"Jadi yang dimaksud menguasai teknik bayangan adalah kalian, ya?" Bang Oman menunjuk Iwan sopir pelek oranye dan Iwan sopir pelek hitam.
"Siapa bilang?" mereka seperti tidak tahu apa maksud Bang Oman.
"Oh, iya. Tadi siang Rasid nemu alat penyadap di laci dashboard angkot saya," Bang Oman membuka hp. "Yang naruh di situ Masboy kan?"
"Untung Rasid tahu. Kalau tidak, rahasia dunia transportasi bisa bocor," tujuan Masboy menjawab demikian, supaya Bang Oman merasa kalau pelakunya bukan Masboy. "Entah, saya sih tidak tahu,"
"Iya sih, tapi saya tahu," kata Bang Oman. "Kok bisa, lihat saja nanti,"
"Bang, pulsanya sudah terkirim belum?" tanya Iwan sopir pelek hitam.
"Sudah, tapi memang bukan ke nomor saya," kata Bang Oman.
"Lalu siapa?" tanya Masboy.
"Rasid," jawaban Bang Oman di luar perkiraan siapapun di bangku panjang.
"Tahu nomornya dari siapa?" Masboy tambah penasaran.
"Pemilik suara ini," Bang Oman membuka sebuah rekaman di hp nya.
"Tidak, di internet banyak mata-mata, intelijen, dan hacker. Bisa-bisa pesan rahasia ini ketahuan mereka lalu kita ditangkap. Makanya aku pakai sms, soalnya sambungan telefon kita mudah disadap. Kalian punya alatnya kan?"
"Adi?"
Panjang umur, Adi.
Kilasan cahaya menyilaukan mata empat orang sopir yang nongkrong dekat penjual bensin eceran. Seketika angkot INCU ABAH sudah sampai di hadapan mereka. Sekali lagi, Ichsan menggunakan kekuatan portal supaya bisa tiba tepat sebelum petang.
"Sesuai janji bang, bayaran dobel," kata Rasid (Ali Rasidin).
"Setelah dikurangi tagihan sopir joki NETRAL," Bang Oman masih ingat hal itu. Sebelum uang berpindah tangan.
"Jalan Raya Panongan macet parah sebelum kantor," kata Adi (Akad Ichsan).
"Nah, sekarang semua sudah lengkap," kata Bang Oman. "Rasid, saatnya kau bicara,"
"Pertama, saya harus melunasi utang informasi pada Masboy," Rasid memulai kalimatnya. "Bahwasannya tujuan Bang Oman mencari Adi bukan saja untuk mengembalikan mobil dan supaya membayar tunggakan retribusi, melainkan supaya bisa memperpanjang masa berlaku STNK angkot INCU ABAH,"
Masboy sama sekali tidak tahu tujuan itu.
"Selanjutnya, Adi," perintah Bang Oman.
Adi mengatakan kalau sepanjang waktu dia jadi sopir carteran, sehingga tidak pernah nampak di terminal. Empat orang sopir berbisik, diskusi mengenai masalah penting itu.
"Berarti sudah jelas kalau Adi bukan mata-mata pihak seberang," Bang Oman menarik kesimpulan.
"Tapi masih ada dua orang mencurigakan di dunia transportasi Distrik Panongan, mereka diduga mata-mata pihak seberang," kata Rasid. "Pertama si rambut klimis yang kata orang namanya Husin, kedua Niko Kalasnikov,"
Adi terkejut. "Serius Anton anggota Serikat Jaringan sudah sampai di sini?"
"Siapa Anton? Siapa Serikat Jaringan?" Masboy penasaran.
"Komplotan kriminal terkuat dari ibu kota. Anton anggotanya," jawab Adi.
"Dia juga biang semua masalah di terminal tadi siang," timpal Rasid.
"Lebih dari itu, sama seperti saya dia juga mempunyai kekuatan portal, sehingga bisa melarikan diri dengan mudah," tandas Adi.
"Kau bisa menyusun siasat, Adi?" tanya Bang Oman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seri Detektif Ichsan.
General FictionSeorang detektif terkenal, Serikat Jaringan lawannya. Kehilangan identitas asli, ibu kota perantauannya. Temukan kuasa portal, Tangerang kota pelariannya. Tempat untuk berpulang, Bandung kota kelahirannya. Kasus akan selesai, terungkap apa kebenaran...