6.5 Dua Kubu, Bromtimol biru.

55 3 0
                                    

Ichsan menyimak cerita pak tua dengan saksama. Dan terus terang, membuatnya cepat lapar.

Di balik jalanan, pasar, dan terminal yang tertata rapi, ada orang-orang, organisasi, penguasa tak kasat yang bergerak secara bebas tanpa terikat dan terawasi aturan penguasa yang sah. Terserah kau mau lihat dari sudut pandang apa, karena ada sisi baik dan tidaknya.

Ichsan tidak sabar untuk diam lama-lama, pembukaanya saja sudah mengingatkannya akan Serikat Jaringan.

"Siapa mereka, pak?" Ichsan penasaran.

"Biasanya disebut preman," jawab pak tua. "Bahasa lain yang lebih halus misalnya pak ogah, polisi cepe, keamanan setempat - tapi bukan sekuriti atau hansip - atau free lancer. Yang pasti mereka bukan preman jalanan,"

"Langsung ke intinya pak," Ichsan menengadah pada matahari yang mulai tergelincir.

Tentang preman. Atau dalam bahasa Inggris, freeman. Orang bebas.

"Preman," ulang pak tua. "Adalah suatu perkumpulan yang anggotanya tersusun rapi secara bertingkat. Di pucuk pimpinan ada ketua besar dan tangan kanannya, membawahi kepala bagian dan anak buah,"

Ada tiga kepala bagian dengan cakupan wilayah yang berbeda. Pasar, jalanan, dan terminal. Mereka ingin menciptakan keadilan, keamanan, dan ketertiban secara langsung di masyarakat, sebagai bagian dari masyarakat itu sendiri.

Meskipun luput dari pengawasan penguasa yang sah, keberadaan preman disambut baik oleh masyarakat. Iuran yang mereka pungut setimpal dengan keamanan dan ketertiban yang diciptakan. Begal di jalanan, copet di pasar, dan pemalak di terminal, aksi meresahkan mereka surut seiring dengan rapatnya barisan preman.

Semua itu tidak lepas dari wibawa dan kebijaksanaan ketua besar dan tangan kanan mereka. Tapi itu dulu, sebelum haluan mereka berubah dua tahun lalu.

Sepeninggal ketua besar, tangan kanan menyusul dengan keputusannya untuk keluar dari kepemimpinan preman. Perkumpulan preman terpecah-belah karena pengkhianatan dan ambisi untuk merebut kursi kosong kepemimpinan.

Dampaknya sangat besar. Para pengacau yang aksinya telah lama tertekan kembali muncul ke permukaan dengan skala yang lebih besar. Gelombang begal tahun lalu adalah salah satu contohnya.

Kepolisian kota segera mengamankan keamanan, puluhan bahkan ratusan orang ditangkap. Tidak hanya begal, pemalak, dan copet. Pengkhianat preman bahkan orang tidak bersalah pun kena getahnya.

Sekarang kekacauan sudah mereda, tapi ketegangan belum. Pecahan-pecahan preman kini tengah berlomba menyusun sekutu, yang terdiri atas dua kubu. Preman lama yang masih setia pada kebijaksanaan tangan kanan sebelumnya, dan preman baru yang menuntut perubahan aturan. Mereka berasal dari pihak pengkhianat dan pemain baru yang patut diperhitungkan kekuatannya.

"Sebagai warga yang banyak mendapat bantuan preman, saya khawatir kalau-kalau kubu preman baru memenangkan kursi kepemimpinan," pak tua menamatkan ceritanya. "Terlebih lagi, saya merisaukan pilihanmu, anak muda,"

Ichsan bisa bermain deduksi sekarang, petunjuk yang diberikan pak tua sudah sangat jelas.

"Bapak tahu kan, alamat siapa yang saya cari?" tanya Ichsan.

Pak tua mengangguk. "Rav, Raven Chaser,"

"Jangan bilang kalau dia tergabung dalam salah satu kubu preman," terka Ichsan.

Lagi, pak tua mengangguk. "Dia pemimpin hulu preman baru, ingin membalaskan dendam ayahnya yang dicap pengkhianat oleh preman lama. Elang Cadas,"

"Dulu Elang Cadas kepala bagian jalanan, bukan?" Ichsan ingat trayek angkot yang sering melintas di Cicadas.

Seri Detektif Ichsan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang