jaringan sudah lama kosong. Kalau dibiarkan, bisa-bisa anggota Serikat Jaringan mati kelaparan,"
"Tumben kau rada pinter," sindir Rhanto.
"Urusan makan pastilah nomor satu," alasan Sergam. "Setelah itu baru bisa mikirin masalah Serikat Jaringan. Terus terang saja, ternyata Ali Rasidin anak penulis itu dan pionnya Detektif Akad Ichsan memang sialan betul. Sebenarnya alasanku tidak mengubah identitas adalah karena mereka merebut sampel rambut asli yang sudah aku kumpulkan. Menggunakan rambut orang yang sudah mengubah identitas dengan obat ungu sepertinya beresiko tinggi terhadap kesehatan,"
"Itu baru Sergam," Rhanto menjentikkan jari.
"Hore!" sahut Raden. "Akhirnya Detektif Ichsan 5 keluar! Mari baca! Mari baca!"
Minggu 12 Maret 2017.
Tengah hari waktu Panongan.
Sidin garuk-garuk kepala dengan satu tangan, mengetuk pena ke meja berulang kali tanda sedang bingung. Di hadapannya terhampar tiga lembar kertas. Cerita Detektif Ichsan 5, Kota Lingkaran Hening, dan tugas sekolah.
Aduh. Pusing. Aduh. Sakit kepala. Sialan. Otakku sedang buntu.
"Jangan banyak ngeluh Ali Rasidin!" Sidin memecah keheningan di ruang belajarnya secara mendadak. "Kalau begini terus kapan kau mau jadi penulis?"
Sidin beranjak dari bangku tempatnya duduk, meraih gelas. Meneguk air putih banyak-banyak. Sekarang musim peralihan, cuaca panas terik.
Bosan di rumah terus, Sidin keluar rumah dengan menyipitkan mata. Menyesuaikan diri dengan silau matahari. Sidin melatih kembali ilmu beladiri silat yang pernah ia kuasai, pukulan depan dan tendangan sabit.
Menurut Sidin, saat ini pemandangan hamparan aspal yang silau lebih baik daripada hamparan kertas di ruang belajarnya yang suram.
Tidak terasa, langkah Sidin sudah tiba di pos ronda dekat Jalan Raya Cikupa-Panongan. Sidin hendak berbalik arah ketika seseorang memanggilnya.
"Hoi Rasid!" Bang Oman menghentikan angotnya. "Mari sini! Ada kabar penting nih. Tapi berhubung kau penulis cerita detektif ya coba tebak sendiri,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Seri Detektif Ichsan.
General FictionSeorang detektif terkenal, Serikat Jaringan lawannya. Kehilangan identitas asli, ibu kota perantauannya. Temukan kuasa portal, Tangerang kota pelariannya. Tempat untuk berpulang, Bandung kota kelahirannya. Kasus akan selesai, terungkap apa kebenaran...