Taksi berhenti tepat di depan rumah berpagar besar. Rumah ini keliatan sangat mewah dengan aksen putih di tiang depan rumah yang menambah kemegahan dari rumah yang kini sedang di tatap kagum oleh Tias.Gadis itu membayar taksinya, dan segera keluar dari sana. Dia masih menatap rumah di hadapannya kagum, dengan mulut sedikit terbuka Tias susah payah menelan salivanya.
"Bener ini rumah Ali?" Gumamnya masih tak percaya.
Sebenarnya rumah Tias dengan Ali tak kalah besarnya, namun yang membuat Tias sangat kagum adalah desain dan arsitektur dari rumah itu.
"Gila."
Tanpa berkedip Tias terus saja memperhatikan dengan lekat ke rumah Ali.Akhirnya dia tersadar, Tias kembali ke tujuan awalnya, yaitu meminta maaf kepada pria itu.
Baru ingin melangkahkan kakinya ke gerbang rumah Ali, tiba tiba langkahnya terhenti ketika melihat seorang pria yang tengah berdiri dengan senyum khasnya. Siapa lagi kalau bukan Ali. Ternyata pria itu sudah berada dia depan teras rumahnya sedari tadi.
Tias membeku, dia tak tau apa yang harus ia lakukan.
"Ayo yas kenapa jadi lu yang ciut gini. Setidaknya lo minta maaf aja. Semangat Tias." Tias mencoba menyemangati dirinya sendiri.
Setelah di rasa cukup berani, Tias pun melanjutkan langkahnya.
Sementara Ali masih berdiri di posisi awalnya dengan senyum yang tak berubah sedikitpun.
Kaki Tias menginjak teras rumah Ali, kini jarak mereka tinggal beberapa langkah saja. Tias masih tak membuka suara. Begitu juga dengan pria itu. Selama beberapa menit terjadi keheningan di antara mereka berdua.
Tiba tiba terdengar suara seorang gadis dari dalam rumah.
"Sayang... Kamu ngapain di sana? Kaki kamu kan masih sakit. Nanti kalau kaki kamu tambah..." Gadis itu pun menggantung kalimatnya, ketika melihat Tias.
Kemudian menatap ke Ali meminta penjelasan siapa sebenarnya gadis yang tengah membawa banyak belanjaan.
Bukannya menjelaskan sesuatu mata Ali malah beralih ke Tias. Tias masih tenang, tak ada perubahan dari gadis itu.
Karena merasa dirinya tak di perdulikan gadis itu pun langsung membuka suara.
"Hey nama kamu siapa? Kenalin gue Bella PACARNYA Ali." Ujar gadis itu penuh penekanan ketika mengatakan pacarnya Ali.
Tiba tiba Tias merasa sesak di dadanya. Tapi dengan sekuat tenaga Tias mengkontrol dirinya agar tetao tenang
Tias menyambut tangan Bella. "Gue Tias." Jawabnya singkat.
"Oh Tias, kamu kurir yah? Atau apa?." Tanya gadis itu dengan nada angkuhnya, sambil melihat penampilan Tias dari ujung rambut hingga mata kaki.
Ali yang tak suka dengan sikap Bella langsung membuka suara.
"Jaga mulut lo." Tukas Ali dingin.
"Oh kalian berdua lagi pdktan? Atau lo nya aja yang kegatelan ngejar ngejar Ali? Ah ini yah gue kasih tau sama lo, Ali itu anak orang kaya, do you know the richest person?? Yes thats Ali, dan gunakan logika lo aja yah, orang kaya gk mungkinkan punya selera murahan? So lo gk usah ngejar ngejar Ali, karena apa? Karena Ali gk akan pernah suka sama gadis gembel kaya lo gini." Hina Bella kepada Tias, dia tak perdulu bagaimana perasaan Tias sekarang, malah ia menutup hidungnya karena merasa jijik dengan Tias.
Tias tak tau harus merespon bagaimana. Dia hanya diam tak membuka suara sedikitpun.
Ali semakin jengah sama Bella, dia tak bisa mengontrol emosinya lagi. Ia melemparkan tatapan tajam ke arah Bella. Tanganya tiba tiba naik seperti ingin mendaratkan tamparan di pipi Bella.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Trip My Future ✓ [REVISI]
Teen FictionBukan sebuah cerita cinta antara sang bad boy dengan nerd girl, ini adalah kisah seorang gadis yang kehilangan hidupnya sejak ia di tinggal oleh seseorang, sampai pada akhirnya gadis ini pun bertemu dengan pria yang dapat mengembalikan kehidupannya...