38. Penyelesaian Masalah

341 22 20
                                    

Dokter pun akhirnya mengijinkan Tias untuk pulang kerumah, karena kondisinya yang telah membaik. Astrid yang mendengar kabar tersebut sangat bersyukur, ia semangat merapikan satu persatu barang yang ada di rumah sakit tanpa tertinggal satu pun.

"Sayang kamu duduk aja di ranjang, biar bunda yang beresin barang kamu." Ucap Astrid hebo ketika melihat putrinya ikut membereskan pakaian yang ada di lemari rumah sakit.

"Engga apa-apa bunda, Tias bantu yang Tias bisa."

"Yasudalah, tapi kalau kamu udah capek jangan di paksain ya."

Tias hanya membalas perkataan bundanya dengan segaris senyuman manis. Kemudian mereka sama-sama sibuk memasuki semua barang ke dalam koper.

Setelah beberapa menit akhirnya semuanya beres. Mereka tinggal menunggu dokter datang untuk memberikan obat dan jadwal terapi untuk Tias.

"Bunda?" panggil Tias ketika sang bunda masih saja sibuk mengecek semua lemari.

"Iya sayang?"

"Tias boleh nanya engga?"

Astrid pun berbalik badan, kemudian berjalan mendekat ke posisi Tias. "Mau nanya apa?"

Tias seolah ragu oleh pertanyaannya. Ia terlihat seperti berfikir sambil terus menarik-narik ujung bajunya.

"Hey." Ucap Astrid membuyarkan semua lamunan Tias.

"Hmmm.... Bunda kalau cinta tanpa restu orang tua itu engga boleh ya?"

Tiba-tiba suara tawa pecah usai seorang gadis bertanya kepada bundanya. Bukan Astrid yang sedang menertawakan Tias. Melainkan seorang pria yang tiba-tiba datang dan tak sengaja mendengar percakapan mereka.

"Anak ayah udah ngerti cinta-cintaan nih?"

Yah siapa lagi kalau bukan Zaid. Pria itu pulang untuk sekedar manjemput putrinya dari rumah sakit. Karena sudah hampir sebulan ia tidak bertemu dengan anaknya itu.

Tias pun merasa kesal dengan sang ayah yang masih saja tak berubah. Tak pernah mengerti perasaannya dan selalu saja jail dengan Tias ataupun sang bunda. Tias langsung memanyunkan bibirnya ketika sang ayah masih saja menertawakan dirinya.

"Cie anak ayah udah besar." Ujarnya masih dengan tawa yang tak kunjung berhenti.

"Emang udah besar. Ayah aja yang terlalu sibuk sampai engga ngeliat perkembangan anaknya sendiri!" Tukas Tias mengeluarkan semua isi hatinya yang selama ini terpendam.

Tawa Zaid pun langsung memudar ketika mendengar sindiran keras dari sang anak. Ia berjalan mendekati putrinya yang enggan melihat ke arahnya.

"Ini ayah bawa oleh-oleh buat kamu." Zaid menyodorkan seperangkat alat menggambar yang dibawanya khusus untuk sang putri kesayangannya itu.

Mata Tias langsung terbelalak ketika melihat barang yang ia inginkan kini ada dihadapannya. Tanpa banyak kata ia langsung merampas benda itu dari tangan Zaid.

"Ayah tau aja yang Tias mau."

Zaid pun tersenyum legah ketika melihat putrinya kembali tersenyum karena dirinya. "Iyalah ayah mu kan ganteng." Zaid tetaplah seorang Zaid, mau bagaimana pun ia selalu berhasil membuat orang kesal dengan tingkah anehnya.

"ENGGA NYAMBUNG!" balas Astrid menyentil mulut suaminya geram.

"Kamu mau juga aku beliin mainan?" tanya Zaid kepada Astrid yang masih memasang muka kesal.

Tangan Zaid pun sibuk merogoh tas yang ada di sampingnya. "Ini." Ia menyodorkan sebuah kotak hitam yang masih terbungkus plastik.

"Cie bunda di beliin juga." Ucapan Tias itu berhasil membuat sang bunda malu sendiri.

My Trip My Future ✓ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang