Prolog

4.9K 279 58
                                    

Pagi itu seorang gadis tengah duduk termenung di depan balkon kamar nya. Tak ada yang di lakukannya selain menikmati udara yang ada. Begitulah hari-hari seorang Tias, kehidupannya penuh dengan kehampaan, tak ada yang terlalu spesial selain harta yang berlimpah.

Namun, tiba-tiba sebuah suara berhasil menyadarkan Tias dari lamunan paginya ini. Dengan malas ia menoleh ke sumber suara mencari siapa orang yang sudah mengancurkan imajinasi hampanya. "Siapa?" Ujarnya karena tak mendapati seorang pun di sana, akhirnya gadis itu memilih kembali pada posisi awalanya.

Belum sampai bokong Tias mendarat tepat di atas kursi. Sebuah tangan dengan kasar menarik tubuhnya. Tias yang terkejut tak kuasa menahan tarikan itu, tubuh mungilnya terseret di atas lantai dengan begitu kasar.

Tias berusaha bangkit, namun tarikan dari orang tersebut lebih kuat dari tenaga yang ia miliki.

"Ka-kamu siapaa???" dengan mulut yang sudah bergetar Tias memberanikan diri untuk membuka suara.

Tak ada jawaban dari orang itu, hanya suara isakan Tias yang mulai terdengar tak kala dirinya sudah tak dapat menahan rasa takut dan sakit yang tercipta akibat gesekan dari lantai.

Badan Tias semakin bergetar ketika suara tawa dari beberapa pria terdengar menggelegar di ruang bawah.

"Cepat kau bawa gadis manja itu pada kami. Rasanya sudah lama aku tidak menyentuh darah lembutnya. HAHAHA..."

Tarikan orang itu semakin cepat, tubuhnya terbanting-banting ketika ia menuruni anak tangga. Tias tak tau harus berbuat apa, pikirannya benar-benar lumpuh akibat rasa takut yang menerpanya.

Akhirnya gadis itu pasrah dengan keadaan, ia tak ingin melawan karena tenaga yang ia miliki tak cukup untuk melawan beberapa pria di sana.

"Bunda..." Lirihnya berharap keajaiban ntah dari mana pun itu menghampiri nya saat ini juga.

Benar saja, tubuhnya kini tak lagi terseret. Suara menyeramkan dari beberapa orang itu pun kini lenyap. Ruangan seolah sepi tak ada seorang pun.

Tias perlahan memberanikan diri untuk membuka mata yang sedari tadi ia pejamkan. Ternyata tubuhnya kini tergeletak di atas lantai ruang keluarga. Dengan tenaga yang tersisa Tias bangkit dan memastikan ke seluruh sudut bahwa orang-orang itu benar-benar telah pergi.

Namun, baru sampai pada sudut dekat guci, Tias tiba-tiba di kejutkan dengan kehadiran seseorang di belakangnya. Dengan hati-hati gadis itu menoleh. Ia mendapati seorang pria yang berperawakan tinggi tengah tersenyum miring kepadanya.

"Si-siapa kamu?"

"Tenang saja aku engga bakal nyakiti kamu."

Tias perlahan mundur, ia tak percaya begitu saja dengan pria ini. Tampangnya cukup tampan namun muka dinginnya begitu terlihat jelas.

"Sini sayang aku hanya ingin menyentuh darah mu..." Pria itu mengeluarkan sebuah pisau dari saku jaketnya, ia terus mendekati Tias sampai tubuh gadis itu terperangkap oleh dinding di belakangnya.

Takut, takut dan takut hanya itu yang ada dalam pikirannya saat ini. Air matanya pun ikut merasakan ketakutan sehingga tak dapat menetes lagi.

Tias memejamkan matanya, ia tak berani melihat hal ini. Semua ia pasrah kan, isakan dari Tias membuat pria di hadapannya semakin senang.

"Jangan menangis, ini hanya sebentar saja..." Ia mulai mendekatkan pisau itu ke tangan Tias.

"Argghh..." Suara teriakan itu mulai terdengar jelas ketika benda tajam itu menyentuh kulit Tias.

"HAHAHA..." tawa pria itu semakin pecah ketika Tias mulai meringis kesakitan.

(Razayn)


My Trip My Future ✓ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang