Sinta tersenyum miring ketika melihat Zidan yang mulai goyah dengan hatinya. "Jadi gimana? Lo ikhlas engga?" Ujarnya dengan sedikit menyentuh tangan pria itu agar segera tersadar.
"Gu-gue ikhlas. Gue juga kan udah punya pacar, so kenapa harus ragu. I-iya engga?"
Wkwkwkw
Terdengar suara tawa yang berhasil menembus telinga Zidan. Siapa lagi kalau bukan Sinta. Gadis itu tampak menertawakan Zidan yang terlihat salah tingkah pada saat bicara prihal ke-ikhlasan nya melepas Tias."Lo beneran yakin? Gue tau banget lo dan, dan gue yakin di dalam hati lo itu masih ada nama Tias."
Lagi-lagi pernyataan yang di keluarkan Sinta membuat Zidan semakin bingung akan hatinya ini. Ia pun mengaruk kepalanya dan menghela napasnya berat.
"Engga gue ikhlas dia sama Ali. Asalkan dia bahagia gue juga pasti bakal bahagia." Tukas Zidan meyakinkan Sinta dan hatinya sendiri.
"Okelah. Semoga lo selalu bahagia."
Zidan pun mengangguk-anggukan kepalanya beberapa kali. Kemudian terjadi keheningan di antara mereka berdua. Namun setelah itu seorang dokter lah yang berhasil memecah keheningan tersebut.
"Apakah kalian keluarga pasien yang bernama Ali Payne?" Ucap seorang dokter yang baru keluar dari ruang ICU.
Zidan dan Sinta pun sontak berdiri ketika sang dokter berbicara kepada mereka.
"Iya dok benar, saya adiknya."
"Alhamdulillah, kakak kamu sudah mulai siuman. Tapi saat ini dia masih perlu perawatan di ruang ICU agar kami lebih mudah untuk mengecek kondisinya."
"Alhamdulillah." Ucap mereka bersamaan.
"Baik saya permisi dulu."
"Terimakasih dok." Balas Zidan.
Kemudian pria itu dengan cepat menyambar tas yang ada di kursi lalu berjalan memasuki ruang ICU. Seperti nya Zidan tak sabar ingin menemui Ali, sampai-sampai ia lupa bahwa Sinta juga ada di sana.
"Zidan." Jerit Sinta ketika dirinya tak di perdulikan.
Namun panggilannya itu tetap tak di hiraukan. Zidan terus melanjutkan langkahnya untuk segera menemui Ali.
Sinta pun akhirnya mengikuti Zidan untuk masuk ke dalam ruangan ICU.Akhirnya setelah berlari kecil, ia pun sampai pada tempat di mana Ali di rawat. Secara tak sengaja senyum di bibirnya terangkat sempurna ketika melihat kondisi Ali. Sinta sangat senang karena pria itu akhirnya dapat kembali sadarkan diri.
"Ali." Panggil Sinta.
Ali yang saat itu sedang mendengarkan perkataan Zidan sontak melirik ke arah Sinta. Hanya beberapa detik saja, kemudian ia kembali memalingkan pandangannya kepada Zidan lagi.
Gadis itu pun merasa tak di hargai. Kemudian ia berjalan lebih dekat dengan Ali. "Ali gimana kondisi kam...."
"Lo bisa diam dulu gk!" Omongan Sinta terputus oleh bentakan kasar yang di lontarkan Zidan kepadanya.
Dengan cepat Sinta mengunci rapat-rapat mulutnya. Dan berusaha sabar menunggu kedua orang tersebut siap berbicara.
***
"Sintaa..." Sambut Tias sangat senang ketika melihat Sinta memasuki ruangan tempat dimana ia dirawat.
"Dih apaan sih lo."
Tias hanya memberikan senyuman yang di buat-buatnya. "Wajar lah gue kan kangen, sama lo." Ucap Tias sedikit berbohong agar rencananya berhasil.
"Tau banget gue, kalau lo kaya gini pasti ada maunya."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Trip My Future ✓ [REVISI]
Teen FictionBukan sebuah cerita cinta antara sang bad boy dengan nerd girl, ini adalah kisah seorang gadis yang kehilangan hidupnya sejak ia di tinggal oleh seseorang, sampai pada akhirnya gadis ini pun bertemu dengan pria yang dapat mengembalikan kehidupannya...