Lain ladang lain belalang, lain pula dialog pimpinan hulu dua kubu berseberang.
"Nasib baik kau tidak terciduk, Jufri," Rav menyapa, menyindir lebih tepatnya. "Mana preman lama yang katanya bergerak di bawah tanah?"
"Kau sendiri, Rav, tidak ada kabar kalau preman baru akan kerjasama dengan polisi," Jufri sindir balik.
"Hei, Jufri," Rav menyapa baik-baik. "Kau datang ke mari untuk mengawal seseorang atas permintaan seorang detektif bernama Ichsan, bukan?"
Jufri meletakkan pikulan tukang solnya. "Jangan bilang kau mengalami hal yang sama, Rav,"
"Perempuan bernama Nurul itu," kata Rav. "Wajar kalau dia tahu banyak tentang kita. Tapi siapa Fira, temannya Nurul yang anak pengusaha kicimpring itu?"
"Preman baru wajar tidak tahu," Jufri sok tahu sebelum bertanya balik. "Bukannya dia seringkali nongol di televisi?"
"Jadi pengusaha kicimpring itu, yang anaknya bernama Fira, adalah tangan kanan sebelum ketua besar meninggalkan dunia preman dan terjadi perpecahan?" Rav mengira-ngira.
"Benar," Jufri melanjutkan. "Tangan kanan sudah menyangka perpecahan akan terjadi, Rav. Dan kita adalah pemerannya,"
"Menghembuskan perang dingin," timpal Rav. "Yang sewaktu-waktu bisa pecah menjadi perang terbuka,"
Jufri mengangguk. "Yang jadi pertanyaan, kenapa muncul Ichsan, detektif SMA yang menyaru jadi intel itu,"
"Asal tahu saja, dia intel ganda," sela Rav.
"Sialan," umpat Jufri. "Di preman lama dia bekerja dengan cara preman baru. Jangan bilang sebaliknya terjadi di pihakmu, Rav,"
"Cerdas juga bocah itu," Rav bicara dengan gaya bahasa kebalikan - apalah itu - "Lalu apa maksudnya mempertemukan pimpinan hulu dua kubu di depan gerbang sekolah?"
"Satu hal yang seringkali dia sebutkan sebelum hengkang ke pihakmu, Rav," Jufri mengingatkan. "Adalah keinginannya untuk mengakhiri perang dingin,"
"Jika pendatang buronan polisi ibu kota itu tahu demikian banyak, tidak salah lagi dari Pak Simojoyo," kata Rav penuh kepastian.
"Ichsan buronan polisi ibu kota?" Jufri baru tahu. "Lalu siapa Pak Simojoyo?"
"Tak tahu? Makanya baca koran Pikiran Rakyat. Pak Simojoyo? Dia penjual tanaman hias merangkap informan preman baru. Preman lama tak punya itu, kan?" Rav membandingkan kelengkapan anggota kedua kubu.
"Bukan masalah," Jufri tidak gentar. "Kau sadar, Rav, ada hubungan antara gulungan karton yang diselidiki Detektif Ichsan dengan tempat kita berdiri sekarang,"
"Jangan bilang soal rahasia di dalamnya," Rav enggan menjawab. "Kalau sudah saatnya, rahasia itu akan terungkap,"
"Memang bukan," Jufri setuju. "Hubungan yang kumaksud, kepengurusan kelas itu dibuat di sini, SMA Negeri Bandung,"
"Itu saja?" Rav kurang puas.
"Sebelas tahun silam adalah cermin dari masa sekarang," Jufri membuka kilas balik. "Kepengurusan kelas paling berseberangan pada saat itu adalah..."
Hening sejenak.
"Ketua kelas dan seksi keamanan,"
"Cari bangku gih," Rav menghentakkan kaki. "Pegel berdiri terus,"
Di bawah kepemimpinan wali kota saat itu - tahun 2017 - penataan Kota Bandung maju pesat. Taman, jalan, pasar, trotoar, semua dibenahi. Mencari bangku tidaklah susah.
Percakapan dilanjut.
"Sampai mana tadi?" Rav bertanya sekadar basa-basi. "Seksi keamanan?"
"Seksi keamanan... Ya," Jufri melanjutkan kalimatnya. "Siapa sangka pengurus kelas 10 IPA 2 sebelas tahun silam sekarang pada jadi petinggi preman dua kubu. Ada aku, kau, Bowo,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Seri Detektif Ichsan.
General FictionSeorang detektif terkenal, Serikat Jaringan lawannya. Kehilangan identitas asli, ibu kota perantauannya. Temukan kuasa portal, Tangerang kota pelariannya. Tempat untuk berpulang, Bandung kota kelahirannya. Kasus akan selesai, terungkap apa kebenaran...